PENGERTIAN DERAJAT KESUKARAN, DAYA BEDA DAN FUNGSI DISTRAKTOR

PENGERTIAN DERAJAT KESUKARAN, DAYA BEDA DAN FUNGSI DISTRAKTOR
Warta Madrasah -- sahabat warta madrasah berikut pembahasan tentang Tingkat Kesukaran, Daya Beda dan Fungsi Distraktor
Analisis Tingkat Kesukaran
Analisis item (butir soal) adalah pengkajian terhadap item untuk mendapatkan pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Ada dua jenis analisis item, yaitu analisis tingkat (derajat) kesukaran dan analisis daya pembeda.
Analisis tingkat kesukaran adalah analisis item (soal) dari segi kesukarannya. Analisis ini menghasilkan tingkat kesukaran item dalam sebuah tes. Untuk mengetahui tingkat kesukaran item dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

  B   I    : Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
I =         B   : banyaknya siswa yang menjawab Benar setiap butir soal
  N   N   : banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud
Sedangkan kriteria yang digunakan adalah, makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah:
0,00           – 0,30         = soal kategori sukar
0,31           – 0,70         = soal kategori sedang
0,71           – 1,00         = soal kategori mudah
Contoh:
Nama siswa
Skor untuk butir siswa
Jml skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Agus
Budi
Cicik
Dono
Endro
Farhan
Gandi
Hadi
Iyas
Jatmiko
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
9
8
9
6
11
7
9
6
8
9
Jml benar
5
2
5
6
6
6
10
5
6
3
7
4
8
9
1


Untuk menilai tingkat kesukaran soal:
1.    5 : 10 = 0,5 = sedang (0,50)   
2.    2 : 10 = 0,2 = sukar (0,20)
3.    5 : 10 = 0,5 = sedang (0,50)
4.    6 : 10 = 0,6 = sedang (0,60)
5.    6 : 10 = 0,6 = sedang (0,60)
6.    6 : 10 = 0,6 = sedang (0,60)
7.    10:10 = 1,00= mudah
8.    5 : 10 = 0,5 = sedang (0,50)
9.    6 : 10 = 0,6 = sedang (0,60)
10. 3 : 10 = 0,3 = sukar (0,30)
11. 7 : 10 = 0,7 = sedang (0,70)
12. 4 : 10 = 0,4 = sedang (0,40)
13. 8 : 10 = 0,8 = mudah (0,80)
14. 9 : 10 = 0,9 = mudah (0,90)
15. 1 : 10 = 0,1 = sukar (0,01)
Ada dua pendapat dalam menghadapi tingkat kesukaran item dalam tes ini. Pertama, mengatakan tes yang baik adalah tes yang butir itemnya memiliki tingkat kesukaran sedang. Menurut pendapat pertama ini, item yang tergolong sukar dan mudah tidak dipakai dalam tes. Ada tiga kemungkinan tindakan terhadap kedua tingkat tersebut. 1) item tersebut dibuang. 2) dicari hal-hal yang membuat item tersebut menjadi sukar dan atau mudah, kemudian dipakai lagi. 3) dipakai sesuai dengan kebutuhan. Kedua, mengatakan tes yang baik adalah tes yang dibangun dari item-item yang memiliki keseimbangan dari tingkat kesulitannya, secara proporsional. Tingkat kesukaran ini diukur dari dari sisi anak bukan guru. Hal terpenting dalam pemahaman ini adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Ada dua pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal dalam kategori mudah, sedang, dan sukar. 1) adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ketiga kategori. Misalnya jumlah soal 60, maka 20 soal dalam kategori mudah, 20 soal sedang dan 20 soal sukar. Kedua, didasarkan atas kurva normal. Sebagian besar soal berada pada kategori sedang. Sedangkan sebagian yang lain berada dalam kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang imbang. Misalnya: 3-4-3. Artinya 30% mudah, 40% sedang, dan 30% berada dalam kategori sukar. Contoh: jumlah soal 60, maka 18 soal berada dalam kategori mudah, 24 sedang, dan 18 yang lain sukar. Atau 3-5-2. Artinya: 30% mudah, 50% sedang dan 20% sukar.
Contoh: sebuah soal yang terdiri dari 10 pertanyaan pilihan ganda dengan komposisi 3 mudah, 4 sedang dan 3 soal sukar. Jika dilukiskan, susunan soalnya adalah sbb:

No. soal
Abilitas yang diukur
Tingkat kesulitan soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pengetahuan
Aplikasi
Pemahaman
Analisis
Evaluasi
Sintesis
Pemahaman
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Mudah
Sedang
Mudah
Sedang
Sukar
Sukar
Mudah
Sedang
Sedang
Sukar

Data yang diperoleh setelah pengoreksian terhadap jawaban
No. soal
Banyaknya siswa yang menjawab (N)
Banyaknya siswa yang menjawab betul (B)
Indeks
B
N
Kategori soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
10
15
20
7
16
17
6
13
14
5
0,5
0,75
1,0
0,35
0,8
0,85
0,3
0,65
0,7
0,25
Sedang
Mudah
Mudah
Sedang
Mudah
Mudah
Sukar
Sedang
Sedang
Sukar
Data di atas menunjukkan adanya 5 soal yang meleset, yakni soal nomor 1 yang diproyeksikan mudah setelah dicoba ternyata termasuk ke dalam kategori sedang. Soal nomor 2 merupakan kebalikannya. Begitu seterusnya. Atas dasar tersebut, kelima soal tersebut harus diperbaiki, sesuai dengan proyeksinya.
Kriteria lain dalam menentukan soal adalah menggunakan judgment (keputusan) dari guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, antara lain:
  1. abilitas (kemampuan) yang diukur dalam pertanyaan tersebut. Misalnya: untuk bidang kognitif, aspek pengetahuan/ingatan dan pemahaman termasuk kategori mudah, aspek penerapan analisis termasuk sedang sementara sitesis dan evaluasi termasuk kategori sukar.
  2. sifat materi yang diujikan atau ditanyakan. Seperti: fakta (mudah), konsep dan prinsip/hukum termasuk sedang dan generalisasi (menarik kesimpulan) termasuk ke dalam kategori sukar.
  3. isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmuannya, baik luas maupun kedalamnnya. Dalam kaitan ini, seorang guru hendaknya telah menentukan mana yang termasuk mudah-sedang-sukar.
bentuk soal. Misalnya tes obyektif: B-S lebih mudah daripada multiple choice. Dan menjodohkan lebih sukar dari multiple choice. Setelah judgement dilakukan guru, kemudian soal diujicobakan dan dianalisis, apakah judgement tersebut sesuai atau tidak.  Apakah soal yang dalam judgement dikategorikan mudah, mudah juga dalam hasil analisis.

D. Analisis Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu dengan siswa yang tergolong kurang. Artinya, jika soal tersebut diberikan kepada siswa yang mampu hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, soal memiliki daya pembeda. Cara yang digunakan dalam analisis data pembeda adalah dengan menggunakan tabel atau kriteria dari Rose dan Stanley: SR – ST . SR: Siswa yang menjawab salah dari kelompok Rendah. ST: Siswa yang menjawab salah dari kelompok Tinggi .
Langkah-langkah yang harus ditempuh:
1.    memeriksa jawaban soal semua siswa peserta tes.
Misalnya hasil koreksi adalah sebagai berikut:
Nama siswa
Skor untuk butir siswa
Jml skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Agus
Budi
Cicik
Dono
Endro
Farhan
Gandi
Hadi
Iyas
Jatmiko
Karsa
Linda
Minul
Ninik
Opik
Puput
Qira
Rita
Susi
Tutut
Udin
Vina
Xanana
Yani
Zidan
Amri
Bela
Cica
Dora
Eko
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
9
8
9
6
11
7
9
6
8
9
11
8
7
11
9
8
9
4
6
9
10
8
11
9
8
7
8
12
10
6
Jml benar
17
15
17
18
18
17
20
16
17
14
16
16
20
19
13






2.    membuat daftar peringkat hasil tes berdasarkan skor yang dicapainya:
Nama siswa
Skor
Peringkat
Cica
Endro
Xanana
Ninik
Karsa
Udin
Dora
Agus
Cicik
Gandi
Jatmiko
Opik
Qira
Tutut
Yani
Budi
Iyas
Linda
Puput
Vina
Zidan
Bela
Farhan
Minul
Amri
Dono
Hadi
Susi
Eko
Rita
12
11
11
11
11
10
10
9
9
9
9
9
9
9
9
8
8
8
8
8
8
8
7
7
7
6
6
6
6
4


3.    menentukan jumlah sampel sebanyak 27% dari jumlah peserta tes untuk kelompok siswa pandai dan 27% untuk kelompok siswa kurang
Nama siswa
Skor
Peringkat
Cica
Endro
Xanana
Ninik
Karsa
Udin
Dora
Agus
Cicik
Gandi
Jatmiko
Opik
Qira
Tutut
Yani
Budi
Iyas
Linda
Puput
Vina
Zidan
Bela
Farhan
Minul
Amri
Dono
Hadi
Susi
Eko
Rita
12
11
11
11       ST
11
10
10
9
9
9
9
9
9
9
9
8
8
8
8
8
8
8
7
7
7
6         SR
6
6
6
4


4.    melakukan analisis butir soal, yakni menghitung jumlah siswa yang menjawab salah dari semua soal, baik dari kelompok pandai (ST) maupun kelompok kurang pandai (SR).

No soal
Jumlah siswa yang menjawab salah dari SR
Jumlah siswa yang menjawab salah dari ST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
5
7
5
3
3
4
4
6
7
4
5
5
4
4
5
4
3
3
2
5
3
3
0
2
3
3
1
1
0
3

5.    menghitung selisih jumlah siswa yang salah menjawab pada kelompok kurang dengan kelompok pandai (SR-ST).

No soal
Jumlah siswa yang menjawab salah dari SR
Jumlah siswa yang menjawab salah dari ST
SR-ST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
5
7
5
3
3
4
4
6
7
4
5
5
4
4
5
4
3
3
2
5
3
3
0
2
3
3
1
1
0
3
1
4
2
1
-2
1
1
6
5
1
2
4
3
4
2

6.    membandingkan nilai selisih yang diperoleh dengan nilai tabel Ross & Stanly.
No soal
Jumlah siswa yang menjawab salah dari SR
Jumlah siswa yang menjawab salah dari ST
SR-ST
Batas nilai tabel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
5
7
5
3
3
4
4
6
7
4
5
5
4
4
5
4
3
3
2
5
3
3
0
2
3
3
1
1
0
3
1
4
2
1
-2
1
1
6
5
1
2
4
3
4
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

7.    menemukan ada tidaknya daya pembeda pada setiap nomor soal dengan kriteria: memiliki daya pembeda jika nilai selisih jumlah siswa yang menjawab salah antara kelompok kurang dengan kelompok pandai (SR-ST) sama atau lebih besar dari nilai tabel.
Tes yang tidak memiliki daya pembeda adakalanya terlalu mudah dan adakalanya terlalu sukar. Idealnya semua butir soal harus memiliki daya pembeda dan tingkat kesukaran.
No soal
Jumlah siswa yang menjawab salah dari SR
Jumlah siswa yang menjawab salah dari ST
SR-ST
Batas nilai tabel
Ket.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
5
7
5
3
3
4
4
6
7
4
5
5
4
4
5
4
3
3
2
5
3
3
0
2
3
3
1
1
0
3
1
4
2
1
-2
1
1
6
5
1
2
4
3
4
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Diterima
Diterima
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak


E. Fungsi Distraktor
Distraktor adalah option (alternatif) yang mendampingi kunci jawaban. Fungsinya sebagai pengecoh. Tujuannya: untuk mengecoh peserta tes. Semakin banyak peserta tes yang terkecoh, maka distraktor tersebut semakin baik dalam menjalankan fungsinya. Dengan kata lain, distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika punya daya rangsang. Sebuah distraktor dikatakan baik jika minimal 5% dari peserta tes memilihnya (terkecoh). Contoh:
No.
Alternatif (option)
Keterangan
A
B
C
D
E
1
2
3
4
1
1
6
(44)
1
5
2
(10)
(30)
1
1
5
2
37
(    ) Kunci jawaban

Dari contoh di atas dapat dikatakan bahwa distractor yang ada pada item 1 telah sesuai dengan fungsinya, yaitu mengecoh peserta tes. Untuk option A telah dipilih oleh 4 peserta (4:50x100=8) yang berarti 8 % peserta. Option B telah dipilih oleh 6 peserta (6:50x100=12) yang berarti 12% begitu juga C dan E. masing-masing  dipilih oleh 10% peserta tes.
Sementara option dalam item kedua kurang berfungsi, karena peserta tes yang memilihnya di bawah batas minimal. Option A dipilih oleh (1:50x100=2) 2% peserta. Begitu juga option D. sedangkan option C dan E masing-masing dipilih oleh (2:50x100=4) 4% dari total peserta. Demikian juga option ABD yang ada dalam item 3, dipilih oleh 2% peserta. Sedang option E menunjukkan fungsinya yang besar, yaitu dipilih oleh 74% peserta.
Gambaran tentang fungsi distractor di atas sekaligus menggambarkan daya beda yang dimiliki oleh soal. 

0 Response to "PENGERTIAN DERAJAT KESUKARAN, DAYA BEDA DAN FUNGSI DISTRAKTOR"

Post a Comment