Pengertian Kepuasan Konsumen

     Pengertian Kepuasan Konsumen
Menurut Kotler (1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan.[1]
Di dalam teori ekonomi kepuasan seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang dinamakan utility atau nilai guna. Kalau kepuasan semakin tinggi semakin tinggi pula nilai gunanya. Sebaliknya, bila kepuasan semakin rendah maka semakin rendah pula nilai gunanya. Seorang muslim untuk mencapai tingkat kepuasan mempertimbangkan beberapa hal : barang yang dikonsumsi tidak haram-termasuk di dalamnya berspekulasi, akan menimbun barang dan melakukan kegiatan di pasar gelap-, tidak mengandung riba, dan memperhitungkan zakat dan infaq. Oleh karena itu, kepuasan seorang muslim tidak didasarkan atas banyak sedikitnya barang yang bisa dikonsumsi, tetapi lebih dikarenakan apa yang dilakukan sebagai ibadah dengan memenuhi apa yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhi segala larangan Allah SWT.[2]
Jika dilihat kandungan mashlahah dari suatu barang/jasa yang terdiri dari manfaat dan berkah, maka disini seolah tampak bahwa manfaat dan kepuasan adalah identik. Kepuasan adalah merupakan suatu akibat dari terpenuhinya suatu keinginan, sedangkan mashlahah merupakan suatu akibat atas terpenuhinya suatu kebutuhan atau fitrah. Meskipun demikian, terpenuhinya suatu kebutuhan juga akan memberikan kepuasan terutama jika kebutuhan tersebut disadari dan diinginkan. Sebagai misal, ketika seorang mengkonsumsi suatu obat atau jamu untuk mendapatkan tubuh yang sehat, maka ia akan mendapatkan mashlahash fisik, yaitu kesehatan tersebut. Jika rasa obat/jamu tersebut disukai atau diinginkan, maka konsumen akan merasakan mashlahah sekaligus kepuasan. Namun, jika konsumen tidak menyukai rasa obat/jamu tersebut maka ia akan mendapatkan mashlahah meskipun tidak memperoleh kepuasan saat itu.
Berbeda dengan kepuasan yang bersifat individualis, mashlahah tidak hanya bisa dirasakan oleh individu. Mashlahah bisa jadi dirasakan  oleh selain konsumen, yaitu dirasakan oleh sekelompok masyarakat. Sebagai misal ketika seseorang membelikan makan untuk tetangga miskin, maka mashlahah fisik/psikis akan dinikmati oleh tetangga yang dibelikan makanan sementara itu, si pembeli/konsumen akan mendapatkan berkah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan muamalah dimungkinkan diperoleh manfaat sekaligus berkah.[3]
Dalam suatu hadits dinyatakan bahwa memperturutkan kepuasan-yang  tidak terbatas-akan merusak diri, bukan berarti seorang muslim tidak boleh mendapatkan kepuasan dari konsumsinya terhadap sejumlah barang. Tetapi kepuasan seorang muslim terbatas. Untuk mengetahui kepuasan seorang muslim dapat diilustrasikan dalam bentuk nilai guna. Nilai guna dibedakan menjadi dua, yaitu nilai guna total (total utility) dan nilai guna marginal (marginal unility). Nilai guna total adalah jumlah seluruh kepuasan yang di peroleh dalam mengkonsumsi sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marginal adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang.[4]
Mengurangi konsumsi sebelum mencapai kepuasan maksimal sebagai upaya untuk menjaga konsistensi kepuasan yang diterima seorang muslim dari mengkonsumsi suatu barang, karena tambahan nilai guna yang kan diperoleh akan menjadi semakin sedikit apabila ia terus menerus menambah konsumsinya. Hukum ini terkenal dengan hukum nilai guna marginal yang semakin menurun (the law diminishing return). Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif. Apabila konsumsi keatas barang tersebut ditambah terus, maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit.
Hukum nilai guna marginal semakin menurun ini menjelaskan bahwa pertambahan yang terus menerus dalam berkonsumsi suatu barang tidak akan menambah kepuasan dalam berkonsumsi, tetapi lama kelamaan tingkat kepuasan atas barang semakin menurun.[5]
B.   Fungsi Tingkat Kepuasan  (Utilitas)
Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan (utility function) digambarkan oleh kurva indeferensi (indifference curve). Biasanya yang digambarkan adalah tingkat kepuasan antara dua barang (atau jasa) yang keduanya memang disukai oleh konsumen.
Dalam membangun teori tingkat kepuasan, digunakan tiga aksioma pilihan rasional, yakni : kelengkapan (completeness), transitivitas, (transitivity), dan kesinambungan (continuity).
1.   Kelengkapan
Aksioma ini mengatakan bahwa setiap individu selalu dapat menentukan keadaan mana yang lebih disukainya di antara dua keadaan. Bila A dan B adalah dua keadaan yang berbeda. Maka individu selalu dapat menentukan secara tepat satu antara tiga kemungkinan ini :
·         A lebih disukai dari pada B
·         B lebih disukai dari pada A
·         A dan B sama menariknya
2.   Transitivitas
Aksioma ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengatakan “ A lebih disukai dari pada B’’ , dan B lebih disukai dari pada C’’, maka ia pasti akan mengatakan bahwa ‘’ A lebih disukai dari pada C”. Aksioma ini sebenarnya untuk memastikan adanya konsistensi internal di dalam diri individu dalam mengambil keputusan.
3.   Kesinambungan
Aksioma ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengatakan “A lebih disukai dari pada B’’, maka keadaan yang mendekati A pasti juga lebih disukai dari pada B.[6]
C.   Memaksimumkan Nilai Guna
Setiap muslim akan berusaha memaksimumkan kepuasan  yang dapat diperolehnya. Bila seorang muslim mengkonsumsi satu barang maka dapat diukur berapa tingkat kepuasan yang kita dapat dari barang tersebut, tetapi kita tidak hanya mengkonsumsi satu barang, tetapi lebih dari satu barang, bahkan mungkin berpuluh-puluh barang. Kerumitan muncul dalam menentukan  komposisi dan jumlah barang yang mewujudkan nilai guna  yang maksimum dari berbagai perbedaan barang yang akan kita konsumsi. Kalau harga setiap barang adalah bersamaan, nilai guna akan mencapai tingkat yang maksimum apabila nilai guna marginal dari setiap barang adalah sama besarnya. Misalnya seorang muslim mengkonsumsi tiga macm barang, yaitu: makanan, pakaian, hiburan. Didapatinya bahwa unit makanan ketiga, unit pakaian kedua, dan unit hiburan pertama memberikan nilai guna marginal yang sama besar. Maka kepuasan maksimum akan diperoleh orang tersebut apabila mengkonsumsi tiga unit makanan, dua unit pakaian, dan satu unit hiburan.
Dalam keadaan dimana harga dari berbagai macam barang adalah berbeda, apakah syarat yang harus dipenuhi agar barang-barang yang dikonsumsi akan memberikan nilai guna yang maksimum. Syarat yang harus dipenuhi adalah setiap  rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna yang sama besarnya.
Seorang muslim tidak perlu bersusah payah untuk menentukan barang mana yang harus ditambah. Mana pun yang dipilih akan memberikan nilai guna marginal yang sama besar. Maka dapat dikemukakan bahwa :
1.    Seorang muslim akan memaksimumkan nilai guna daripada barang-barang yang dikonsumsinya apabila perbandingan nilai guna marginal berbagai barang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga barang-barang tersebut.
2.    Seorang muslim akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsinya apabila nilai guna marginal dari setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsi.
Kedua hal tersebut mengandung pengertian yang sama syarat maksimum nilai guna dapat dirumuskan :
MU barang A =  MU barang B  =  MU barang C = satu nilai tertentu MU/rupiah PA                                               PB                                           PC
Dalam persamaan di atas marginal utility (MU) adalah nilai guna marginal dan PA, PB dan PC berturut-turut adalah harga barang A, harga barang B dan harga barang C.[7]
D.   Analisis Kurva Kepuasan Sama
Teori nilai guna adalah teori yang lebih dahulu dikembangkan di dalam menerangkan individu di dalam melakukan pemilihan barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsi. Analisis ini memberikan gambaran secara jelas tentang prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan orang berpikir secara rasional dalam memilih berbagai jenis barang yang akan dibeli dan dikonsumsi. Tetapi, dari kenyataan teori ini terdapat kelemahannya; karena kepuasan tidak dapat dihitung dengan angka-angka, kepuasan adalah sesuatu yang relatif oleh karena itu tidak dapat diukur.
Dalam melengkapi teori nilai guna, berkembang pendekatan baru untuk mewujudkan prinsip pemaksimuman kepuasan oleh seorang konsumen yang mempunyai pendapatan yang terbatas. Analisis ini menggambarkan pertemuan dua macam kurva, yaitu kurva kepuasan sama (indifference curve) dan garis anggaran pengeluaran (budget line).[8]
1.   Kurva Kepuasan Sama (Indefference Curve)
Kurva kepuasaan sama adalah suatu kurva yang menggambarkan gabungan dari dua barang yang akan memberikan kepuasan yang sama besar. Untuk menjelaskan kurva ini dapat diilustrasikan sebagai berikut seorang muslim mengkonsumsi makanan dan pakaian, seorang muslim mempunyai kebebasan untuk menentukan kombinasi makanan dan pakaian yang akan dikonsumsinya.
Misalnya ditunjukkan dengan enam kombinasi makan dan pakaian yang akan memberikan kepuasan yang sama besarnya kepada seorang muslim.
Daftar Gabungan Makanan dan Pakaian yang Memberikan Kepuasan yang Sama Besar
Kombinasi
Jumlah Barang
Tingkat penggantian marginal diantara makanan dan pakaian
Makanan
Pakaian
A
20
1
-
B
16
2
4/1 = 4,0
C
12
4
4/2 = 2,0
D
10
6
2/2 = 1,0
E
8
8
2/2 = 1,0
F
5
10
2/4 = 0,20
Kurva kepuasan sama akan memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai keinginan seorang konsumen untuk mengkonsumsi dua barang dan memberikan kepuasan yang maksimum. Dalam gambar berikut dibuat kurva kepuasan sama dari seorang konsumen yang mengkonsumsi makanan dan pakaian.
makanan (Unit)                Gambar Kurva Kepuasan Sama
20
15
10
5                                                    U
2        4        6       8        10
Pakaian (Unit)
Apabila seorang muslim menukar kombinasi barang yang dikonsumsinya dari kombinasi A menjadi B, maka perubahan ini akan mempengaruhi kenaikan konsumsi pakaian 1 menjadi 2 unit sedangkan untuk makanan mengalami  penurunan dari 20 menjadi 16 unit. Berarti, setiap kenaikan konsumsi satuan barang akan mengurangi konsumsi barang yang lain. Keadaan ini menggambarkan besarnya pengorbanan suatu barang untuk meningkatkan konsumsi barang yang lain dan dalam waktu yang sama tetap mempertahankan tingkat kepuasan yang diperoleh. Pengorbanan yang dilakukan dinamakan tingkat penggantian marginal atau marginal rate of substitution (MRS). Tingkat pergantian marginal mengandung arti sebagai berikut:
“Ketika seorang muslim mempunyai makanan yang relatif banyak jumlahnya dan pakaian yang relatif sedikit, maka diperlukan pengurangan konsumsi yang besar ke atas makanan untuk memperoleh satu tambahan pakaian; akan tetapi semakin banyak pakaian ynag diperoleh, semakin sedikit pengurangan konsumsi makanan yang harus dilakukan untuk memperoleh satu pakaian.”
Bila kombinasi kurva kepuasan sama dikumpulkan akan terlihat berbagai bentuk kurva kepuasan yang menghubungkan antara dua barang yang berbeda. Kumpulan kurva ini disebut peta kurva kepuasan sama. Kumpulan kurva ini akan memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai keinginan konsumen dalam mengkonsumsi makanan dan pakaian memberikan kepuasan maksimum.
Bagaimana seorang muslim dalam menghadapi pilihan barang halal dan haram. Semakin sedikit barang yang kita sukai akan memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Hal ini digambarkan dengan kurva kepuasan yang semakin ke kiri atas semakin tinggi tinggi tingkat kepuasannya. Barang yang haram adalah barang yang tidak kita sukai. Secara grafis, sumbu X sebagai barang haram dan sumbu Y sebagai barang halal.
Gambar Kombinasi Barang Halal dan Haram
Halal Y                                                         Halal Y
 







                                Halal X                                   Haram X
Dalam gambar ini pergerakan kurva kepuasan dari kanan bawah ke kiri atas menunjukkan semakin banyak barang halal yang dikonsumsi dan semakin sedikit barang haram yang dikonsumsi. Semakin banyak barang yang hal berarti menambah nilai guna sedangkan semakin sedikit barang yang haram berarti mengurangi nilai guna. Keadaan ini kan memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Bila sumbu X dan Y adalah barang halal maka kurva kepuasan bergerak dari kiri bawah ke kanan atas. Berbeda dengan kurva yang menunjukkan pilihan barang halal dan haram yang diilustrasikan suka atau tidak suka, dalam sumbu X dan Y yang halal seorang muslim harus memaksimumkan kepuasannya di dalam memilih dua barang yang bersangkutan.[9]
2.   Garis Anggaran Pengeluaran (Budget Line)
Kurva kepuasan sama menggambarkan keinginan seorang muslim untuk memperoleh barang-barang dan kepuasan yang akan dinikmatinya dari mengkonsumsi barang-barang tersebut. Di dalam gambaran itu belum ditunjukkan sampai dimana kemampuan konsumen untuk membeli berbagai kombinasi barang-barang tersebut. Di dalam kenyataan, konsumen tidak dapat memperpleh semua barang yang diinginkannya, sebab ia dibatasi oleh pendapatan yang dibelanjakan. Dengan demikian persoalan yang dihadapi oleh setiap konsumen adalah bagaimana ia harus membelanjankan pendapatan yang ada padanya sehingga pengeluaran tersebut menciptakan kepuasan yang paling maksimum. Karenanya perlu analisis lain yang digunakan untuk garis anggaran pengeluaran (budget line). Garis anggaran adalah garis yang menunjukkan berbagai gabungan barang-barang yang dapat dibeli oleh sejumlah pendapatan tertentu yang halal.
Untuk menggambarkan keberadaan garis anggaran dapat dinyatakan dalam sebuah contoh sebagai berikut :
Tabel
Gabungan Makan dan Pakaian yang dapat dibeli seorang Muslim.
Kombinasi
Makanan (unit)
Pakaian (unit)
Pengeluaran total (Rp)
A
15
0
90.000
B
12
2
90.000
C
9
4
90.000
D
6
6
90.000
E
3
8
90.000
F
0
10
90.000
Dari kasus di atas maka seorang muslim bila mengkonsumsi sejumlah barang perlu :
a.   Seorang muslim tidak sekedar memperhitungkan besarnya jumlah barang yang diperoleh dari pemanfaatan secara maksimal pengeluaran total tetapi juga memperhitungkan skala prioritas dari berbagai barang yang akan diperoleh dari memanfaatkan pengeluaran total tersebut.
b.   Seorang muslim menyadari bahwa memilih salah satu dari kombinasi yang ada merupakan kombinasi yang didasarkan atas nilai-nilai syariah, bukan sekedar memperhitungkan besarnya jumlah kombinasi barang yang diperoleh dari pemanfaatan pengeluaran total.
Pada gambar di atas titik A,B,C,D,E,F adalah titik-titik yang menggambarkan gabungan makanan dan pakaian seperti yang ditunjukkan dalam table di atas. Garis yang menghubungkan titik-titik tersebut adalah garis anggaran pengeluaran. Titik-titik pada garis tersebut menggambarkan gabungan makanan dan pakaian yang dapat dibeli dengan menggunakan uang yang dimiliki seorang muslim.[10]
                           Kurva Garis Anggaran Pengeluaran
Makanan (unit)      
                   15      A
                   12              B
                   9                       C
                   6                              D
                   3                                        E
                                                                    F
                                 2    4        6        8        10
                                Pakaian (unit)






[1] https://ibnuhasanhasibuan.wordpress.com/pengertiankepuasan-konsumen/
[2] Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, Ekonisia, Ekonisia, Yogyakarta, 2002, hlm. 152-153.

[3] P3EI Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Ekonomi Islam, PT Rajagrafindo Persada, Depok, 2013, hlm.132-133.
[4] Heri Sudarsono, Op.Cit, hlm. 153-154.
[5] Ibid, hlm. 154-155
[6] Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Mikro Islam, IIIT Indonesia, Jakarta, 2002, hlm. 41.
[7] Heri Sudarsono, Op.Cit, hlm. 155-156.
[8] Ibid, hlm.157.
[9] Ibid, hlm. 157-161.
[10] Ibid, hlm.161-164.

0 Response to " Pengertian Kepuasan Konsumen"

Post a Comment