APLIKASI METODE
KISAH TERHADAP PENDIDIKAN BAGI ANAK DALAM ISLAM
A.
Fungsi Metode Kisah
Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Pendidikan Bagi Anak dalam Islam
Metode
kisah merupakan salah satu metode pendidikan Islam yang diharapkan dapat
mempengaruhi anak terutama dalam penyucian, pengukuhan dan pembersihan jiwa
yang merupakan tujuan utama dari pendidikan Islam. Yakni mendidik akhlak dan
jiwa mereka, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan
mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas dan jujur.[1]
Untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan diperlukan alat, diantara : metode, dalam
mendidik anak diperlukan suatu metode pendidikan tentunya guru dalam
menggunakan metode harus benar-benar mempertimbangkan berbagai hal sehingga
tujuan pendidikan Islam dapat terwujud dengan baik, ada beberapa metode
pendidikan anak dalam Islam yang dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
mencapai pendidikan Islam, diantara yaitu pendidikan dengan keteladanan,
pendidikan dengan adat, pendidikan dengan kebiasaan, pendidikan dengan nasehat,
pendidikan dengan memberi perhatian, pendidikan dengan memberi hukuman dan juga
ganjaran, metode kisah atau cerita, metode pembiasaan dan memanfaatkan momen
yang tepat untuk mendidik.
Selain
itu juga metode kisah sebagai salah satu metode pilihan yang digunakan dalam
proses pendidikan anak dalam Islam dengan harapan dapat untuk meyampaikan
materi sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak. Sehingga dapat dicapai
suatu tujuan yang dikehendaki yaitu :
Metode
kisah menyentuh aspek kognitif. Dengan mendengarkan kisah anak menjadi faham
isi kisah yang disampaikan, anak merasa senang sekaligus dapat menyerap
nilai-nilai pendidikan, tanpa merasa dijejali. Cara seperti ini telah
dicontohkan oleh Rosulullah Saw sejak dulu. Beliau sering sekali bercerita
tentang kisah kaum-kaum terdahulu agar dapat diambil hikmah dan pelajarannya.[2]
Metode
kisah menyentuh aspek afektif. Dengan mendengarkan kisah anak akan terbawa
dalam kisah tersebut anak akan mengikuti terus kejadian-kejadian itu dari satu
situasi kesatu dialog satu konsep kesatu perasaan dengan demikian bangkitlah
sentimennya bergeraklah emosinya seolah ia merupakan bagian dari cerita itu,
yang sebenarnya bukan sama sekali dan kendati pun cerita irtu telah selesai tetapi
pengaruhnya tetap hidup bersama perasaanya.[3]
Metode
kisah menyentuh aspek psikomotorik. Dengan mendengarkan kisah anak bisa meniru
figur yang baik yang berguna bagi kemaslahatan umat, dan membenci terhadap
seseorang yang dholim jadi dengan memberikan stimulasi pada anak didik dengan
cerita itu, secara otomatis mendorong anak didik untuk berbuat kebajikan dan
dapat membentuk akhlak mulia.[4]
Dengan
demikian metode kisah mempuyai keunggulan bila dibandingkan dengan metode lain
sebab metode kisah dapat menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik,
juga mengajak anak untuk berperilaku sesuai apa yang dikisahkan tersebut. Yakni
meniru perilaku baik dari pelaku yang dikisahkan dengan cara memahami dan
menghayatinya, kenudian mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
terealisasinya tujuan tersebut, maka masyarakat akan berperilaku luhur dan
menjauhkan segala kemungkaran serta perbuatan keji.
Dalam
ilmu pendidikan Islam metode kisah dibagi menjadi dua yaitu: metode kisah
qur’ani dan metode kisah nabawi.
Menurut Ahmad Tafsir, meskipun banyak jenis kisah
yang dipaparkan dalam Al-Qur'an ialah
mengklasifikasikan dalam Al-Qur'an dibagi menjadi dua, yaitu : Kisah Qur’ani
dan kisah Nabawi.[5]
1. Kisah
Qur’ani yaitu kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an
ditampilkan seluruh tokoh secara wajar dan objektif, tanpa dicampuri sikap keji
dan dosa, seperti yang dilakukan oleh para penulis cerita. Kisah Qur’ani
tidaklah menjauhkan diri dari tabiat manusia, tidak pula melayang-layang di
alam malakut saja (khayal) karena kisah itu disajikan sebagai terapi
bagi manusia.
2. Kisah
Nabawi, kisah ini tidak berbeda dengan kisah Qur’ani, akan tetapi kisah Nabawi
lebih banyak berbicara tentang aspek tertentu dari kehidupan susila. [6]
Sebagaimana contoh sebagai berikut :
a.
Pentingnya ikhlas beramal
saleh karena Allah. Dan bertawasul melalui amal saleh kepada Allah agar
melapangkan berbagai kemelut.
b.
Menganjurkan supaya
bersedekah dan mensyukuri nikmat Allah.
c.
Kisah riwayat Nabawi, dalam
hal ini terdapat perbedaan antara ketiga bentuk kisah historis Rasul.
1) Sebagian
kisah-kisah riwayat Nabawi merupakan pelengkap, penjelas dan penjabar apa yang
terdapat dalam Al-Qur’an.
2) Sebagian
kisah itu tidak seluruhnya mengatakan Rasulullah Saw, akan tetapi menyangkut aneka
peristiwa yang menonjol dari kehidupan sebagian para sahabat pada masa
Rasulullah yang sangat agung dan ada kalanya peristiwa itu dicatat dalam
Al-Qur’an sebagai contoh.
3) Peristiwa
bersejarah dan peperangan Rasulullah Saw adalah kisah yang berkesinambungan dan
berkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. [7]
Dalam pendidikan Islam terutama pendidikan agama
Islam (sebagaimana satu bidang studi), kisah sebagai suatu pendidikan amat
penting, hal ini dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Kisah
selalu memikat karena mengundang pembaca atau pengedarnya untuk mengikuti
peristiwanya dan merenungkan maknanya. Selanjutnya makna-makna itu akan
menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengar tersebut.
2. Kisah
qur’ani dan nabawi dapa menyentuh hati
manusia, karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh.
Karena tokoh cerita ditampilkan dalam kontek yang menyeluruh, membaca atau
mendengar dapat ikut menghayati atau merasakan isi kish itu, seolah-olah ia
sendiri yang menjadi tokohnya. Kisah itu sekalipun menyeluruh terasa wajar
tidak menjijikkan mendengar atau membaca. Seperti kisah yusuf merupakan salah
satu keistimeaan kisah qur’ani, tidak sama dengan kisah-kisah yang ditulis oleh
orang di zaman sekarang yang isinya banyak mengotori hati pembacanya.
3. Kisah
qur’ani mendidik perasaan keimanan dengan cara:
a. Membangkitkan
berbagai perasaan seperti khauf, rida dan cinta.
b. Mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu puncak,
yaitu kesimpulan kisah.
c. Melibatkan
pembaca atau pendengar ke dalam kisah tersebut, sehingga ia terlibat secara
emosional.
Kisah Qur’ani bukanlah hanya semata kisah atau semata-mata karya seni
yang indah, ia juga suatu cara Tuhan dalam mndidik umat agar beriman
kepada-Nya. Adapun konsep metode kisah dalam Al-Qur'an adalah.
a. Mengungkapkan
kemantapan wahyu dan risalah, mewujudkan rasa mantap dalam menerima Qur’an dan
Rosul sebagai utusan-Nya. Kisah kisah itu menjadi bukti atas kebenaran wahyu
dan kebenaran Rasul Saw.
b. Menjelaskan
bahwa secara keseluruhan ad-din (agama) itu datangnya dari Allah.
c. Menjelaskan bahwa Allah menolong dan mencintai
Rasul-Nya, menjelaskan bahwa kaum mukmin adalah umat yang satu dan Allah adalah
Raab mereka.
d. Kisah-kisah itu bertujuan menguatkan keimanan
kaum mukminin, menghibur mereka dari kesedihan atas musibah yang menimpa.
e. Mengingatkan
bahwa musuh orang mukmin adalah setan, menunjukkan permusuhan abadoi yang lewat
kisah akan tamak lebih hidup dan jelas.
Berdasarkan penjelasan di atas, sesungguhnya metode
kisah dalam Al-Qur’an mempunyai kedudukan untuk mencapai tujuan pendidikan
Islam khususnya bagi anak : supaya anak tidak menyekutukan Allah swt, supaya
anak bersyukur kepada Allah, supaya anak menpunyai keteguhan iman yang kuat,
supaya anak mempuyai jiwa sosial yang tinggi.
Metode kisah efektif deterapkan didalam pendidikan
Islam karena dengan mendengarkan kisah yang mengandung hikmah dapa menarik
perhatian anak dan merangsang otaknya agar bekerja dengan baik selain itu anak
merasa senang sekaligus dapat menyerap nilai-nilai pendidikan tanpa merasa
dijejali. Selain itu kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau
pendengarnya untuk mengikuti peristiwanya merenungkan maknanya selanjutnya
makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pendengar atau pembaca
tersebut.
B.
Penerapan Metode
Kisah Terhadap Pendidikan Bagi Anak dalam Islam
Sebagai
langkah praktis dalam proses pembelajaran, ada
bebrapa tahapan yang seharusnya dilakukan guru di dalam berkisah atau
bercerita yang dilakukan dengan cara bertatap muka dihadapan anak-anak. Adapun
urutan yang dapat disampaikan sebelum dan sesudahnya menyampaikan materi atau
salam kepada anak adalah sebagai berikut :
Pertama
: memberikan pengantar pengajaran. Sebelum guru berkisah, perlu menyusun
rencana fokus yang maksudnya untuk menarik perhatian anak-anak agar menyimak
bahan kisahan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
mengenalkan tokoh-tokoh. Namun yang terpenting yaitu melakukan dialog dengan
pertanyaan dan lebih baik apabila ada media audio visual, seperti film,
gambar-gambar, slide dan sejenisnya. Contoh: Apakah anak-anak pernah mendengar
kisah Luqman. Apakah anak-anak pernah mengenal tokoh ini. Apakah anak-anak
membaca surat Luqman.
Kedua
: menyajikan bahan pengajaran. Kisah yang disajikan oleh guru harus dipilih
secara matang berdasarkan pada bahan pelajaran. Kisah tersebut dapat berbentuk
episode atau secara kronologis dari mulai awal sampai akhir dari sebuah kisah.
Yang penting nantinya dalam penerapan kisah tersebut benar-benar dapat
menyentuh kebutuhan kognitif, afektif dan psikomotorik anak. Untuk menciptakan
komunikasi, cara-cara pengajaran kisah dapat diurut seperti menyuruh anak
membaca teks kisah atau membaca ayat-ayat Al-Qur'an, kemudian guru menjelaskan
isi kisah dari ayat dibaca dan guru mendialogkannya dengan anak-anak. Contoh :
menyuruh anak si A untuk membaca surat Luqman dan setelah itu guru menjelaskan
isi surat Luqman tersebut.
Ketiga
: menutup acara berkisah. Dalam menutup acara berkisah, guru senantiasa menyampaikan
pujian dan terima kasih kepada anak-anak dan menghendaki untuk berkisah pada
waktu lain yang ditentukan. Apabila hubungan berkisah tersebut ada hubungannya
dengan pemberian penilaian, maka untuk mengukur tingkat pemahaman anak
ajukanlah beberapa pertanyaan terhadap bahan kisah yang telah disajikan
tersebut. Contoh : Guru memberi pujian kepada anak-anak yang telah mendengarkan
kisah Luqman, dan guru akan melanjutkan cerita pada hari yang akan datang.
ketika guru berkisah tentang Luqman, maka guru memberikan pertanyaan kepada
anak-anak, siapakah yang mempunyai nama sama dengan Luqman ? Siapakah yang
mempunyai saudara, kakak, adik yang namanya seperti Luqman ? Apa wasiat Luqman
kepada kita ketika kita mendapat kenikmatan ?
Dalam
penerapan metode kisah terhadap pendidikan bagi anak meliputi sebagai berikut :
Untuk
menerapkan metode ini, diharapkan pendidik mengetahui tingkat perkembangan
anak, yang dalam hal ini dapat diketahui melalui tingkat usia. Adapun masa
perkembangan itu adalah :
a. Masa 0-3 tahun,
sejak usia ini pengetahuan anak tentang Tuhan baru diperoleh dari orang tua dan
dalam masa ini merupakan awal pengenalan pendidikan kepada anak, hendaknya
orang tua memberikan contoh sepert perilaku Nabi Muhammad Saw. Berdo’a sebelum
makan dan menggunakan tangan kanan.
b. Masa 3-5 tahun,
pada usia ini konsep anak tentang Tuhan mulai diperoleh dari kisah-kisah atau
pengalaman, karena dalam masa ini anak ingin mengetahui segala sesuatu yang
dilihatnya. Kisah yang sangat berperan tersebut harus dapat dimanfaatkan oleh
orang tua untuk memupuk keimanan pada diri anak. Seperti membiasakan menyebut
nama Allah (Asmaul husna), sifat-sifat Allah dan atau menteladani kepribadian
para Nabi misalnya kisah Nabi Ayub As. yang sabar dalam menghadapi musibah atau
cobaan.
c. Masa 6-12
tahun, pada masa ini anak mulai berkembang inteligensinya secara pesat; anak
ingin mengetahui segala sesuatu dan berfikir secara logis. Pada usia ini kisah
yang diterima kepada anak terfokus pada perkembangan inteligensi, sebab pada
masa ini inteligensi berkembang secara pesat dan tidak menentu. Oleh karenanya
anak diajak untuk menghayati dan memahahi peran Nabi sebagai pemimpin umat.
Agar pemahaman kognitifnya berperan. Yakni mampu berfikir untuk membangun
masyarakat lewat kisah-kisah Nabi misalnya dengan mengambil hikmah dari peran Nabi Yusuf As.
dalam membangun perekonomian umat.
d. Masa 13-19
tahun, pada masa ini merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat sehingga
membuat anak bingung dalam mengambil sikap dan dalam masa ini anak memerlukan
perhatian lebih. Pada masa pertumbuhan anak sangat membutuhkan cerita yang
terarah sebab orang tua diharapkan selalu berada di sisinya pada saat ia
mempunyai banyak problematika.[8]
Anak diharapkan mampu mengambil hikmah dalam kisah para Nabi misalnya mengambil
kisah Nabi Yusuf As, Allah Swt menonjolkan akibat yang baik dari kesabaran dan
bahwa kesenangan itu datangnya sesudah penderitaan.
Metode
kisah sangat efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan Islam sebab dalam
cerita terkandung pelajaran untuk senantiasa berfikir, pembentukan nilai, sikap
dan keterampilan berbuat. Tujuan metode kisah pada aspek kognitif, afektif
maupun psikomotorik, yang pelaksanaannya sesuai dengan pesan-pesan yang
disampaikan oleh Rasulullah yang di antaranya berkaitan dengan masalah akidah,
contoh: larangan menyekutukan Allah. Ibadah, contoh: shalat, zakat dan puasa.
Dan masalah muamalah, contoh: larangan riba.[9]
Sesuai
dengan manfaat di atas, berkisah mempunyai tujuan untuk memberikan informasi,
menanamkan nilai-nilai sosial, moral, keagamaan, pemberian informasi tentang
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. [10]
Materi
atau bahan pelajaran merupakan materi yang harus disampaikan oleh guru kepada
anak didik untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang diinginkan. Guru harus pandai-pandai
menyampaikan materi dengan baik, hal ini tidak terlepas dari peran serta guru,
orang tua, dan masyarakat. Agar materi pelajaran dapat diserap oleh anak,
sehingga anak yang didambakan orang tua menjadi anak yang baik, maka orang tua
diharapkan tahu tahapan anak. Dan dalam tahapan tersebut, kapan metode kisah
harus diterapkan kepada anak.
Dalam
berkisah keterampilan guru sangat berpengaruh terhadap kemauan anak dalam
mendengarkan isi cerita atau kisah. Guru harus dapat mamanfaatkan segala sesuatu
yang ada, misalnya dengan menggunakan anggota badan. Dengan menggerakkan badan,
menirukan mimik wajah, menggunakan suara nada tinggi atau rendah, dalam
mengekspresikan sebuah kisah ataupun dengan yang lainnya sesuai dengan
keterampilan yang dimiliki seorang guru.
Sesuai
dengan tujuan dan tema yang ditetapkan, maka guru dapat menggunakan
teknik-teknik bertanya pada akhir kegiatan bercerita yang memberikan petunjuk
seberapa besar perhatian dan tanggapan anak terhadap kisah yang diterima.
Misalnya kisah Luqman, apa yang dapat diambil hikmahnya dari kisah luqman. Apa
yang dilakukan Luqman, jika mendapat kenikmatan. Bagaimanakah pesan Luqman,
untuk menghormati orang tua.
Dalam
bercerita, maka sarana yang dipakai disesuaikan dengan bentuk cerita yang
dituturkan guru, pada dasarnya ada tiga bentuk cerita; bercerita dengan
menggunakan ilustrasi gambar, bercerita dengan membaca buku atau majalah dan
bercerita dengan menggunakan papan flannel.[11]
Dalam
menggunakan sarana tersebut, guru harus menyesuaikan sarana yang dipakai dengan
materi yang disajikan, misalnya bercerita tentang Nabi Luqman, maka sarana yang
digunakan adalah buku atau majalah yang berkaitan langsung dengan kisah
tersebut.
Jadi
jelaslah bahwa penerapan metode kisah yang didasarkan pada nilai-nilai agama
yang terkandung dalam Al-Qur’an, Hadis dan buku kisah Keislaman sangatlah
penting dalam pembentukan pribadi dan memperkuat keimanan anak.
Secara
umum bahwa menurut Arifin, manfaat metode
dalam pendidikan Islam bagi anak adalah sebagai berikut :
a. Secara umum
metode dapat bermanfaat sebagai sarana yang dapat membermaknakan materi
pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa, sehingga
dapat dipahami atau diserap oleh manusia didik menjadi pengertian-pengertian
yang fungsional terhadap tingkah lakunya.[12]
b. Dapat mendorong
anak didik untuk belajar dengan perasaan gembira dalam berbagai tempat dan
keadaan.
c. Dapat mendorong
anak didik untuk belajar bahan pelajaran atas dasar minat yang berkesadaran
pribadi, terlepas dari paksaan dan tekanan mental.
d. Dapat
menimbulkan konsentrasi perhatian anak didik ke arah bahan pelajaran yang
disajikan guru (pendidik).
e. Dapat
menjadikan anak didik menyukai dan bergairah untuk mempelajari bahan pelajaran
yang diberikan oleh pendidik.
f.
Dapat melahirkan sikap-sikap saling keterbukaan antara
guru dan murid dan lain sebagainya. [13]
BAB
V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Dari
uraian singkat tentang : Metode Kisah Dan Aplikasinya Terhadap Pendidikan Bagi
Anak Menurut Konsep Islam, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode kisah
dalam Islam terkonsep secara akurat dan solid dalam kajian, pemahaman dan
kecermatannya, terbukti bahwa kisah yang ada dalam Al Qur’an maupun Hadis dan
cerita ke-Islaman merupakan kisah yang benar dan pemberitahuannya, yang
menceritakan tentang kisah-kisah orang-orang dahulu secara benar. Dan cerita
memberikan inspirasi kepada kita berupa konsep metodologi ilmiah.
2. Metode kisah
dalam Islam, menyarankan agar dalam pelaksanaan pendidikan di antaranya
dilakukan dengan memberikan cerita-cerita (kisah-kisah) yang di dalamnya
mengandung nilai-nilai akidah, ibadah dan muamalah, yang dapat memberikan
pengaruh pada perkembangan jiwa dan pembentukan moral bagi anak dengan
didasarkan pada ayat-ayat Al Qur’an dan Hadis. Metode kisah merupakan salah
satu cara atau metode yang sangat efektif, bila digunakan oleh pendidik (guru)
maupun orang tua dalam mendidik dan membina pribadi anak.
3. Metode kisah
dalam Islam dapat diaplikasikan secara kontinyu, sebab dalam Islam terdapat
berbagai macam ilmu pengetahuan yang ilmiah dan alamiah. Kisah-kisah merupakan
khasanah yang tidak akan habis tentang pelajaran, petunjuk, dan peringatannya,
tentang keimanan dan akidah, tentang amal dan dakwah, tentang jihad dan
perlawanan, tentang logika dan retorika serta tentang kesabaran dan keteguhan.
Metode kisah dapat diaplikasikan dalam pendidikan anak dengan melihat konsep
aplikasi antara lain : Tingkat perkembangan anak, Tujuan yang hendak dicapai,
Materi yang akan disampaikan, Keterampilan guru dan Sarana yang dipakai.
B. Saran-saran
Untuk
meningkatkan mutu pendidikan Islam dan bertujuan untuk membentuk pribadi muslim
yang bertaqwa, maka tanpa mengurangi
rasa hormat terhadap semua pihak, dengan segala kerendahan hati penulis,
kiranya penulis sampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi para
pendidik, orang tua dan umat Islam hendaknya dalam menggunakan metode kisah
atau dalam bercerita senantiasa berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang
bersumber dari Al Qur’an, Hadis dan Ijtihad, karena dari sumber itulah yang
dapat dijadikan pedoman dasar pendidikan Islam dalam membina dan mendidik
generasi muda dari kebodohan dan kesesatan menuju cahaya Islam yang benar.
2. Bagi keluarga
muslim sebagai pembina akidah Islam yang kuat harus mampu menyelamatkan generasi
penerus dari pengaruh negatif era globalisasi yang sering menawarkan pola hidup
bebas, berfikir bebas, dan sebagainya, maka sebagai keluarga Islam harus sadar
untuk mendidik keturunannya dengan pola pendidikan Islam. Dan dengan memberikan
kisah yang benar tentang orang-orang terdahulu itu dapat dijadikan contoh bagi
generasi penerus, sehingga ia akan tumbuh dewasa menjadi generasi muslim yang
kuat beragama dan sanggup menghadapi tantangan jaman.
3. Kita sebagai
seorang muslim yang taat terhadap ajaran agama Islam, sebaiknya selalu mengkaji
dan menggali konsep pendidikan Islam sekaligus mengamalkannya. Dalam mendidik
generasi muslim hendaknya menjadikan suri tauladan tentang kisah yang
terkandung dalam Al Qur’an untuk mendidik anak sehingga anak menjadi insan
kamil.
C. Penutup
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Dan tidak lupa shalawat dan
salam teruntuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang menunjukkan kita
kejalan yang lurus.
Demikian
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dan apabila masih banyak kesalahan
dan kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang konstruktif sangat dibutuhkan
untuk pemunculan warna baru dalam skripsi ini. Dan kurang lebihnya penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya dan juga penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Dalam pendidikan Islam terutama pendidikan agama
Isalam (sebagai suatu bidang studi), kisah sebagai suatu pendidikan amat
penting, dengan alasan antara sebagai berikut :
- Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca
atau pendengarnya untuk mengikuti peristiwanya dan merenungkan maknanya.
Selanjutnya makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau
pendengar tersebut.
- Kisah Qur’ani dan Nabawi dapat menyentuh hati
manusia, karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteknya yang
menyeluruh. Karena tokoh cerita ditampilkan dalam kontek yang menyeluruh,
pembaca atau pendengar dapat ikut menghayati atau merasakan isi kisah itu,
seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya. Kisah itu sekalipun
menyeluruh terasa wajar tidak menjijikkan pendengar atau pembaca. Seperti
kisah Yusuf merupakan salah satu keistimewaan kisah Qur’ani, tidak sama
dengan kisah-kisah yang ditulis oleh orang di zaman sekarang yang isinya
banyak mengotori hati pembacanya.
- Kisah Qur’ani mendidik perasaan keimanan dengan
cara :
a. Membangkitkan
berbagai perasaan seperti khauf, rida dan cinta.
b. Mengarahkan
seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah.
c. Melibatkan
pembaca atau pendengar ke dalam kisah tersebut sehingga ia terlibat secara
emosional. [14]
Kisah Qur’ani bukanlah hanya semata kisah atau
semata-mata karya seni yang indah, ia juga suatu cara Tuhan dalam mendidik umat
agar beriman kepada-Nya. Adapun tujuan kisah Qur’ani adalah :
a.
Mengungkapkan kemantapan
wahyu dan risalah, mewujudkan rasa mantap dalam menerima Qur’an dan Rasul
sebagai utusan-Nya. Kisah-kisah itu menjadi bukti atas kebenaran wahyu dan
kebenaran Rasul SAW.
b.
Menjelaskan bahwa secara
keseluruhan ad din (agama) itu datanya dari Allah.
c. Menjelaskan
bahwa Allah menolong dan mencintai Rasul-Nya, menjelaskan bahwa kaum mukmin
adalah umat yang satu dan Allah adalah Rabb mereka.
d. Kisah-kisah
itu bertujuan menguatkan keimanan kaum muslimin, menghibur mereka dari
kesedihan atas musibah yang menimpa.
e. Mengingatkan
bahwa musuh orang mukmin adalah setan, menunjukkan permusuhan abadi yang lewat
kisah akan tampak lebih hidup dan jelas. [15]
[1]Moh. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pendidikan
Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hlm. 1.
[2]Muh. Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama
Rosulullah, Al- Bayan Dul Qa’dah
1404 H/ 8 Agustus 1984 M, hlm. 301.
[3]Muh. Abdul Qodir Ahmad, Metodologi Pengajaran
Pendidikan Agama Islam, Jakarta, 1985, hlm. 68.
[4]Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian
Filosofis dan kerangka dasar operasionalnya, Trigenda Karya, Bandung, 1993.
hlm. 260.
[5]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 140.
[8]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan; Landasan
Kerja Pemimpin Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm. 177 - 180
[9]Ali Syawakh Ishaq Asy Eyu’aibi, Metodologi Pendidikan Al Qur’an Dan Sunnah,, Terj. Asmu’i Saliha
Zakhsyari, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 1995, hlm. 89.
[11]Moeslichatoen, Op.cit., hlm. 177
0 Response to " APLIKASI METODE KISAH TERHADAP PENDIDIKAN BAGI ANAK DALAM ISLAM"
Post a Comment