MENJADI PINTAR DAN SEKALIGUS BERWATAK MULIA


MENJADI PINTAR DAN SEKALIGUS BERWATAK MULIA

Betapa pentingnya orang pintar dalam kehidupan ini. Berbagai persoalan biasanya hanya bisa diselesaikan oleh orang-orang pintar. Akan tetapi menjadi sangat berbahaya jika orang pintar dimaksud juga berhati jahat. Kepintarannya bukan untuk menyelesaikan persoalan kehidupannya, tetapi justru digunakan untuk mengembangkan kejahatannya. Oleh karena itu, menjadi orang pintar saja tidak cukup, maka masih harus dibarengi dengan hati mulia, yaitu bersih dan sehat.
Orang-orang yang tidak pintar oleh karena tidak bersekiolah, andaikan mereka mencuri maka hanya sekedar mengambil barang milik tetangga, dan harganya tidak seberapa. Tatkala mencuri, dengan mudah tertangkap oleh karena tidak pintar menyembunyikan barang curiannya itu. Umpama barang hasil curian dijual, maka menjualnya juga tidak jauh, sehingga mudah diketahui orang, dan akhirnya tertangkap.
Demikian pula orang yang tidak pintar ketika bermain judi juga hanya menggunakan alat sederhana. Uang yang dipertaruhkan juga tidak banyak. Selain itu resiko dari permainannya itu juga tidak berpengaruh pada masyarakat berskala luas. Artinya, sekalipun kejahatan itu sebenarnya juga tidak boleh terjadi, bahaya yang ditimbulkan oleh orang yang tidak pintar tidak terlalu berat.
Sangat berbeda jika kejahatan itu dilakukan oleh orang pintar. Dampaknya menjadi luar biasa luasnya. Berbekalkan kepintarannya, seseorang berhasil membobol bank hingga menguras uang dalam jumlah yang tidak terbatas, sehingga akibatnya lembaga keuangan itu bangkrut dan merugikan sejumlah besar nasabah. Selain itu, oleh karena kepintaran seorang pejabat di suatu instansi pemerintah misalnya, berhasil menguras uang negara lewat korupsi, hingga berjumlah milyaran rupiah. Akibatnya, proyek pemerintah terbengkalai, dan kerugian lain yang tidak terhitung lagi, yaitu mental birokrasi menjadi ambruk, karena dipimpin oleh pejabat yang korup.
Semakin berbahaya lagi adalah kejahatan yang dilakukan oleh orang pintar pada tingkat global. Sebagai upaya membangun pengaruh dan kekuatannya, mereka mempermainkan ekonomi global, mengusai dan memonopoli sumber-sumber ekonomi di mana saja, menyukai perang dan membangun persenjataan yang tidak terbatas, dan lain-lain. Sudah barang tentu, apa yang dilakukan, dan sebenarnya merusak kehidupan yang sedemikian dahsyat itu, adalah oleh karena kepintarannya dan sekaligus sifat tamak yang berlebihan sebagai bentuk kejahatannya.
Menjadi orang pintar dapat ditempuh melalui bersekolah. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dimasuki, maka seseorang diyakini semakin pintar. Oleh karena itu kepintaran dan atau kecerdasan bisa dibuat atau dilatihkan. Orang-orang yang berpotenti memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, jika yang bersangkutan dimasukkan di lembaga pendidikan yang berfkualitas, maka akan semakin meningkat kecerdasan dan ketrampilannya. Orang yang semakin cerdas diharapkan naluri jahatnya menjadi hilang. Akan tetapi harapan itu tidak selalu berhasil diwujudkan. Seseorang semakikn cerdas, sekalipun tidak selalu, maka tingkat kejahatannya juga bisa jadi semakin tinggi pula.
Selama ini belum ada institusi pendidikan yang berani mendeclairkan bahwa lulusannya selain berhasil menjadi orang cerdas juga sekaligus bermoral tinggi, atau dijamin tidak akan melakukan kejahatan. Bahkan sebaliknya, yang sudah terjadi, atau nyata-nyata lulusannya menjadi pejabat penting, baik di legislatif, eksekutif maupun yudikatif, dan kemudian korupsi, ternyata merata dari hampir semua jenis lembaga pendidikan, dan bahkan baik lulusan luar negeri maupun dari dalam negeri.

Maka akhirnya, problem besar terkait dengan pendidikan adalah menjadikan lulusannya semakin cerdas dan sekaligus moralnya semakin berkualitas. Tujuan menjadi cerdas, pada batas-batas tertentu sebenarnya sudah ada yang berhasil. Akan tetapi, untuk tujuan yang kedua, yaitu agar para lulusannya berhasil menghilangkan naluri jahatnya, rasanya masih jauh dari harapan. Padahal sebagaimana digambarkan di muka, seseorang yang pintar atau cerdas tetapi masih belum berhasil menghilangkan sifat jahatnya, akan beresiko memiliki daya perusak yang semakin dahsyat. Itulah pentingnya dicari pendekatan pendidikan moral yang sekiranya menjawab persoalan tersebut. Wallahu a’lam

0 Response to "MENJADI PINTAR DAN SEKALIGUS BERWATAK MULIA"

Post a Comment