METODE INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION)

METODE   INVESTIGASI  KELOMPOK (GROUP  INVESTIGATION) 

A.      Metode Pembelajaran
1.    Pengertian Metode Pembelajaran
Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati, dan “hodes” yang bermakna jalan atau cara.[1] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.[2] Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan  rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara maksimal.[3] Dalam pengertian lain disebutkan, metode adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekan fakta, melakukan peninjauan, percobaan dan sebagainya dengan memperoleh jawaban atas pertanyaan, penyelidikan.[4]
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, materal, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan.[5]
Pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Implikasinya bahwa pembelajaran sebagai suatu proses harus dirancang, dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis, dengan menerapkan pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa.[6]
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.[7]
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai serangkaian cara atau rencana yang disusun untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran.
Sementara itu, kondisi pembelajaran didefinisikan sebagai faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Ia berinteraksi dengan metode pembelajaran dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Beda halnya dengan variable metode pembelajaran. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda.[8] Artinya, metode pembelajaran dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran. Ataupun sebaliknya, dalam situasi dan kondisi pembelajaran yang berbeda, dapat digunakan metode pembelajaran yang berbeda pula.
2.    Pentingnya Metode dalam Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, metode pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Metode pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.[9]
Titik sentral yang harus dicapai oleh kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Apa pun yang termasuk perangkat program pengajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajaar dengan kemalasan. Anak didikpun diwajibkan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan selalu mentaati perintah guru. Keduan unsur manusiawi ini juga beraktivitas tidak lain karena ingin mencapai tujuan secara efektif dan efisien.[10]
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus dilakukan adalah melakukan  pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran.[11]
Metode pembelajaran memegang peran penting dalam tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan metode dalam pembelajaran tidak bisa dilakukan sembarangan, tetapi harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Karena masing-masing metode pembelajarana memiliki kelebihan dan kekurangan, guru harus memilih metode yang tepat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemelihan metode pembelajaran antara lain:
a.    Tujuan
Faktor pertama yang hendaknya dikaji oleh guru dalam rangka menetapkan metode mengajar ialah tujuan instruksional khusus. Tujuan ini hendaknya dijadikan tumpuan perhatian karena akan memberi arah dalam mempertimbangkan efektivitas suatu metode. Menggunakan metode yang tidak sesuai dengan tujuan instruksional khusus merupakan kerja yang sia-sia.[12]
b.   Anak didik
Anak didik dengan berbagai potensi, status sosial dan latar belakang kehidupan yang dimiliki tentunya juga memiliki tingkatan intelektual yang berbeda.
Para ahli sepakat bahwa secara intelektual, anak didik selalu menunjukkan perbedaan. Hal ini terlihat dari cepatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar dan lambatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan guru.[13]
Dari berbagai perbedaan itulah guru diharapkan mampu menciptakan situasi belajar yang inovatis dan menentukan metode pembelajaran yang tepat sesuai tujuan yang telah direncanakan.
c.    Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi belajar mengajar di alam terbuka, yaitu di luar ruang sekolah. Maka guru dalam hal ini tentu memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu. Di lain waktu, sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan, maka guru menciptakan lingkungan belajar anak didik secara berkelompok.[14] Guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu.
d.   Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang kegiatan belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.[15]
e.    Guru
Guru  yang memiliki dedikasi tinggi tentu akan senang dapat menjangkau semua pelajar dengan modalitas yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, meskipun cara belajar dan mengajar guru mencerminkan kecenderungan modalitasnya, guru hendaknya berupaya mengembangkan semua modalitas belajar-mengajar (baik visual, auditorial maupun kinestetik).[16]
Dalam menetapkan metode yang akan digunakan dalam melaksanakan proses belajar-mengajar guru hendaknya terlebih dahulu mempertimbangkan kepribadian dan penguasaannya terhadap suatu metode. Guru tentu dapat mengetahui letak perbedaan kekuatan dan kelemahan dirinya dalam menggunakan metode apa pun.[17]
Oleh karena itu, metode pembelajaran berperan penting dalam sebuah proses pembelajaran. Selain sebagai alat penentu sebuah tujuan pendidikan, metode pembelajaran juga mempermudah grur maupun anak didik dalam kegiatan belajar mengajar.
3.    Bentuk-bentuk Metode Pembelajaran
           Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, metode pembelajaranpun berkembang dan domodifikasi sebemikian rupa guna mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yang bisaanya digunakan oleh guru-guru antara lain:
a.      Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dilaksanakan oleh para guru, yaitu penyajian materi melaluipenuturan dan penerangan lisan guru kepada siswa. Metode ini digunakan apabila materi pelajaran banyak mengandung hal-hal yang memerlukan penjelasan guru.[18]
b.      Metode diskusi
Bentuk metode mengajar lain yang cukup popular dan sering digunakan adalah diskusi. Metode ini pada dasarnya merupakan kegiatan tukar-menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur. Tujuannya ialah untuk memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, disamping itu untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.[19]
c.       Metode kontekstual
Metode pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan meraka.[20]
d.     Metode kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.[21] Tujuan pembelajaran ini adalah siswa diharapkan bisa bersosialisasi dalam proses belajar mengajar.




B.       Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
1.    Pengertian Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
                Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah model group investigation. Model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demikrasi. Model ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan dasar berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahnnya.[22]        
                Metode investigasi kelompok (Group Investigation) merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini merupakan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.[23]
                Metode ini menuntut siswa untuk kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan proses memiliki kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode Group Investigation umumnya membagi kelas menjadi bebrapa kelompok yang beranggotakan 4 – 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.[24]
                Pembentukan kelompok dalam model pembelajaran ini didasari atas minat anggotanya. Pembelajaran dengan metode Group Investigation menuntut melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi.[25]
2.      Langkah-langkah Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
                Sebelum mengimplementasikan metode investigasi kelompok (group investigation) dalam proses pembelajaran, langkah-langkah yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut:[26]
a.      Pemilihan topik
          Siswa memilih berbagai subtopik tertentu dalam bidang permasalahan umum tertentu, yang biasanya diterangkan oleh guru. Siswa kemudian diorganisasikan kedalam kelompok-kelompok kecil berorientasi tugas yang beranggota dua sampai enam orang. Komposisi kelompoknya heterogen baik secara akademis maupun etnis. 
b.       Cooperative Learning
          Siswa dan dan guru merencanakan prosedur, tugas dan tujuan belajar tertentu yang sesuai dengan sub-subtopik yang dipilih dalam langkah 1.
c.       Implementasi
          Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberi bantuan jika diperlukan.



d.     Analisis dan Sintesis
          Para siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan merencanakan peringatan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e.      Penyajian hasil akhir
          Semua kelompok menyajikan hasil presentasi yang menarik dan berbagai topik yang dipelajari agar semua siswa terlibat dan mencapai prespektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan guru.
f.        Evaluasi selanjutnya
          Guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai konstribusu tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individual atau kelompok atau keduanya.
3.      Kelebihan dan kekurangan metode investigasi kelompok (group investigation)
a.      Kelebihan
1)      Meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri komplek.
2)      Kegiatan belajar berfokus pada siswa sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik.
3)      Meningkatkan keterampilan sosial dimana siswa dilatih untuk bekerja sama dengan siswa lain.
4)      Meningkatkan pengembangan softskills (kritis, komunikasi, kreatif) dan group process skill (managemen kelompok).
5)      Menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.
6)      Mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan.
7)      Mampu menumbuhkan sikap saling menghargai, saling menguntungkan, memperkuat ikatan sosial, tumbuh sikap untuk lebih mengenal kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab dan merasa berguna untuk orang lain.
8)      Dapat mengembangkan kemampuan professional guru dalam mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif.
b.      Kekurangan
1)      Memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit.
2)      Pendekatan ini mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis, sehingga tujuan tidak akan tercapai pada siswa yang tidak turut aktif.
3)      Memerlukan waktu belajar relatif lebih lama.
4)      Diperlukan waktu untuk penyesuaian sehingga suasana kelas menjadi mudah ribut.
5)      Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
6)      Menuntut kesiapan guru untuk menyiapkan materi atau topik investigasi secara keseluruhan. Sehingga akan sulit terlaksana bagi guru yang kurang kesiapannya.

C.      Materi Akhlak Terpuji
            Akhlak terpuji (akhlak karimah) yang diturunkan Islam amat luas, tidak hanya menyangkut hubungan dengan sesama manusia dan Allah swt., melainkan juga yang berhubungan dengan diri sendiri. Akhlak terpuji terhadap orang lain, antara lain sebagai berikut:[27]
1.      Sidiq
a.      Pengertian sidiq
Sidiq artinya benar. Segala ucapan, tingkah laku, daan  perbuatan rosul selalu benar (jujur). Ini adalah sifat yang wajib bagi seorang rosul. Sebagai umat islam yang taat kepada nabinya, kita harus memiliki sifat sidiq. Sidiq adalah akhlak yang mulia. Rosulullah SAW menyerukan umatnya untuk senantiasa berlaku benar, baik dalam tindakan maupun ucapan.
      Dalam salah satu hadisnya, beliau bersabda: “katakanlah yang sejujurnya walaupun itu pahit bagimu.” Rosulullah tidak hanya menyerukan, tapi ia juga mempraktikkanya dalam kehidupan sehari-hari. Berlaku jujur dapat di bagi menjadi dua, yaitu jujur kepada diri sendiri dan jujur kepada orang lain dan tentunya berikhtiar.[28]
Jujur kepada diri sendiri adalah mengaakui sesuatu yang sebebnarnya ada pada diri kita. Contohnya saat kita mengerjakan ujian di madrasah. Jika kita jujur terhadap diri sendiri, kita tidak aakan menyontek dan berusaha sebisa mungkin untuk mengerjakannya sendiri, apapun hasilnya. Sedangkan jujur kepada orang lain maksudnya adalah mengatakan  kebenaran kepada orang lain. Misalnya, ketika di tanya kita menjawab yang sebenaarnya.
      Orang yang memiliki sifaat jujur dalam hidupnyaa akan di percaya orang. Mereka mereka tidak merasa khawatir di bohongi. Dengan kepercayaan itu, mereka juga tidak takut bilaa berhubungaan dengaan kita. Lawan aakhlak sidiq adalah kizib yaitu berdusta. Orang yaang suka berdusta pasti tidak di percaya orang lain.
Contoh perilaku jujur:
1.      Mengatakan kebenaran
2.      Mengakui keterbatasan diri dengan tidak menutupinya seakan-akan diri kita mampu.
3.      Tidak berlaaku curang. Crang merupakan salah satu ketidak jujuran dalam bentuk tindakan.
2.      Amanah
a.      Pengertian amanah
Amanah artinya dapat di percaya. Rosul memegang teguh kepercayaaan yang diberikan kepadanya.. rosul selalu dapat dipercaya dalam hal apapun. Sifat amanah merupakan akhlak terpuji orang yang bersifat amanah, akan di senangi orang. Amanah adalah sifat tidak berkhianat atas kepercayaan yang di berikan. misalnya, kamu disuruh ibu guru untuk menyampaikan surat dari kepala sekolah. Surat itu adalah surat teguran karena kamu bolos sekolah selama beberapa hari. Namun karena kamu takut akan di marahi ibu, kamu tidak menyampaikan surat tersebut. Itu artinya kamu tidak amanah.
Contoh sikap amanah misalnya, kamu di titipkan pesan oleh seseorang teman untuk membelikan buku. Temanmu itu telah memberikan uang. Kamu menjalankaan amanah yang diberikannya dan membelikannya buku. Kamupun mengembalikan sisa uang kembalian kepada teman. Itulah tuntutan Islam.[29]

3.      Tabligh
a.      Pengertian tabligh
Tabligh artinya menyampaikan. Rosul menyampaikan wahyu llah (ajaran agama) kepada matnya, dekat atau jauh, sulit atau mudah. Sebagai anak muslim, kamu harus dapat menyampaikan kebenaran. Berani berbuat benar dan selalu taat terhadap perintah allah SWT dan rosulnya.
      Kebenaran mutlak datang dari allah SWT. Menati perintah allah SWT sepertib shalat tepat pada waktunya, berpusa, be amal kebaikan , kamu telah berbuat tabligh. Tabligh adalah sifat wajib bagi rosul untuk menyampaikan risalah dan wahyu allah SWT kepada umatnya. Tabligh merupakan sifat terpuji kitapun disarankan untuk meneladaninya. Kebalikan dari sifat tabligh adalah kitman artinya menyembunyikan. Kamu harus menjauhi sifat tersebut, karena sangat merugikan setiap orang.[30] Jadi di mana sajapun kita berada,  hendaknya kita dapat mengajak borang laibn untuk selalu berbuat baik, tolong-menolong, dan taat terhadap perintah-perintah allah SWT dan rosulnya. Kebalikan dari sifat tabligh adalah kitman artibnya menyembunyikan. Kamu harus menjauhi sifat tersebut, agar kamu menjadi orang yang beruntug.[31]
4.      Fatonah
a.      Pengertian fatonah
Fatonah artinya cerdas, pandai, dan bijaksana. Rosul adalah seorang yang cakap. Pandai dan bijaksana dalam menyelesaikan setiapb persoalan. Rosul juga cakap mengetahui situasi dan kondisi yang di hadapi saat ini.  Agar menjadi anak yang berprestasi, kamulah harus cerdas. Kecerdasan bisa kita peroleh dengan belajar yang rajin.
      Memiliki sifat yang cerdas sangatlah menguntungkan. Selain menjadi anak yang pintar dan berprestasi, anakb yang cerdas juga terhindar dari tipu daya orang lain. contohnya abdullah sangatlah mahir dalam belajar matematika, nilai ulangannya selalu bagus. Suatu hari abdullah di mintai pak guru untuk membeli sesuatu dengan pecahan uang Rp. 100.000. setelah selesai berbelanja, pegawai toko mengembalikan uang kurang Rp.10.000. abdullah langsung menegur dan meminta kekurangannya. Bila abdullah tidak cerdas tentu uang kembalian pak guru kurang. Dan itulah ajaran-ajaran sesuai petunjuk Islam.[32]
Siswa madrasah harus cerdas. Tantangan dan persaingan hidup manusia sekarang ini sangatlah ketat. Perkembangan ilmu dan teknologi amat pesat. Manusia berlomba untuk mencapai cita-citanya. Penguasaan komputer dan sains mutlak diperlukan. Kamu harus sungguh-sungguh dan tekun dalam belajar.
Adapun ciri-ciri anak cerdas adalah sebagai berikut:
1.      Rajin belajar.
2.      Gemar membaca buku
3.      Berani bertanya kepada pak guru.
4.      Menaati tata tertib madrasah
5.      Memiliki cita-cita yang kuat.
6.      Selalu berdoaa kepada allah SWT.
Kebalikan dari sifat fatonah adalah baladah, artinya bodoh. Kamu harus menjauhi perilaku ini karena akan merugikan diri kamu sendiri..[33]
Dengan demikian perasaan cinta pada  nabi dan rosul merupakan kewajiban dan keharusan juga. Tanpa ada  rasa cinta kepada nabi dan rosul tidaak akan mungkin  kita  dapat melaksanakan ajaran allah SWT.[34]

D.      Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
1.      Pengertian Aqidah Akhlak
Secara etimologis, aqidah berakar dari kata  ﻋﻗﻴﺪﺓ  - ﻋﻗﺪﺍ  - ﻴﻌﻗﺪ  - ﻋﻗﺪ aqidah memiliki beberapa makna diantaranya adalah simpul, kokoh, ikatan dan perjanjian. Setelah kata ‘aqdan terbentuk menjadi ‘aqidatah maka berarti keyakinan. Kaitan antara arti kata ‘aqdan dan ‘aqidah adalah keyakinan itu tersimpul di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Jadi aqidah adalah sesuatu yang diyakini seseorang.[35]
Secara kebahasaan, kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jama’ dari Khuluq atau khulq, yang berarti: tabiat atau budi pekerti, kebisaaan atau adat, keperwiraan, kesatriaan, kejantanan dan agama. Sementara itu, secara istilah akhlak didefinisikan sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan yang lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.[36]
Mata pelajaran Akidah-Akhlak di MI adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara  mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, sampai iman kepada Qadla dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-Asma’ al-Husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberiikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembisaaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-Akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibisaakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.[37]
2.      Tujuan pelajaran Aqidah Akhlak
a.        Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembisaaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT;
b.        Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari  baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.[38]
3.         Ruang lingkup pelajaran Aqidah Akhlak
a.        Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah, Al-Asma al-Husna, iman kepada Allah, kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah, Hari Akhir serta Qadha Qadar.
b.        Aspek Akhlak terpuji yang terdiri atas bertauhid, ikhlas, taat, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur, qana’ah, tawadlu’, husnudz dzon, tasamuh dan ta’awun berilmu, kreatif, produktif dan pergaulan remaja.
c.         Aspek Akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaq, ananiah, putus asa, ghadhab, tamak, takabbur, hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namimah.
4.         Prinsip-prinsip Aqidah Akhlak
Dalam Islam aqidah merupakan masalah asasi yang merupakan misi pokok yang dibantu oleh para Nabi, baik tidaknya seseorang ditentukan dari aqidahnya,  pengingat amal saleh merupakan pancaran dari akidah yang sempurna karena aqidah merupakan masalah asasi, maka dalam kehidupan manusia perlu ditetapkan prinsip-prinsip dasar aqidah Islamiyah agar dapat menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat.[39]
Prinsip aqidah yang dimaksud adalah: [40]
a.        Aqidah didasarkan atas tauhid yakni mengesakan Allah dari segala dominasi yang lain.
b.        Aqidah harus dipelajari terus menerus dan diamalkan sampai akhir hayat kemudian selanjutnya diturunkan atau diajarka kepada orang lain.
c.         Scope pembahasan aqidah tentang Tuhan dibatasi dengan larangan membicarakan atau memperdebatkan tentang eksistensi dzat Tuhan, sebab dalam satu hal ini manusia tidak akan mampu menguasainya.
d.       Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat aqidah, bukan untuk mencari aqidah, karena aqidah Islamiyah sudah jelas tertuang dalam al-Quran dan al-sunnah.
Sedangkan dalam akhlak prinsip-prinsip yang dipergunakan adalah:[41]
a.        Akhlak yang benar dan baik harus didasarkan atas al-Quran atau al-sunnah, bukan dari tradisi atau aliran-aliran tertentu yang sudah tampak tersesat.
b.        Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, sesama manusia, dan kepada Allah.
c.         Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan akidah dan syariah, karena ketiga unsur diatas merupakan bagian internal dari syarah Allah SWT.
d.       Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, walaupun objek akhlak adalah pada makhluk.
e.        Akhlak dilakukan menurut proporsinya, misalnya seorang anak harus lebih hormat kepada orang tuanya dari pada kepada  orang lain.

E.       Implementasi Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation) dalam Materi Akhlak Terpuji
Investigasi kelompok (group investigation) adalah salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif yang membutuhkan interaksi sosial yang baik bagi peserta didik. Dalam pembelajaran inilah kooperatif memainkan peranannya dalam memberi kebebasan kepada pembelajar untuk berfikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif. Pola pengajaran ini akan menciptakan pembelajaran yang diinginkan, karena siswa sebagai objek pembelajaran ikut terlibat dalam penentuan pembelajaran.[42]
Investigasi kelompok (group investigation) juga dapat digunakan dalam materi akhlak terpuji pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak. Guru yang menggunakan pendekatan GI (group investigation) biasanya membagi kelas menjadi kelompok-kelompok heterogen yang masing-masing beranggota lima atau enam orang.[43] Dalam hal ini guru membangun berbagai kondisi untuk bahan penyelidikan siswa, melibatkan siswa dalam perencanaan, mendorong dan menerima ide-ide siswa, dan memberi otonomi serta pilihan kepada siswa.[44] Selanjutnya, guru beserta peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu. Sesudah topik beserta topik beserta permasalahannya disepakati, peserta didik beserta guru menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah.[45]
Dalam penelitian ini, para peserta didik akan  melakukan investigasi tentang materi akhlak terpuji pada Mata Pelajaran aqidah Akhlak yang meliputi ikhtiar, tawakal, sabar, syukur dan qanaah. Yang mana akhlak terpuji ini merupakan bagian dari akhlakul karimah yang harus mereka ketahui secara mendalam sebagai bekal hidup mereka dimasa mendatang.
Guru sebagai vasilitator membimbing siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar, mereka membuat kelompok, berdiskusi, menemukan pemikiran baru dan membuat laporan atau hasil diskusi yang mereka dapatkan.
Dalam konteks pendidikan islam, metode investigasi kelompok (group investigation) yang menekankan kerjasama antar anggota kelompoknya dengan melakukan investigasi dan mendiskusikan hasil yang mereka peroleh. Allah berfirman:

 


...
            Artinya:
“ ... sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS Asy Syuura: 38)[46]
Ayat ini juga mengajarkan kepada kita agar membiasakan diri melalui musyawarah dalam mengatasi berbagai persoalan, baik di lingkungan sekolalah, keluarga, maupun masyarakat.







[1] Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2008, h. 28.  
[2] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, h. 740.
[3] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2006, h.147.
[4] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op. Cit., h. 740.  
[5] Zainal Aqid, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya: Insan Cendekia, 2002, h. 41.
[6] Udin Syaefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 124.
[7] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010, h. 46.
[8] Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, h. 16.
[9] Agus Suprijono, Op. Cit., h. 46.
[10] Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta , 2002, h. 88.
[11] Ibid.
[12] Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001, h. 92.
[13] Ibid., h. 90.
[14] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit., h. 91.
[15] Ibid., h. 92.
[16] Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op. Cit., h. 101.
[17] Ibid.
[18] Hamdani, Dasar-dasar Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011, h. 96.
[19] Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op. Cit., h.111.
[20] Udin Syaefudin Sa’ud, Op. Cit.,  h. 162.
[21] Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Mata Padi Presindo, 2009, h.37.
[22] Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, h.  87.
[23] Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, h. 59.
[24] Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Mata Padi Presindo, 2009, h. 46.
[25] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Satu Tinjauan Konseptual Operational, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 195.
[26] Richard I. Arends, Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 14.
[27] T. Ibrahim dan Darsono, Membangun Aqidah dan Akhlak, Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009, h. 102
[28] Ibid., h. 30.
[29] T. Ibrahim dan Darsono, Op. Cit., h. 28.
[30] T. Ibrahim dan Darsono, Op. Cit., h. 32.
[31] Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit.,  h. 111.
[32] T. Ibrahim dan Darsono, Op. Cit., h. 36.
[33] Departemen Agama Republik Indonesia, Loc. Cit.,  h. 38.
[34] T. Ibrahim dan Darsono, Op. Cit., h. 38.
[35] Abdulah Mahmud, et.all., , Studi Islam 1, Surakarta: Lembaga Studi Islam, 2002, h., 3
[36] Ibid., h. 111.
[37] Tim Pengembang Kurikulum, Kurikulum Madrasah Ibtida’iyyah Tarbiyatul Islamiyah Sokopuluhan-Pucakwangi-Pati Tahun Pelajaran 2012-2012, Tanggal 9 Juli 2012.
[38] Peraturan Menteri Agama RI Nomor: 2 Tahun 2008
[39] Muhaimin, et.all, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Kencana, 2005, h. 269.
[40] Ibid.
[41] Ibid., h. 273.
[42] Isjoni, Op. Cit., h. 87.
[43] Ricahard I. Arends, Op. Cit., h. 14.
[44] Ibid.,  h. 2
[45] Agus Suprijono, Op. Cit.,  h. 93.
[46] Departemen Agama Republik Indonesia, Loc. Cit.,  h.789.

1 Response to "METODE INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION) "