MULTIPLE INTELLIGENCE

ANALISIS KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCE DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PAI


A.    Analisis Konsep Umum Multiple Intelligence
a.      Analisis Teori Multiple Intelligence
Menurut Gardner Multiple Intelligence adalah kemampuan menyelesaikan masalah atau menghasilkan produk yang dibuat dalam satu atau beberapa budaya.[1] Gardner mendefinisikan multiple intelligence sebagai kecerdasan yang dimiliki seseorang, baik itu dalam bentuk kreativitas, kemampuan berpikir, keterampilan.
Proses perkembangan kecerdasan manusia berbeda-beda dan sangat dinamis. Suatu bentuk kecerdasan dapat berguna untuk membangkitkan jenis kecerdasan yang lain. Kecerdasan manusia dapat dibangkitkan dengan latihan pembelajaran ini dapat berupa hobi atau kesenangan dan permainan yang biasa dilakukan.
Teori kecerdasan ganda dapat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran yang mengoptimalisasikan kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Adapun  analisis ketujuh teori kecerdasan ganda sebagai berikut :
1.      Linguistic Intelligence (Kecerdasan linguistik)
Kecerdasan Linguistik didefinisikan oleh Linda Campbell. sebagai kemampuan untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakannya untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks.[2] Kemampuan peserta didik yang suka berbicara dalam mengekspresikan gagasan, memahami atau menghafal pelajaran. Biasanya yang terjadi dalam kenyataan bila peserta didik selalu ribut di dalam kelas, selalu membuat gaduh maka pendidik akan marah, bahkan sampai menghukum. Padahal peserta didik ini mempunyai kecerdasan linguistik, pendidik tersebut tidak memahami kemampuan peserta didiknya. Maka pendidik harus pandai mengaplikasikannya dalam sebuah pembelajaran dengan kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa. Contoh : Peserta didik menghafal do’a dan niat pada saat pelajaran fiqih bab shalat sunah rawatib.

2.      Logical Mathematical Intelligence (kecerdasan logika matematika)
Logis matematis adalah kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif.[3] Kecerdasan ini dimiliki oleh orang yang suka matematika dan sains, penggunaanya akan lebih baik jika menggunakan pendekatan ini dalam pembelajaran. Contoh : Pada pembelajaran fiqih bab zakat peserta didik dilatih untuk menghitung berapa zakat yang harus dikeluarkan, baik itu zakat mal atau zakat fitrah.

3.      Visual Intelligence (kecerdasan visual)
Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual secara akurat, dan kemudian bertindak atas persepsi tersebut.[4] Kemampuan peserta didik terhadap visual dapat dilihat dari kebiasaan dia, seperti : Suka mengambar, melukis, bermain teka-teki. Peserta didik yang memiliki kecerdasan visual mengisi waktu luangnya dengan menggambar dan melukis dengan jelas. Contoh : Pendidik menyampaikan materi melalui pemutaran film tentang kisah nabi Muhammad pada waktu remaja sesuai dengan pelajaran.




4.      Kinesthetic Intelligence (kecerdasan kinestetik)
Kecerdasan kinestetik menurut Gardner adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan.[5] Hal terpenting bagi pendidik adalah memberikan contoh aktivitas fisik sebagai metode pembelajaran. Sebagai contoh : Pada saat membahas tentang bab salat sunah rawatib. Secara langsung peserta didik mempraktekkan gerakan-gerakan salat yang benar. Sehingga kemampuan kinestetik peserta didik dalam pembelajaran diterapkan.

5.      Musical Intelligence (kecerdasan musik)
Kecerdasan musik merupakan kemampuan menangani bentuk-bentuk musik, dengan cara mempersepsi, membedakan, dan mengekspresikan.[6] Jika dikaitkan dalam konteks pendidikan adalah kemampuan peserta didik dalam menggunakan musik, dengan cara mendengarkan, menyayikan, mengeksprsikan sebagai sarana untuk memudahkan dalam kegiatan belajar. Contoh : Dalam menghafal kosa kata bahasa Arab tentang, مَلا بِِسٌ (pakaian) untuk memudahkannya, maka peserta didik dengan kecerdasan musik ini menyayikan kosa kata dengan lagu tersebut maka peserta didik lebih cepat dalam menghafal.

6.      Interpersonal Intelligence (kecerdasan interpersonal)
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan tempramen orang lain.[7] Peserta didik mempunyai sifat yang perhatian terhadap temannya. Dalam konteks belajar peserta didik lebih suka belajar bersama, seperti studi kelompok. Contoh : Belajar secara berkelompok seperti pada pelajaran  SKI peserta didik diberi metode sosiodrama yaitu peserta didik berperan langsung dalam pelaksanaan sosiodrama.

7.      Intrapersonal Intelligence (kecerdasan intrapersonal)
Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk menganalisis serta menyadari kekuatan dan kelemaan diri.[8] Kecerdasan ini tercermin dalam perasaan, kesadaran serta kemampuan memahami diri sendiri. Contoh : Peserta didik menggunakan kecerdasnya ini dengan memperhatikan penjelasan pelajaran dari pendidik untuk memahami dan konsentrasi pada pelajaran. Sehingga dalam mengerjakan tugas peserta didik lebih senang bekerja secara individu seperti pelajaran al-Qur’an hadits peserta didik disuruh mencari referensi yang terkait di perpustakaan.

Teori kecerdasan ganda menurut analisis penulis merupakan konsep dari sebuah disiplin ilmu pendidikan yang mempunyai tujuh kecerdasan. Apabila dianalisis secara keseluruhan, teori kecerdasan ganda menjelaskan secara umum pengertian dari setiap kecerdasan, yang kemudian dari pengertian itu dapat diaplikasikan dan dapat dijabarkan sendiri ke dalam suatu bentuk pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki peserta didik.
Dari penjelasan teori kecerdasan ganda yang telah dipaparkan di atas bahwa kecerdasan yang dimiliki peserta didik itu bermacam-macam. Di mana peserta didik mempunyai proses pembelajaran yang berbeda pula. Hal ini terkait dengan definisi setiap kecerdasan. Dalam diri peserta didik mempunyai dua atau tiga kecerdasan, minimal mempunyai satu kecerdasan. Sehingga dalam proses pembelajaran pun dilakukan pula pengembangan diantara dua atau tiga kecerdasan. Setiap kategori kecerdasan dapat disebut kecerdasan yang berkembang sepenuhnya apabila pendidik secara optimal membantu peserta didik dalam menggunakan kecerdasannya.

b.     Analisis Pembelajaran Multiple Intelligence
1.      Analisis Proses Pembentukan Belajar
Otak merupakan komponen yang ada dalam diri manusia yang memiliki kemampuan memperoleh pengetahuan.[9] Teori otak Triune pertama kali dicetuskan oleh Dr. Paul Maclean. Di dalam kepala manusia terdapat tiga macam otak yang berkembang sesuai dengan tahap evolusi manusia. Yang pertama dalam perkembangan evolusi adalah batang atau otak reptil. Inilah komponen kecerdasan terendah dari spesies manusia. Bagian otak ini bertanggung jawab atas fungsi-fungsi motor sensor, pengetahuan tentang realitas fisik yang berasal dari panca indra.[10] Otak reptil mengelola gerak reflek, memproses informasi yang masuk dari panca indra. Dikatakan otak reptil karena reptilpun memilikinya.
Yang kedua sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi dan perasaan manusia. Dorongan emosi akan bekerja lebih baik dari pada argumen rasional yang mempengaruhi perilaku manusia.[11] Seperti rasa suka dan tidak suka. Ketiga neo-cortex (otak depan) adalah tempat kecerdasan yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui indra penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh yang menimbulkan proses penalaran, berpikir intelektual, bahasa.[12] Neo-cortex ini dibagi menjadi empat belahan atau lobus yang mempunyai fungsi berbeda :
a.       Lobus frontal terletak di belakang kening, berfungsi untuk melakukan penilaian, kreativitas, berpikir, merencanakan dan memecahkan masalah.
b.      Lobus parietal terletak di bagian atas agak ke arah belakang dari otak dan berfungsi memproses sensasi dan fungsi bahasa.
c.       Lobus temporal yang terletak di samping kiri dan kanan, berfungsi untuk memproses pendengaran, memori, arti dan bahasa.
d.      Lobus occipital yang terletak di bagian belakang otak berfungsi untuk penglihatan.[13]

Jika dianalisis keterangan tersebut, maka otak merupakan pusat seluruh aktivitas manusia, terdapat sel-sel saraf yang terjadi proses pembentukan koneksi (hubungan antar sel-sel saraf). Otak reptil yang mempunyai fungsi mengendalikan emosi aktif. Neo-cortex merupakan bentuk daya pikir tertinggi dan bagian otak yang paling objektif, menerima bergabungnya perasaan, kemampuan berpikir, ingatan, pengalaman.
Aktivitas otak anak-anak perlu mendapatkan dari lingkungan dan keluarganya. Otak membutuhkan rangsangan dan pengalaman atau kejadian agar otak ini makin cepat dalam menangkap sinyal-sinyal informasi. Anak-anak menyerap apa saja yang dilihat, didengar, disentuh dari lingkungan mereka. Stimulus anak dapat diberikan kepada peserta didik dalam berbagai bentuk antara lain: Mainan mobil-mobilan, melalui mainan tersebut anak akan kreatif dengan melakukan hal yang belum pernah dia coba, seperti membongkar mainan atau ingin mengubah bentuk. Aktivitas ini dilakukan tidak lain karena adanya hubungan antara bagian-bagian otak.



2.      Analisis Cara Pembelajaran Multiple Intelligence
           Analisis penulis dari cara pembelajaran multiple intelligence, sebagai berikut :
a)      Belajar Dengan Cara Linguistik
Pendidik dalam mengajar selain menggunakan teknik linguistik kepada peserta didik, juga dapat menggunakan teknik yang lain seperti : Kegiatan menulis, bercerita, menggunakan kaset dan buku, pidato di depan kelas, mengarang, menyelipkan kata-kata humor kepada peserta didik agar pelaksanaan pembelajaran variatif dan efektif, sehingga dapat menambah kemampuan peserta didik dengan linguistik.
Kecerdasan linguistik yang mempunyai kepandaian dalam menggunakan kata-kata membuat pendidik untuk memahami keadaan peserta didik. Biasanya peserta didik tidak bisa diam, sukanya berbicara entah itu hanya cari perhatian pendidik dan juga suka membuat lelucon atau perkataan humor sehingga menjadikan suasana kelas gaduh. Dalam hal ini pendidik menggunakan siasat agar anak mau mendengarkan penjelasan pelajaran. Sebagai contoh: Pendidik memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca atau menulis materi di depan kelas.

b)     Belajar Dengan Cara Logis-Matematis
Analisis dari penjelasn di atas bahwa peserta didik belajar dengan membentuk konsep dan mencari pola hubungan abstrak maksudnya pendidik dapat mengarahkan peserta didik dalam materi pelajaran ke dalam sebuah pembelajaran yang sesuai dengan pemikiran mereka. Membentuk konsep adalah pendidik membuat permasalahan sederhana berdasarkan materi diberikan kepada peserta didik dengan arahan untuk mencari pemecahan masalah kemudian dikaitkan dengan penjelasan materi tersebut.
Peserta didik dengan kecerdasan ini juga mampu dalammengoperasikan angka sehingga suka pada pelajaran matematika dan sains.

c)      Belajar Dengan Cara Visual
Pembelajaran kepada peserta didik melalui model visual maupun audio dapat memudahkan pemahaman peserta didik terhadap pelajaran. Pendidik perlu memberikan model yang berbeda, sederhana dan peserta didik senang dan memahami materi. Seperti menggunakan benda asli yang ditunjuk sebagai objek, ini dalam hal menghafal kosakata benda.
Cara belajar dengan cara yang lain dengan cara mengambar, mengilustrasikan dalam pembuatan benda dari malam, lilin terkait dengan materi.

d)     Belajar Dengan Cara Kinestetik
Analisis kinestetik dengan memanipulasi gerak maksudnya adalah mengoptimalisasi penggunaan gerak tubuh dalam pembelajaran. Dapat pula diaplikasikan melaluimetode sosiodrama, sosiodrama ini melibatkan gerakan yang banyak selain itu juga dapat menggunakan permainan kata-kata yang diperagakan dengan gerakan (pantomim). Sehingga kecendrungan peserta didik yang suka gerak ini diapresiasikan dalam proses pembelajaran.

e)      Belajar Dengan Cara Musik
Analisis ini adalah pendidik dapat menggunakan kaset membunyikan lagu-lagu Islami untuk mengiringi kegiatan belajar peserta didik. Cara lain yang dapat digunakan dengan menggunakan alat musik yang ederhana, kemudian memainkannya sebagai refleksi setelah pelajaran.
Dalam membangkitkan semangat belajar pendidik membuat lagu khusus atau yel-yel sebagi motivasi agar peserta didik semangat dengan pembelajaran. Pendidik harus memberikan suasana yang berbeda disaat peserta didik belajar. Sehingga strategi ini menjanjikan kesempatan yang luas untuk ekspresi kreatif baik dari pendidik maupun peserta didik.

f)       Belajar Dengan Cara Interpersonal
Analisis belajar dengan cara interpersonal peserta didik membutuhkan kesempatan untuk melemparkan gagasan kepada orang lain agar belajar secara optimal di kelas. Pendidik perlu mengetahui pendekatan pengajaran yang melibatkan interaksi antara peserta didik. Tidak semua materi pelajaran dilakukan dengan kerjasama. Tapi materi pelajaran lebih efektif dilakukan dengan kerjasama (diskusi, kerja kelompok) agar peserta didik lebih cepat memahami pelajaran.

g)     Belajar Dengan Cara Intrapersonal
Berbeda dengan interpersonal, kecerdasan yang dimiliki intrapersonal adalah efektif belajar secara individu. Jika dianalisis kecerdasan intrapersonal termasuk kecerdasan diri, ini berkaitan kemampuan seseorang mengenali diri sendiri. Sehingga dalam proses belajar suka mandiri. Pendidik harus bisa mengenali emosi peserta didik lebih jauh. Sikap yang selalu pendiam, introvet yang dimiliki peserta didik menjadi akan lebih berkesan karena pendidik memperhatikannya. Pendidik juga perlu memberikan tugas-tugas individu seperti memberikan pekerjaan rumah, permainan dan kegiatan individual.



[1] Thomas Armstrong, Setiap Anak Cerdas: Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligencenya,  (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 19.
[2] Linda Campbell, Bruce dan Dee Dickson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 2.
[3] Paul Suparno, Teori Intelligence ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), Cet. I., hlm. 29.
[4] Thomas Armstrong, Setiap Anak Cerdas: Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligencenya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 20.
[5] Paul Suparno, Teori Intelligence ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), Cet. I., hlm. 34.
[6] Hernowo, Andaikan Buku itu Sepotong Pizza, Rangsangan Baru Untuk Melejitkan Word Smart (Bandung: Kaifa, 2004), Cet. III., hlm. Viii.
[7] Paul Suparno, Op. Cit.,hlm. 39.
[8]iSutan Surya, Melejitkan Multiple Intelligence Anak Sejak Dini, (Yogyakarta:Andi,2007), hlm. 3.
[9] Fuad Nashori, Potensi-potensi  Manusia, (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. I., hlm. 119.
[10] Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 1999), Terj., Cet. V., hlm. 26-28.
[11] Amir Tengku Ramly, Pumping Talent: Memahami Diri, Memompa Bakat, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2005), Cet. II., hlm. 44.
[12] M. Yaniyullah Delta, Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak Menurut Petunjuk Al-Qur’an dan Neurology, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 41.
[13] Adi W. Gunawan, Born to Be a Genius, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 24-25.

0 Response to "MULTIPLE INTELLIGENCE"

Post a Comment