Warta Madrasah - sahabat warta madrasah pada kesempatan ini kita akan mengkaji tentang Metode Analisis Bahasa. berikut selengkapnya.
Analisis adalah sikap atau perhatian terhadap sesuatu (benda,
fakta, fenomena) sampai mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, serta mengenal
kaitan antar bagian tersebut dalam keseluruhan. Analisis juga bisa diartikan
memecahkan atau menguraikan suatu materi atau informasi menjadi
komponen-komponen yang lebih kecil sehingga lebih mudah dipahami.[1]
Menurut KBBI
analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan,
dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,
dsb).[2]
Pengertian kata
lughah dahulu kala tidak sama dengan pengertian yang dikenal penutur Arab saat
ini. Semula kata lughah bermakna lahjah (dialek). Karenanya, dulu kata lughah
bila disandarkan, misalkan pada kata Quraisy maka yang dimaksud adalah “dialek
suku Quraisy”. Apa yang dikenal dalam bahasa Arab modern sebagai lughah saat
itu kata yang dipergunakan adalah kata lisan. Karenanya, kita temukan,
misalnya, frasa lisan al Arab yang mengandung pengertian bahasa Arab .[3]
Bahasa dalam perbendaharaan kosa kata bahasa Arab disebut dengan اللغة dengan bahasa latin
disebut dengan lingua kata yang terakhir ini diserap oleh beberapa
bahasa yang berasal dari bahasa latin, seperti bahasa itali menyebut bahasa
dengan lingua orang spanyol menyebutnya dengan lengua dan orang
prancis menyebutnya dengan langue dan langage, sementara orang
inggris menyebutnya dengan language (sebagai kata pungutan dalam bahasa
ini dari bahasa prancis).
Dalam bahasa Arab, kata اللغة merupakan bentuk
indevinit (mashdar) dari kata لغو-يلغو (sewazan dengan kata دعا- يدعو dll). Kata اللغة sewazan dengan فعة yang berarti ‘ucapan
atau bunyi suara’.[4]
Secara etimologi
Secara terminologi, menurut ibnu jinnil bahasa adalah أصوات يعبربها كل قوم عن أغراضهم
( lambang-lambang /
bunyi-bunyi yang digunakan setiap kelompok untuk mengutarakan maksudnya ).[5]
Metode analisis
bahasa adalah suatu cara yang digunakan untukmengkajiterhadap
sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara
mendalam dan menelaah sampai mampu menguraikan
menjadi bagian-bagian kecil atau menjadikan komponen-komponen yang lebih kecil
sehingga lebih mudah dipahami.
B. Metode dan Teknik Analisis Bahasa
1. Teori Einar Haugen
Haugen (dalam Sudaryanto, 1985:2-4) mengemukakan adanya dua macam metode
analisis bahasa, yakni metode padan dan metode distribusional. Metode
Padan adalah metode analisis bahasa yang alat ukurnya atau alat penentunya
berada di luar struktur bahasa yang bersangkutan. Adapun metode distribusional
adalah metode analisis bahasa yang alat ukurnya atau alat penentunya merupakan
bagian dari bahasa itu sendiri.
a) Metode Padan
Berdasarkan alat penentunya, metode padan dapat dikelompokkan menjadi
beberapa submetode, yaitu:
v
Submetode Padan Referensial
Pada
submetode ini alat penentunya berupa kenyataan yang ditunjuk atau diacu oleh
bahasa.
v
Submetode Padan Fonetikal
Submetode
ini alat penentunya berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
v
Submetode Padan Ortografik
Submetode
ini alat penentunya berupa aturan penulisan atau ejaan.
v
Submetode Padan Transilasional
Submetode
ini alat penentunya berupa padanan pada bahasa lain.
v
Submetode Padan Pragmatik
Submetode
ini alat penentunya berupa maksud yang dikehendaki oleh penutur.
b) Metode Distribusional
Berbeda dengan metode padan yang alat penentunya diluar bahasa yang
bersangkutan, metode distribusional ini alat penentunya dari dalam bahasa itu
sendiri. Adapun teknik-teknik Metode Distribusional sebagai berikut:
v
Teknik Pelepasan (Delisi)
Teknik Pelepasan adalah
teknik analisis bahasa dengan
melesapkan (menghilangkan, menghapuskan, mengurangi) unsur satuan lingual. Pelesapan atau penghilangan unsur dalam teknik
lesap berfungsi untuk mengetahui kadar struktural unsur yang dilesapkan. Kadar struktural ini dapat dilihat dari gramatikal atau tidak gramatikalnya suatu
unsur.
Contoh:
Tadi pagi, ia pergi ke Jogjakarta.
Unsur “ke” pada contoh di atas bersifat wajib. Bila “ke”
dihilangkan, maka akan menjadi: ”Tadi pagi,
ia pergi Jogjakarta”. Kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal.
v
Teknik Penggantian (Substitusi)
Teknik Penggantian (substitusi)
adalah teknik analisis bahasa
dengan menyelidiki kepararelan atau kesejajaran distribusi satuan lingual. Teknik
ini digunakan untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori.
Contoh: Mereka pergi ke
sekolah.
Amin pergi ke sekolah.
Kata Mereka adalah sekelas, sekategori, dan
sejenis dengan kata Amin.
v
Teknik Perluasan (Ekspansi)
Teknik perluasan
adalah teknik memperluas satuan lingual dengan unsur tertentu.
Contoh:
”Rumah baru” dapat diperluas menjadi:
”rumah [yang] baru”
“dalam rumah baru”
“dalam sebuah rumah baru”
“di dalam rumah yang baru”
v
Teknik Pembalikan (Permutasi)
Teknik pembalikan
adalah teknik analisis bahasa
dengan membalikkan urutannya. Teknik ini bertujuan untuk menguji tingkat
keketatan relasi antar unsur suatu
konstruksi atau satuan lingual.
Contoh:
Ali memukul Norton, berbeda dengan “Norton memukul Ali”.
Kalimat ”Ali memukul Norton.”, berbeda dengan ”Norton memukul
Ali.”, karena kalimat pertama Ali berperan sebagai agentif (pelaku) dan Norton
sebagai pasientif (penderita), sedangkan dalam kalimat kedua Norton berperan
sebagai agentif (pelaku) dan Ali sebagai pasientif (penderita).
v Teknik Penyisipan (Interupsi)
Teknik penyisipan adalah kemungkinannya menyisipkan suatu unsure atau
satuan lingual tertentu terhadap suatu kontruksi yang sedang kita analisis.
Contoh: Orang besar; bisa disisipi “yang” atau “yang agak”, dst.
2. Teori Hockett
Hockett
mengemukakan tiga macam cara menganalisis bahasa, yakni: (a) words and
padigm, (b) item and arrangement, dan (c) item
and process (Matthew, 1978: 18).
a) Words and paradigm
(WP)
Analisis ini menggunakan dasar deretan
paradigmatik sebagai alat untuk menetukan unsur bahasa. Deretan paradigmatik
adalah deretan struktur sejenis secara vertikal. Dengan deretan ini dapat
ditetapkan unsur-unsur bahasa yang dicari, misalnya fonem, morfem, kata, frasa,
klausa, kalimat, dan sebagainya.
b) Item and
process (IA)
Analisis ini menggunakan landasan deretan
sintakmatik sebagai alat untuk menentukan bentuk gramatik yang dicari. Deretan
sintakmatik adalah deteran bentuk-bentuk gramatik secara horizontal untuk
membentuk struktur yang lebih besar. Apabila telah diketahui bahwa makna sibur adalah
“mereka pergi” dan makna bur adalah “pergi”, maka dapat
dipastikan bahwa bentuk si berarti “mereka”.
c) Item and
process (IP)
Analisis ini menggunakan pendekatan proses.
Pengertian proses di sini dibedakan dengan prosede. proses adalah cara
terjadinya suatu konstruksi gramatik secara diakronik, sedangkan prosede adalah
cara terjadinya konstruksi gramatik secara sinkronik. Pembentukan kata berjalan yang berasal dari ber dan jalan pada dasarnya
bukan “proses” morfologis melainkan “prosede” morfologis, sebab kejadian
tersebut berupa peristiwa sinkronik (Uhlenbeck, 1982: 25).
Kata “perempuan” secara sinkronik merupakan
bentuk dasar, akan tetapi secara diakronik merupakan kata bentukan dari bentuk
dasar “empu” yang mendapat imbuhan “per-“ dan “-an”.[6]
C. Analisis Data Bahasa
Penelitian bahasa dapat berupa
komponen bahasa itu sendiri seperti bunyi bahasa (fonetik dan fonologi), sistem
pembentukan kata (morfologi), sistem pembentukan kalimat (sintaksis), dan
wacana. Penelitian bahasa dapat pula berupa penelitian bahasa yang
berhubungan dengan penggunaannya di dalam masyarakat pengguna bahasa
(sosiolinguistik, pragmatik, psikolinguistik).
1.
Penelitian
Bidang Fonologi
Penelitian bidang fonologi dapat
berupapenelitian fonetik, dan fonemik serta lingkungan fonem dan keselarasan
fonem. Materi fonetik tidak hanya terbatas pada bunyi bahasa saja akan tetapi
dapat pula mencakup bagaimana bunyi itu dihasilkan, dan bagaimana bunyi itu
diterima, sehingga mencakup fonetik artikulatoris dan fonetik auditoris.
Ø Unsur-unsur yang dapat diteliti di bidang fonologi,
a)
Proses terjadinya bunyi bahasa
Proses terjadinya bunyi bahasa
mencakup kajian unsur organ bicara yang terlibat dalam menghasilkan
bunyi–bunyi bahasa. Setiap bahasa mempunyai ciri khas pengucapan bunyi bahasa tertentu.
Kajian ini termasuk dalam kajian fonetik.
b)
Fonem vokal dan fonem konsonan
Vokal dan konsonan merupakan dua
fonem segmental yang harus di identifikasi untuk mengetahui sistem
fonologi bahasa. Setiap bahasa mempunyai khasanah fonem
vokaldan konsonan yang berbeda.
c)
Fonem klaster dan diftong
Fonem klaster dan diftong merupakan
dua atau lebih bunyi bahasa yang diucapkan dalam satu rangkaian
bunyibahasa. Kemunculan fonem klaster dan diftong sangat beragam pada berbagai bahasa. Oleh
karena itu kajian tentang dua hal ini akan memperkaya kajian
kebahasaan yang muncul dalam komunikasi.
d)
Perubahan varian fonem
Fonem akan berfariasi pengucapannya
karena dipengaruhi oleh lingkungan fonem yang terletak sebelum
dansesudahnya.
e)
Asimilasi dan disimilasi fonem
Asimilasi adalah proses penyamaan
bunyi sesuai dengan lingkungannya, misalnya al salam menjadi
assalam sementara disimilasi proses pembedaan bunyi
dengan lingkungannya.
2.
Penelitian
Bidang Morfologi
Morfologi adalah bidang ilmu yang mempelajari
unsur bahasa yang mempunyai makna. Morfologi juga
membahas tentang sistim pembentukan kata. Morfologi pada
dasarnya adalah meneliti dan memberikan aturan-aturan pembentukan kata dalam suatu bahasa. Kata-kata
bentukan itu ada yang mempertahankan identitasnya (infleksional) dan
ada yang mengubah identitasnya (derivatif). Proses-proses morfologis dikaji bentuknya,
fungsinya, dan keproduktifannya,
Ø Unsur-unsur yang dapat dijadikan objek penelitian dibidang
morfologi antara lain adalah sebagai berikut.
a)
Morfem dan kata
Morfem merupakan kajian satuan
bahasa terkecil yang mempunyai makna dan kata adalah gabungan dari
satuatau lebih morfem yang dapat berdiri sendiri dan terbuka untuk mendapat proses afiksasi dalam
proses morfemis.
b) Pembentukan kata
Pembentukan kata dapat dikaji dalam
dua jenis, yaitu derivasi yang merubah makna dan kelas kata dan
infleksiyang hanya berupa penanda gramatika. Dengan berkembangnya bahasa, sejalan juga
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembentukan
kata barusangat lazim terjadi. Sistim pembentukan kata tentu juga berkembang sesuai dengan kebutuhan
berbahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan.
c) Sistem afiksasi
Sistem afiksasi berhubungan dengan
penambahan prefik,sufik, konfik, dan infik pada kata dasar.
d) Kelas kata
Kelas kata terkait dengan perilaku
nomina, verba, adjective,adverbia, dan seterusnya.
e) Kata tugas
Kata tugas adalah unsur bahasa yang
bersifat tertutup,tidak mengalami morfemis, berbeda dengan kata yangbersifat
terbuka dalam proses morfemis.
f) Konjungsi
Konjungsi berfungsi menghubungkan
dua unsur atau lebihpada tataran frasa, klausa, dan kalimat. Jenis-jenis konjungsi antara lain: konjungsi kordinatif,
subordinatif,korelatif, antar kalimat, dan antar paragraph.
g) Interjeksi
Interjeksi adalah kata yang
berfungsi mengungkapkan perasaan. Misalnya keheranan (eh, oh, astaga,
aih, lho),negatif/meremehkan (sialan, brengsek, bah, idih),positif/memuji
(syukur, asyik, amboi, aduhai), mengajak(ayo, mari, ya), bersifat fatis (hai,
halo, nah).
h) Kata majemuk
Kata majemuk merupakan gabungan dua
unsure yang masing-masing memiliki makna, hasil gabungannya memiliki makna tersendiri, misalnya:
tunawisma, pasfoto,mahakuasa, dsb.
Morfologi juga terbuka untuk mebahas
gejala bahasa mutakhir dalam bahasa-bahasa yang sedang
berkembang.[7]
D. Contoh Analisis Bahasa Yang Berupa Fonologi, Morfologi, Sintaksis,
Maupun Semantic
1. Analisis
kesalahan bahasa dari segi fonologi
Kesalahan bahasa dari segi fonologi merupakan kesalahan dalam
pengucapan atau penuturan. Dan dalam
fonologi ada dua aspek yaitu segi fonetik dan fonemik.
a)
Fonetik merupakan kajian bunyi yang tidak memperhatikan arti,
sedangkan fonemik merupakan kajian bunyi yang memperhatikan arti.
Kesalahan –
kesalahan dari segi fonetik biasanya karena beberapa hal sebagai berikut :
Konsonan yang
ada dalam bahasa Arab tidak ada dalam bahasa Indonesia seperti :
· Tsa (ث) yang diperedisikan =/Apikointerdental/geseran
/td bersuara
· Dzal (
ذ ) yang diperedisikan =/Apikointerdental/geseran
/ bersuara
· Shod (ص) yang diperedisikan =/Apikodental
/geseran/td bersuara /tebal
· Dhot (ض) yang
diperedisikan=/pikopalatal/geseran/bersuara/sampingan
· Ain (ع) yang
diperedisikan = /Pharyngal/geseran/td bersuara/
Kebanyakan dari para sering kali
membuat kesalahan berat dalam menuturkan bunyi- bunyi diatas.Oleh sebab
itu, seorang guru atau tutor tahsin qiraah dituntut untuk mengadakan latihan
ekstra guna menyakinkan bahwa siswa telah mampu menuturkan bunyi bahsa Arab
tersebut dengan baik.
Konsonan yang
ada dalam bahasa Indonesia tapi tidak ada dalam bahasa Arab
·
(P) konsonan ini dideskripsikan =/bilabial/letuoan/td bersuara/
·
(V) konsonan ini
dideskripsikan =/ labiodental/geseran/ bersuara/
·
(C) konsonan ini dideskripsikan =/ mediopalatal /letupan/ td
bersuara/
Melihat fenomena –fenomena yang sudah ada, kesalahan yang banyak
dilakukan oleh para siswa adalah kesalahan dalam menuturkan bunyi –bunyi bahasa
Arab yang mirip dengan bunyi – bunyi bahasa Indonesia di atas. Ketika seorang
siswa bertemu dengan huruf ‘ain dan kalimat عالمين umpamanya, dengan tidak
sengaja, dia akan terbawa untuk menuturkan dengan NG menjadi ngalamin.
b) Fonemik
Kesalahan –
kesalahan yang terjadi sehingga bisa mempengaruhi arti dari bahasa tersebut :
Misalnya, dalam
melafalkan kata صار
sering kali siswa melakukan kesalahan melafalkannya menjadi سار hal ini akan berakibat fatal karna dapat
mempengaruhi suatu makna.
2.
Analisis kesalahan bahasa dari segi morfologi
Fenomena Bahasa yang memiliki kesalahan
salah satunya adalah kesalahan dalam morfologi, namun kasus kesalahan dalam
morfologi berbeda-beda. Fenomena yang akan di analisis kali ini adalah tentang
perubahan bentuk kata perintah dari segi waktu yang harus disesuaikan dengan
kata gantinya. Misalnya saja masih banyak siswa yang masih belum biasa
menentukan bentuk kata perintah mana yang sesuai dengan kata gantinya
Fi’il Amr (فعل الأمر) adalah kata kerja yang
mengandung perintah dengan tuntutan untuk mendapatkan sesuatu hasil setelah
kalimat perintah ungkapan atau فعل yang berisipekerjaan yang
dikehendakioleh متكلم
(pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh مخاطب (lawanbicara) sebagai orang yang
diperintah.
Perlu kita ingat, bahwa yang menjadi فاعل (pelaku) dariفعل الأمر adalah ضمير مخاطب (lawanbicara) atau orang kedua sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut .
Perlu kita ingat, bahwa yang menjadi فاعل (pelaku) dariفعل الأمر adalah ضمير مخاطب (lawanbicara) atau orang kedua sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut .
Contoh membuat fi’il ‘Amar Fi’ilTsulatsy
Mujarod (فعل ثلاثي مجرد )
Cara membuat فعل الأمر bagi fiil mujarod atau fi’il yang asalkatanya 3 huruf iniialah berpedoman kepada فعل المضارع dengan ketentuan sebagai berikut:
ياء “ mudhori’ “ dibuang . Bila setelah dibuangnya“ ياء“ huruf pertamanya sukun, maka harus ditambah hamzah washol didepannya. Harokatnya :bila huruf kedua sebelum akhir dhomah, maka harokatnya dhomah. Bila huruf kedua sebelum akhirnya fathah atau kasroh, maka harokatnya kasroh. Contoh :كَتَبَ – يَكْتُبُ – أُكْتُب
Cara membuat فعل الأمر bagi fiil mujarod atau fi’il yang asalkatanya 3 huruf iniialah berpedoman kepada فعل المضارع dengan ketentuan sebagai berikut:
ياء “ mudhori’ “ dibuang . Bila setelah dibuangnya“ ياء“ huruf pertamanya sukun, maka harus ditambah hamzah washol didepannya. Harokatnya :bila huruf kedua sebelum akhir dhomah, maka harokatnya dhomah. Bila huruf kedua sebelum akhirnya fathah atau kasroh, maka harokatnya kasroh. Contoh :كَتَبَ – يَكْتُبُ – أُكْتُب
Dalam hal ini siswa masih sering mengalami
kesalahan dalam memindahkan kalimat fi’il madhi Tsulatsy Mujarod kedalam fi’il ‘Amarnya. dan juga dalam pada
perubahan fi’il mudhori’ ke fi’il amr yang berasal dari fi’il mu’tal, siswa
juga sering kali mengalamami kebingungan.
Adapun penyebab dari kesalahan yang terjadi
adalah kesalahan intralingual yaitu kesalahan yang disebabkan oleh kesulitan
yang ada dalam bahasa target.Adapun sumber kesalahan itu adalah karena
generalisasi yang terlalu luas (over generalization) terjadi karena penerapan
dan struktur (BT dan BS) menjadi satu, siswa kurang memahami batas-batas suatu
kaidah dan penerapan kaidahnya, khususnya pada perubahan fi’il mudhori’ ke
fi’il amr yang berasal dari fi’il mu’tal, dan selain itu juga dikarenakan
pemahaman yang kurang dalam penggunaan hamzah qot’i maupun washli yang
digunakan dalam fi’il amr . Dan hl ini bisa juga dikarenakan kesalahan
pembuatan kesimpulan konsep-konsep yang muncul akibat interferensi yang salah
tentang nuansa perbedaan dalam BT, contohnya penyajian materi oleh guru yang
kurang tepat. Sering kita menemukan di lembaga-lembaga bahasa Arab yang
membelajarkan siswanya dalam mentashrifkan kata perintah sesuai dengan kata
gantinya secara salah, contohnya: اكتب- اكتبا-اكتبوا-اكتبي-اكتبا-اكتبنhal itu akan membuat para siswa hanya bisa
menghafal susunan tashrif tersebut tanpa mengetahui konsep siapa pelakunya.
Mungkin dengan mentashrifkan secara benar seperti contoh di bawah:
أنت اكتب-أنتما اكتبا – أنتم اكتبوا-أنتِ اكتبي – أنتما اكتبا – أنتنّ اكتبن
akan membuat siswa paham atas konsep siapa pelakunya di dalam kata perintah serta seperti apakah bentuk penggunaan hamzah dalam kata perintah (fi’il amr) itu.
3. Kesalahan berbahasa dari segi sintaksis
Melihat dari fenomena – fenomena kesalahan bahasa yang ada pada
siswa penyebab dari kesalahan yang terjadi dalam sintaksis adalah kesalahan
intralingual yaiu kesalahan yang disebabkan oleh kesulitan yang ada dalam
bahasa target.
Misal dalam mendeskripsikan devinisi
af’alul khomsah siswa masih
kesulitan mendeskripsikannya, kemudian dalam penggunaan dhomir dalam af’al
khomsah muannats mukhatabah siswa
juga sering melakukan kesalahan, Adapun sumber kesalahan itu adalah jarangnya
penggunaan dhamir muannats mukhatabah dalam kalimat, karena pelajar
bahasa target lebih cenderung menggunakan dhamir yang mudah menurutnya
seperti dhamir أنت,
أنا, نحن sedangkan dhamir muannats
mukhatabah jarang diaplikasikan, sehingga sukar bagi pelajar target
menggunakannya dalam kalimat.
Contoh الى اين تذهبين يا فاطمة؟ mereka masih sering melakukan kesalahan dengan
menururkan الى اين ذهبت يا فاطمة؟
4. Kesalahan berbahasa dari segi semantik
Dalam hal analisa
kesalahan pada level semantic ini kita tahu yang yang harus dianalisa adalah
yang berhubungan dengan makna, baik kata,kalimat, ataupun konteks. berikut kami
akan memaparkan sebagian dari contoh-contohnya diantaranya ialah ketika seorang
pembelajar bahasa khususnya di Indonesia seringkali kita temui misalnya ketika
kata جملة seringkali digunakan untuk menggungkapkan kata
jumlah dalam bahasa Indonesia, misalnya dimaksudkan untuk ungkapan “ Jumlah
mereka adalah….” Padahal sesungguhnya adalah dengan menggunakan kata عدد demikian juga kata
الطابق الأول yang seharusnya di Indonesia yang dipahami
lantai paling bawah padahal ada lagi istilah dari lantai paling bawah dalam
bahasa arab itu adalahالطابق الأرضى dalam pemahaman ini jika kekeliruan itu
terjadi disaat bicara sama native speaker akan terjadi kesalah pahaman,
begitupun juga kata الثانوية yang kita kinal dengan sekolah tingkat SMP namun dalam
pemahaman orang Arab asli akan berbeda yang mana dipahami dengan sekolah
setingkat dengan SMA.
[1]www.pengertiananalisis.com diakses pada
tanggal 18 november 2017 pukul 11.20
[6] Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Yogya:
Tiara Wacana, 2002), hlm. 119-123.
[7]M. Zaim, Metode
Penelitian Bahasa : Pendekatan Struktural (Padang:Sukabina Press), hlm.31-34
0 Response to "Metode Analisis Bahasa"
Post a Comment