KHOTBAH JUM'AT (KEMERDEKAAN RI)


Khutbah shalat Jumat (KEMERDEKAAN RI)
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلَّذِى خَلَقَ اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ وَالَّذِى جَعَلَ كُلَّ شَيْئٍ إِعْتِبَارًا لِّلْمُتَّقِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَّسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَأَفْضلِ اْلأَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبه أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

Sidang Jumah rahimakumullah,
Marilah pada kesempatan yang sangat baik ini kita bersama-sama meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah, dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan, ketika dalam keadaan sepi maupun di tengah keramaian. Marilah kita memperbanyak amal shaleh yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah.
Baru beberapa hari yang lalu kita telah memperingati kemerdekaan NKRI yang ke-71. Kemerdekaan bangsa, negara dan tanah air kita ini harus kita syukuri bersama. Dalam surat Ibrahim ayat 7, Allah berfirman,
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Q.S Ibrahim ayat 7)

Kemerdekaan merupakan salah satu karunia besar dari Allah subhaanahu wa ta’aala kepada hamba-hamba-Nya. Ia merupakan nikmat urutan kedua sesudah nikmat kehidupan. Namun ia tetap berada pada satu urutan di bawah nikmat termahal, yakni nikmat keimanan. Sebagaimana nikmat-nikmat lainnya Allah memerintahkan kita untuk mensyukurinya. Sebab mensyukuri nikmat akan menghasilkan pelipatgandaan nikmat itu sendiri. Sedangkan kufur nikmat akan menyebabkan nikmat itu berubah menjadi sumber bencana bahkan azab. Sebagian ‘ulama mendefinisikan syukur nikmat sebagai
استعمال النعمة في الطاعة لزيادة النعمة
“memanfaatkan nikmat di jalan ketaatan sehingga nikmat tersebut bertambah.”

Apabila kita sebagai suatu bangsa pandai memanfaatkan nikmat kemerdekaan dengan menjalani kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara penuh dengan berbagai program ketaatan kepada Allah, niscaya nikmat tersebut akan Allah tambah kepada kita semua. Namun sebaliknya bilamana kemerdekaan itu kita sikapi dengan menjalani kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara yang jauh dari tuntunan ilahi, maka sudah sewajarnya nikmat kemerdekaan malah terasa menjadi sumber bencana dan bahkan azab.
Adalah sebuah ironi bila sebagai suatu bangsa yang berjuang berabad-abad mengusir para penjajah kafir Inggris, Portugis, Belanda dan Jepang dengan semangat takbir (الله اكبر) Allah Maha Besar… lalu saat meraih kemerdekaan justru membesarkan faham materialisme dan sekulerisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Masihkah kita perlu heran mengapa setelah hidup di alam kemerdekaan berpuluh tahun justru kita sebagai bangsa semakin terpuruk? Bukankah apa yang sedang kita alami sekarang hanyalah sebuah bukti kebenaran firman Allah di atas? ”… dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku teramat pedih.
Kemerdekaan menurut pandangan Islam adalah usaha maksimal secara sadar dalam memposisikan dirinya selaku hamba Allah  dalam segenap dimensi dirinya, baik penciptaan, perasaan maupun akhlaq. Dan segera ia akan divonis tidak merdeka atau belum merdeka bilamana ia masih menghambakan dirinya kepada selain Allah. Menghambakan diri pada pangkat dan jabatan, Menghambakan diri pada pemimpin dan atasan, Menghambakan diri pada materi, serta penghambaan-penghambaan lain, selain kepada Allah.
Dengan kata lain, kemerdekaan seseorang atau suatu bangsa sangat ditentukan pada seberapa besar upaya individu atau bangsa tersebut menjadikan kalimat tauhid
لآ إله إلا الله
sebagai motivator dan inspirator utama demi pembebasan diri atau bangsa dari dominasi apapun atau siapapun selain Allah. Dan pada dasarnya inilah yang telah dida’wahkan oleh Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dan oleh segenap Nabi dan Rasul lainnya pada jaman dahulu kala. Tak ada seorangpun Rasul yang diutus Allah kepada ummat manusia melainkan menyampaikan pesan abadi dan universal untuk ”hanya menyembah Allah.
Ini pula yang telah disampaikan oleh sahabat Rib’iy bin Aamer radhiyallahu ‘anhu saat beliau diutus khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu‘anhu untuk bernegosiasi bilateral dengan negara adidaya Persia. Rib’iy berkata kepada Panglima Persia Rustum:“Kami (umat Islam) diutus Allah untuk mengeluarkan manusia dari penghambaan sesama hamba untuk menghamba kepada Allah semata.”

Melalui upaya diplomasi ini Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam berhasil dengan gilang-gemilang mengeluarkan bangsa Arab dari kubangan kegelapan jahiliah kepada kecemerlangan kehidupan dan peradaban di bawah naungan ridho Allah ‘Azza wa Jalla. Sehingga lahirlah khairu ummah yakni ummat yang terbaik yang tidak mencintai, tidak mentaati serta tidak merasa takut kepada apapun dan siapapun selain kepada Allah subhaanahu wa ta’aala.
Semoga kita semua dapat meraih kemerdekaan yang sesungguhnya demi mendapatkan derajat iman dan taqwa kepada Allah. Amin Ya robbal Alamin.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ الله لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ. آمين.



Khutbah  Kedua
Oval: 3الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ,أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ ,وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيْ, يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Oval: 6 وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى  نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ. وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.




0 Response to "KHOTBAH JUM'AT (KEMERDEKAAN RI)"

Post a Comment