ADAB KETIKA SAKIT MENURUT IMAM AL-GHAZALI
Di antara kenikmatan yang kerap terlupakan selain waktu luang adalah
kesehatan. Manusia seringkali baru merasakan besarnya anugerah kesehatan ketika
ia ditimpa sakit. Ini mirip kala orang mulai menganggap nilai penting cahaya
saat ia diliputi situasi gelap. Jika sudah tertimpa sakit, memang tak ada
gunanya mengeluh atau menyesali keadaan. Pilihan yang paling masuk akal adalah
menjadikan keadaan tersebut sebagai momen berharga bagi perbaikan diri.
Dalam kitab al-Adab fid Dîn, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bn Muhammad
al-Ghazali mencatat beberapa ada yang harus dilakukan oleh seseorang ketika
menderita sakit. Pertama, memperbanyak ingat kematian (al-iktsâr min dzikril maut). Meski tidak selalu, sakit sering menjadi tanda
seseorang akan menemui ajal. Inilah saat tepat si sakit menumbuhkan kesadaran
bahwa kelak ia kembali ke hadirat-Nya dank arena itu kehidupan di dunia ini
butuh persiapan yang matang. Kendatipun, ingat kematian sesungguhnya dianjurkan
terjadi setiap saat, namun karena keterbatasan seseorang bisa memanfaatkan
momen-momen tertentu untuk hal itu seperti ketika ziarah atau sakit.
Kedua, memantapkan diri untuk bertobat dari kesalahan-kesalahan
yang pernah dilakukan. Sakit adalah momen introspeksi dan membenahi kekurangan
yang banyak diperbuat justru ketika dalam keadaan sehat.
Ketiga, tidak berhenti memuji Allah, memanjatkan
kerendahhatian diri dan doa. Bermujahadah disertai dengan sikap tawaduk akan
membuat sakit bukan semata penderitaan melainkan jembatan yang sangat bernilai
bagi peningkatan mutu ketakwaan.
Keempat, menampakkan diri sebagai pribadi yang lemah dan
butuh kepada Allah. Sakit adalah di antara sekian banyak gejala bahwa manusia
memiliki kelemahan. Karena itu, di kala sakit sudah selayaknya ia menjadikan
momen ini untuk penegasan akan kelemahan itu.
Kelima, berobat namun tanpa meninggalkan permohonan
kesembuhan kepada Sang Pembuat Obat. Manusia tetap diharuskan berikhtiar untuk
mencapai kesembuhan dirinya, di saat bersamaan juga harus diiringi permintaan
tolong kepada Allah karena pada hakikatnya kesembuhan itu Dialah penciptanya.
Keenam, menampakkan rasa syukur ketika sedang kuat.
Artinya, sisa energi yang masih ada mesti disyukuri karena itu berarti masih
ada anugerah kesehatan di tengah kondisi sakit. Bandingkan ketika ia ditimpa
sakit yang menyebabkan ia koma alias tak sadarkan diri.
Ketujuh, sedikit mengeluh. Mengeluh adalah hal yang
manusiawi kala seseorang menderita sakit. Namun menjadi tak wajar ketika
keluhan tersebut diumbar terus-menerus. Selain tak memiliki manfaat signifikan,
keluhan hanya akan memperkeruh suasana kejiwaan baik pada diri si sakit maupun
orang-orang yang turut menolongnya.
Kedelapan, menghindari jabat tangan. Kalimat ini bisa
dimaknai secara luas bahwa orang sakit, terutama yang mengidap penyakit
menular, harus sadar akan potensi dirinya menulari orang lain. dengan kata
lain, ia tak boleh bersikap atau melakukan kegiatan yang bisa menyebabkan orang
lain tertular, salah satu di antaranya adalah kontak fisik secara langsung.
Kecuali bila kontak fisik itu diyakini tak akan menimbulkan penularan penyakit.
Wallahu a’lam.
0 Response to "ADAB KETIKA SAKIT MENURUT IMAM AL-GHAZALI"
Post a Comment