OSIS
DAN DISIPLIN BELAJAR
A.
Keaktifan Siswa Dalam OSIS
1. Pengertian OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)
Organisasi secara
umum dapat diartikan memberikan struktur atau susunan yakni dalam
penyusunan/menempatkan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan
maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban hak-hak dan
tanggung jawab masing-masing penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung
jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu kegiatan untuk menuju kepada tujuan
bersama.
Hadari Nawawi
mengatakan dalam bukunya Administrasi Pendidikan bahwa: “organisasi
adalah sistem kerja sama sekelompok orang juntuk mencapai tujuan bersama”[1]
Pengorganisasian
merupakan aktifitas menyusun dan membentuk hubungan kerja sama antar orang ,
sehingga terwujud suatu satuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.[2]
Siswa adalah
peserta didik yang mengikuti pendidikan dan intra artinya tidak ada hubungan
organisasi dengan sekolah / kursus yang lain.
Sekolah adalah suatu
lembaga pendidikan tempat guru mengajar dimana para siswa dapat meningkatkan
serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jadi OSIS adalah
suatu satu-satunya wadah organisasi siswa di sekolah di lingkungan pembinaan
direktorat jenderal dasar dan menengah
untuk mencapai tujuan pembinaan dan
pengembangan kesiswaan dan tidak ada hubungan organisatoris dengan osis di
sekolah atau kursus yang lain;[3] dan OSIS
adalah satu-satunya wadah organisasi siswa disekolah untuk mencapai tujuan
pembinaan dan pengembangan kesiswaan.[4]
2. Tujuan OSIS
Tujuan osis adalah
menumbuhkan daya tangkal pada diri siswa agar mampu menjunjung tinggi pengaruh
kebudayaan yang bertentangan dengan kebudayaan nasional, memantapkan kegiatan
kokurikuler dan ekstra kurikuler dalam menunjang pencapaian kurikulum
peningkatan apresiasi dan peningkatan seni, menumbuhkan sikap berbangsa dan
bernegara, meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat serta nilai-nilai 45, serta meningkakan kesegaran
jasmani dan rohani.[5]
OSIS yang pada
hakekatnya mempunyai tujuan dan fungsi yang tersendiri untuk membantu
tercapainya tujuan pendidikan nasional melalui pendidikan ekstra kurikuler
sebagaimana yang tercantum dalam anggaran dasar OSIS pasal 3 ayat 1 yang
berbunyi:
“Mempersiapkan
kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional memberikan beka
ketrampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme,
kepribadian dan budi pekerti.[6]
Peran dan fungsi
OSIS adalah:
-
OSIS merupakan satu-satunya wadah
kegiatan siswa yang dapat menampung dan menunjang kurikulum sekolah.
-
OSIS harus berjalan lancar dan
harmonis sehingga dapat memperlancar program kegiatan belajar mengajar disetiap
sekolah lanjutan di tanah air
-
OSIS harus dapat mengantarkan para
anggotanya ke arah persiapan diri sebagai kader penerus belajar perjuangan
bangsa dan kader pembangunan nasional yang berjiwa pancasia.
3. Pembinaan OSIS Di Sekolah
Setiap
sekolah wajib membentuk organisasi kesiswaan yang berupa Organisasi Siswa Intra
Sekolah yang disingkat OSIS. OSIS merupakan satu-satunya wadah organisasi siswa
di sekolah untuk mencapai tujuan pembinaan dan pengembangan kesiswaan. OSIS
bersifat intra sekolah, artinya tidak ada hubungan organisatoris dengan osis di
sekolah lain, dan tidak menjadi bagian dari organisasi lain yang ada di luar
sekolah.
OSIS merupakan
wadah organisasi sekolah, oleh karena itu setiap siswa secara tomatis menjadi
anggota OSIS dari sekolah yang bersangkutan dan keanggotaannya itu secara
otomatis berakhir dengan keluarnya siswa dari sekolah yang bersangkutan.
Perangkat OSIS di
sekolah terdiri dari pembina OSIS, Perwakilan kelas dan pengurus OSIS.
Pembina OSIS
terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru. Dan kepala beserta
wakil kepala sekolah bertindak selaku ketua dan wakil pembina OSIS. Guru-guru
secara bergantian setiap tahun pelajaran menjadi anggota pembina OSIS. Susunan
kepengurusan dan jumlah keanggotaan pembina OSIS di sesuaikan dengan keadaan
dan keperluan sekolah yang bersangkutan. Perwakilan kelas terdiri dari
wakil-wakil kelas, setiap kelas diwakili 2 (dua) orang siswa.
Penguru OSIS terdiri dari:
a. Seorang ketua dan dua orang wakil ketua
b. Seorang sekretaris dan dua orang wakil sekretaris
c. Seorang bendahara dan seorang wakil bendahara
d. Delapan orang ketua seksi, yaitu:
1) Ketua seksi ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2) Ketua seksi kehidupan berbangsa dan bernegara
3) Ketua seksi pendidikan pendahuluan bela negara
4) Ketua seksi kepribadian dan budi pekerti luhur
5) Ketua seksi organisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan
6) Ketua seksi ketrampilan dan kewiraswastaan
7) Ketua seksi kEsegaran jasmani dan daya kreasi
8) Ketua seksi persepsi, apresiasi dan kreasi seni
Tugas-tugas
pengurus
a. Pembina osis bertanggung jawab atas seluruh pengolahan,
pembinaan dan pengembangan OSIS di sekolah yang dipimpinnya.
b. Perwakilan kelas bertugas memilih pengurus OSIS, mengajukan
usul-usul untuk dijadikan program kerja OSIS dan menilai laporan
pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir masa jabatannya.
c. Perwakilan kelas bertanggung jawab langsung kepada pembina OSIS
d. Pengurus OSIS bertugas menyusun dan melaksanakan program kerja
OSIS sesuai dengan Anggaran dasar dan Anggaran rumah tangga dan menyampaikan
laporan pertanggungjawaban kepada rapat perwakilan kelas dan pembina OSIS.
4. Kegiatan-Kegiatan OSIS Di Sekolah
Kegiatan yang
dilakukan OSIS bisa bermcam-macam bentuknya, karena dalam struktur kepengurusan
OSIS ada sekitar 8 (delapan) seksi yang membidangi berbagai program kegiatan.
Meskipun
keberadaan seksi-seksi itu tidak harus mutlak ada namun yang penting ialah
kegiatan itu disesuaikan dengan kebutuhan murid dan kebutuhan sekolah.
Adapun
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan OSIS antara lain:
a. Latihan kepemimpinan
Dasar agama:
عن
عبد الله ابن عمر رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله ص. م. يقول: كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته, والامام
راع ومسئول عن رعيته ( رواه البخار و مسلم و الترمدي)
Artinya : “Dari Abdullah bin Umar
R.A. berkata: aku mendengar rasulullah SAW bersabda: kamu semua adalah pemimpin
dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya.
(HR. Bukhori, Muslim dan Turmudzi)[8]
Dalam latihan
kepemimpinan dibagi menjadi dua yaitu :
1) Latihan kepemimpinan bagi pembina OSIS, latihan kepemimpinan
bagi perwakilan kelas, latihan kepemimpinan bagi pengurus OSIS untuk:
(a) Meningkatkan dan memantapkan mutu kepemimpinan
(b) Meningkatkan kemampuan berorganisasi dan kesadaran politik
sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
(c) Meningkatkan dan mengembangkan serta memperluas wawasan dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan OSIS
2) Latihan kepemimpinan bagi anggota OSIS, untuk:
(a) Mendorong, membimbing serta mengarahkan potensi kepemimpinan
(b) Menumbuhkan, meningkatkan dan memantapkan kesadaran dan tanggung
jawab sebagai warga negara khususnya generasi muda penerus perjuangan bangsa.
(c) Memberi tuntunan dan meningkatkan pola pikir, sikap dan perilaku
siswa ssuai dengan agama dan keyakinan masing-masing, kepribadian, budi pekerti
luhur, sopan santun dan disiplin.
b. Pembinaan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa
Dasar agama:
ياايها الذين امنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا
وانتم مسلمون. (ال عمران: 102)
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (Q.S. Ali Imran: 102)[9]
1) Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama
masing-masing
2) Memperingati hari-hari besar agama
3) Melaksanakan toleransi kehidupan antar umat beragama
4) Membina toleransi kehidupan umat beragama
5) Mengadakan lomba yang bersifat keagamaan
6) Menyelenggarakan kegiatan seni yang bernafaskan keagamaan.
c. Pembinaan kehidupan berbangsa dan bernegara
1) Melaksanakan upacara bendera pada setiap hari Senin dan hari
Sabtu serta hari-hari besar nasional.
2) Melaksanakan bhakti sosial masyarakat
3) Mengadakan lomba karya tulis
4) Menghayati dan mampu menyanyikan lagu-lagu nasional
d. Pembinaan pendidikan pendahuluan bela negara
1) Melaksanakan tata tertib sekolah
2) Melaksanakan baris-berbaris
3) Mempelajari dan menghayati sejarah perjuangan bangsa
4) Melaksanakan wisata siswa, pencinta alam dan kelestarian alam
lingkungan.
5) Mempelajari dan menghayati semangat perjuangan para pahlawan
(napak tilas)
e. Pembinaan kepribadian dan budi pekerti luhur
Dasar agama:
انما بعثت لأتمم مكارمالاخلق. (رواه احمد)
Artinya: “Bahwasannya aku diutus
Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak (budi pekerti). (H.R. Ahmad)[10]
1) Melaksanakan tata krama pergaulan
2) Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran rela berkorban dengan
jalan melaksanakan perbuatan amal untuk meringankan beban dan penderitaan orang
lain.
3) Meningkatkan sikap hormat siswa terhadap orang tua, guru dan
sesama siswa di lingkungan masyarakat.
f. Pembinaan berorganisai pendidikan politik dan kepemimpinan
1) Memantapkan dan mengembangkan peran siswa di dalam OSIS sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing.
2) Membentuk kelompok belajar berdasarkan keamanan, kebersihan,
ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan. (5K)
3) Melaksanakan latihan kepemimpinan siswa
4) Mengadakan forum diskusi ilmiah
5) Mengadakan media komunikasi OSIS (buletin, majalah dinding, dsb)
6) Mengorganisir suatu pementasan atau bazar
g. Pembinaan keterampilan dan kewiraswastaan
1) Meningkatkan keterampilan dalam menciptakan suatu barang lebih
berguna
2) Meningkatkan keterampian di bidang tekhnik, elektronik,
pertanian dan peternakan.
3) Meningkatkan usaha-usaha keterampilan tangan
4) Meningkatkan usaha koperasi sekolah dan unit produksi
5) Meningkatkan penyelenggaraan perpustakaan sekolah
6) Melaksanakan Praktek Kerja Nyata (PKN)/Praktek Pengalaman
Lapangan.
h. Pembinaan kesegaran jasmani dan daya kreasi
1) Meningkatkan kesadaran hidup sehat di lingkungan sekolah rumah
dan masyarakat/lingkungan
2) Melaksanakan usaha kesehatan sekolah
3) Melaksanakan pemeliharaan keindahan penghijauan dan kebersihan
sekolah.
4) Menyelenggarakan kantin sehat
5) Meningkatkan kesehatan mental
6) Melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkotika, obat
terlarang, minuman keras dan merokok.
7) Melaksanakan senam kesegaran jasmani
8) Menyelenggarakan berbagai macam olah raga
i.
Pembinaan persepsi, apresiasi dan
kreasi seni
1) Mengembangkan wawasan dan keterampilan siswa di bidang suara,
seni tari, seni rupa, seni kerajinan, drama/sastra, musik dan fotografi.
2) Menyelenggarakan sanggar berbagai macam seni
3) Meningkatkan daya cipta seni
4) Mementaskan memamerkan berbagai cabang seni, baik karya siswa /
sekolah maupun karya seniman luar.[11]
B.
Kedisiplinan Belajar
1.
Pengertian Kedisiplinan
Belajar
Kedisiplinan berasal dari
kata disiplin berawalan ke- dan berakhiran –an, yang berarti “tata tertib
ketaatan kepada peraturan”; “latihan batin dan watak dengan maksud supaya
segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib”;[12] kontrol
terhadap kelakuan, baik oleh kekuasaan luar ataupun oleh individu itu sendiri.[13] Sedangkan
menurut Nur Cholis Madjid, meninjau dari sudut keagamaan, disiplin ialah
sejenis perilaku taat dan patuh yang sangat terpuji.[14]
Sedangkan pengertian belajar
menurut Muhibbin Syah mempunyai arti tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.[15] Sedang
menurut Sardiman.
A.M., pengertian belajar dibagi dua, yaitu pengertian luas dan khusus. Dalam
pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju
perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan
sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian
kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Definisi dalam arti khusus
inilah yang banyak dianut sekolah-sekolah.[16]
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan Kedisiplinan
Belajar ialah sikap atau perbuatan yang tertib, tertata dan teratur dalam
belajar baik di dalam kelas maupun di
rumah.
Kepribadian
disiplin akan memberi pengaruh dalam segala aspek kehidupan secara timbal
balik, artinya kepribadian yang baik akan menumbuhkan sikap disiplin, begitu
juga sikap disiplin akan memberi peluang tumbuhnya kepribadian baik. Perilaku
disiplin pada siswa perlu ditumbuh kembangkan, karena akan berpengaruh pada
hasil belajar dan sikap-sikap baik lainnya, tanpa disiplin tidak akan ada
kesepakatan antara guru dan siswa, serta hasil belajar pun berkurang, dan
bahkan akan jauh dari keberhasilan.
Berperilaku disiplin dengan
baik sudah barang tentu harus dilakukan, karena manusia dalam kehidupannya
bermasyarakat tidak dapat hidup sendiri tetapi selalu bergaul dengan sesamanya.
Oleh karena itu manusia dalam kehidupannya pertama-tama harus menggunakan
bahasa yang baik dan benar, kemudian saling menghormati, suka memaafkan bila
ada orang yang berbuat salah, suka menolong sesamanya dan semua tingkah laku
yang diajarkan Islam. Dan norma baik dan buruk adalah baik dan buruk menurut
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dalam
kaitan ini Allah SWT berfirman :
خذالعفووأمربالعرف
وأعرض عن الجاهلين.(ألأعراف: 199 ).
Artinya : Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (Q.S. Al-A’raf : 199).[17]
2.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kedisiplinan Belajar
Setiap orang tua dan guru ingin membina anak-anaknya agar menjadi orang
yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, sikap mental yang kuat dan etika yang
mulia serta terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan, sebagai
jalan yang dapat membawa anak didik kepada kehidupan etika, sehingga mampu dan
mau berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral.
Agar nilai-nilai moral dapat
dipatuhi oleh anak dengan kesadaran tanpa adanya paksaan, supaya datang dari
dirinya sendiri, maka pendidikan agama harus diberikan secara terus menerus
baik di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga
lingkungan penentu inilah yang akan membentuk perilaku seorang anak.
Lingkungan pendidikan adalah
latar tempat berlangsungnya pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama
pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Seperti diketahui
lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Makin bertambah usia
seseorang, peranan lingkungan pendidikan lainnya (yakni sekolah dan
msyarakat) semakin penting meskipun pengaruh lingkungan keluarga masih tetap
berlanjut.[18]
a. Lingkungan Keluarga
Dalam lingkungan inilah pertama kali
anak dikenalkan pada masalah pendidikan. Oleh sebab itu keluarga atau orang tua
dikatakan sebagai pendidik utama yang pertama. Mau dibentuk menjadi apakah anak
tersebut adalah tergantung pada kehendak orang tua. Karena dari faktor
keturunan atau sifat dasar anak, maka kebiasaan yang terjadi adalah anak itu
selalu meniru atau mencontoh pada sikap dan perilaku orang tuanya.
Dalam sebuah hadits
riwayat Bukhori dan Muslim Nabi SAW bersabda :
كل مولود يولد على الفطرة حتى يعرب عنه لسا نه فأبواه يهودانه
اوينصرانه اويمجسانه. (رواه البخا ري
ومسلم).
Artinya : Setiap anak yang lahir dalam keadaan suci
(fitrah) hingga ia dapat merubah lisannya, maka orang tualah yang menjadikan
yahudi, nasrani atau majusi. (H.R. Bukhori dan Muslim). [19]
Disiplin merupakan hasil suatu proses dari perilaku yang berulang-ulang dan
terbiasakan, dan orang tua atau keluarga
mempunyai peran yang besar dalam melatih, mendidik anak-anaknya dalam perilaku
disiplin atau lebih dikenal dengan pola asuh anak. Seakin baik dan tepat orang
tua memperlakukan anak maka kan semakin baik pula sikap serta kepribadian anak
dalam perbuatannya sehari-hari[20]
b.
Lingkungan Sekolah
Guru yang masuk dalam
kelas, membawa seluruh unsur kepribadiannya, agamanya, akhlaknya, pemikirannya,
sikapnya dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Penampilan guru, pakaiannya,
cara bicara, bergaul bahkan emosi dan keadaan jiwanya bahkan iseologi dan paham
yang dianut akan terbawa tanpa sengaja ketika berhadapan dengan siswa.
Seluruhnya itu akan terserap oleh siswa tanpa disadari oleh guru dan orang tua.
Alangkah indahnya guru-guru tersebut mempunyai sikap disiplin sehingga siswa
kagum dan mampu meniru perilaku gurunya.[21]
Sekolah berarti juga
madrasah, namun keberadaan madrasah ini berbeda dengan sekolah-sekolah yang
ada, karena madrasah adalah cenderung pada pola penanaman Islami. Sedang
disekolah umum belum tentu demikian. Disinilah setiap hari anak mendapatkan
pendidikan sekaligus pengaruh dari komunitas yang ada didalam lembaga sekolah
tempat dia berada. Bahkan pengaruh yang ada di sekolah kadang dapat terlalu menonjol
dari faktor yang lain. Disinilah perlunya pengelolaan sekolah dengan sebaik
mungkin mulai dari input sampai uot put harus diperhatikan.
c.
Lingkungan Masyarakat
Peran masyarakat dalam
proses pendidikan inipun sangat besar artinya. Terutama kebudayaan yang ada
dalam masyarakat ini mempunyai dampak tersendiri bagi perkembangan anak.
Apabila kebudayaan tersebut mempunyai dampak yang negatif terhadap perkembangan
jiwa anak, maka masyarakat harus berperan serta menanggulanginya, sehingga anak
dapat mengambil nilai-nilai luhur yang ada dalam masyarakatnya.
Menurut Nur Cholis
Madjid Seperti halnya belajar, perilaku disiplin juga dipengaruhi banyak faktor
yang memberi motivasi kepada individu-individu untuk berperilaku disiplin.
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin yaitu
a. “Taqwa kepada Allah
keinsyafan
yang mendalam akan makna Ketuhanan Yang Maha Esa.Seorang yang berkomitmen
terhadap keimanannya kepada Allah, akan selalu berbuat sesuai dengan norma dan
aturan yang diyakini kebenarannya, karena ia sadar bahwa Allah selalu
menyertainya dimanapun ia berada. Kesadaran itu akan membimbing kepada perilaku
yang baik yaitu akhlakul karimah.
b.
Keabsahan tatanan/aturan
Ketika
suatu tatanan dirasakan oleh masyarakat sebagai tatanan tidak adil, yang
berarti tidak absah, maka sulit sekali diharapkan kepatuhan mereka, dengan
sedirinya akan sulit terjadi perilaku yang disiplin.
Jika faktor di atas terpenuhi dan ditunjang
dengan sarana yang baik, maka kedisiplinan dari individu akan tumbuh dengan
baik dan itu bisa dilakukan dengan :
c. Pengawasan Hierarkis
Pemantauan hieraris ialah
pemantauan yang tidak dapat dilihat oleh pihak yang dipantau.
d. Normalisasi
Yaitu memberikan hukuman, istilah
hukuman pelanggaran kedisiplinan lebih tepat disebut dengan sanksi. Sanksi
disiplin ini dimengerti sebagai suatu yang dapat membuat anak-anak merasakan
pelanggaran yang diperbuatnya.
e. Pengujian
Pengujian merupakan paduan dari
teknik pengawasan hierarkis dan normalisasi. Pengujian merupakan
pemantauan-normalitatif yang mampu mengklasifikasi, menentukan mutu dan
menghukum yang dipantau.” [22]
Sedangkan belajar siswa
itu sendiri menurut Muhibbin Syah juga oleh Sumadi Suryabrata, dipengaruhi oleh
faktor-faktor dibedakan menjadi tiga macam.
1) Faktor internal
Faktor yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri meliputi dua aspek yakni:
a) Aspek fisiologis
Aspek fisiologis adalah aspek kondisi
umum jasmani dan (ketegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ
tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran.
b) Aspek psikologis
Faktor yang termasuk aspek psikologis
adalah
(1) Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa
(2) Sikap siswa
(3) Bakat siswa
(4) Minat siswa
(5) Motivasi siswa
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal siswa terdiri atas
dua macam yakni
a) Lingkungan sosial
Faktor yang termasuk faktor sosial
siswa adalah masyarakat, guru, keluarga dan tetangga juga teman-teman
sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.
b) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk
lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal
keluarga, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar.
3) Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar
dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam
menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.[23]
3.
Metode Penerapan Disiplin
Disiplin yang baik
mengandung ketertundukan pada peraturan dan pengakuan pada kewibawaan pendidik.
Peraturan yang diberlakukan dalam pendidikan hendaknya yang mampu membelajarkan
anak: memperluas peluang anak untuk membuat berbagai kesibukan. Kewibawaan
pendidik memerlukan landasan: kebijaksanaan, kecintaan, kecintaan dan memberi
motivasi.
Dalam lingkungan kelas
mengenal nama anak memberi kesan bahwa yang bersangkutan diperhatikan tetapi
sekaligus mempermudah pengembangan disiplin. Penugasan yang jelas dan tegas
memudahkan pemantauan tercapainya displin kerja. Sikap obyektif terhadap
pelanggaran aturan menimbulkan penghargaan pada guru.
Sikap disiplin memerlukan
proses belajar sehingga mampu tertanam dalam perilaku seharihari. Pada awal
proses belajar perlu ada upaya dari berbagai pihak. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara:
a.
Melatih
b.
Membiasakan diri berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai berdasarkan acuan moral
Selain memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya sikap disiplin dan sarana
pendisiplinan, diperlukan pula metode penerapan disiplin. Dengan metode
penerapan disiplin yang tepat, maka individu tidak merasa diperintah dan
dipaksa untuk melaksanakan suatu aturan/tatanan.
Metode penerapan disiplin bisa ditempuh
dengan beberapa cara :
a. Keteladanan
Keteladanan adalah perilaku yang
patut dicontoh. Artinya, setiap perilakunya tidak sekadar perilaku yang terpaksa
atau tanpa arah, tetapi harus didasarkan pada kesadaran bahwa perilakunya akan
dijadikan lahan peniruan dan identifikasi bagi anak atau siswa yang dilakukan
guru atau orang tua.[25]
c. Penerapan aturan yang konsisten/istiqomah.
Yang tidak kalahnya pentingnya dalam
menegakkan disiplin selain keteladanan ialah konsistensi/istiqomah.[27] Sebab
aturan yang dijalankan tidak konsisten, dengan sendirinya merusak aturan itu
sendiri, sehingga dapat ditafsirkan aturan yang tidak adil, karena selalu
beubah-ubah penerapannya. Akibatnya tumbuhnya disiplin juga sulit diharapkan.
4.
Pencegahan Tindakan Tak
Berdisiplin
Di Dalam masalah dalam disiplin sekolah perilaku
pelanggaran disiplin yang biasa terjadi ialah: terlambat, melalaikan tugas,
membolos, berbisik di kelas, ribut, ceroboh dalam tindakan, membantah perintah,
ribut, marah, merusak benda-benda, berkelahi, tidak sopan, bertindak asusila..
Faktor penyebab pelanggaran disiplin dapat dibagi
menjadi empat, yaitu: psikologik, perseorangan, sosial dan lingkungan.
a. Gangguan kesehatan, gangguan kelenjar, dan gangguan psikis dapat
mempengaruhi sikap anak, persepsi anak, ketenangan anak yang dapat menggangu
terciptanya suasana disiplin di sekolah.
b. Lingkungan seperti; cukup udara segar, ruangan yang menarik,
suasana tenang tidak bising oleh suara kendaraan atau pabrik akan mempengaruhi
suasana belajar dikelas.
c. Tidak jarang sikap perseorangan anak tidak sesuai dengan standar
yang berlaku di kelas. Beberapa sifat perseorangan acuh tak acuh, mementingkan
diri sendiri, meniru kelakuan tak baik, ataupun terlalu mengecilkan diri
sendiri. Sikap tersebut kesemuanya bila dibiarkan akan menggangu disiplin kelas
dan produktivitas kelas.
d. Dalam kehidupan berkelompok akan timbul pengaruh sosial pada
sikap seseorang. Walaupun upaya memahami sikap itu kadang-kadang, pendidik
tetap perlu berusaha untuk mengikuti perkembangan sikap anak. Dalam kehidupan
kelompok setidak-tidaknya di kenal tiga kebutuhan, yaitu kebutuhan akan pengakuan
orang lain, kebutuhan aktualisasi diri dan kebutuhan akan kebebasan bertindak.
Pendidik merupakan pemimpin yang memegang
kewibawaan. Bila pendidik menampilkan sikap kurang bijaksana terjadi
pertentangan dengan anak didik. Terhadap kesukaran anak didik pendidik perlu
menjalin kerjasama yang baik dengan anak didik sehingga dapat mengurangi
kesukaran tersebut. Beberapa siswa mungkin membutuhkan sikap ingin diperhatikan
secara khusus/persorangan untuk membantu persoalan belajarnya
Kelas merupakan tempat kerja yang memerlukan
terciptanya kerjasama, bukan hanya guru yang akti tetapi keaktifan anak didik
mengembangkan disiplin diri penting sekali.[28]
Pendidik bertugas untuk membimbing, memberi saran,
memimpin dan memberi rangsangan ke arah sikap yang baik. Sikap pendidik itu
sendiri diperlukan sebagai contoh atau teladan sehingga sikap baik dari
pendidik menjadi penting sekali.
Membangkitkan perhatian dan motivasi serta
menyesuaikan engan tingkat perkembangan: seperti bahasa dan jalan fikiran akan
merangsang terciptanya ketertiban di kelas. Memberi tugas yang sesuai dengan
kemampuan akan dikerjakan dengan baik, menarik, dan menghindarkan terjadinya
kekacauan.
Sikap pendidik itu menular. Bila ia senang dan
bersemangat dalam menjalankan tugasnya kelas akan terpengaruh, segan dan puas
terhadap tugas akan menyukarkan tumbuhnya kerjasama. Perlu diperhatikan hal-hal
yang mungkin merusak kerjasama di kelas.
Pendidik perlu mendorong adanya keinginan untuk
maju, lebih maju: lebih maju dari sebelumnya dan berlomba lebih maju bersaing
kawan-kawannya. Persaingan sehat atau kompetisi perlu dilandasi sikap: usaha
keras, sportif, jujur dan terbuka.
Bantuan orang tua dalam menciptakan iklim disiplin
akan sangat membantu. Saling kerja sama antara pendidik dan orang tua demi kepentingan
anak sangat diperlukan.
Banyak cara perbaikan perilaku dan sikap kurang
disiplin pada anak, atau dalam istilah umum disebut sebagai hukuman.
Pemberian hukuman hendaknya
berlandaskan prinsip-prinsip berikut ini:
a.
“Obyektif
b.
Dipahami anak
c.
Bila mungkin bersifat pribadi
d.
Beralasan
e.
Tegas, sesuai dengan kesalahan
f.
Sesuai dengan usia anak
g.
Berhubungan dengan kesalahannya
h.
Tidak berbahaya
i.
Di luar kemarahan
j.
Segera
k.
Dikenakan pada yang bersalah
Beberapa cara yang biasa
dipergunakan untuk memperbaiki tindakan tak disiplin
a.
“Penyesalan, bila siswa membuat
pelanggaran perlu minta maaf atau menyesal dengan kesukarelaan yang mempunyai
ari perbaikan kesalahan
b.
Memindahkan tempat duduk atau
kelas atau kelompok yang disadari sebagai hukuman untuk menyadarkan.
c.
Hukuman jasmani tetapi yang tak
perlu merasakan menyakitkan: seperi lari dan push up.
d.
Mencabut hak
e.
Tugas tambahan
f.
Mendorong dan memberi hadian
g.
Pujian
5. Bentuk-bentuk kedisiplinan
Kedisiplinan siswa
di sekolah adalah perilaku disiplin siswa pada guru, yang meliputi :
-
Tenang dalam mengikuti pelajaran
dan tertib
-
Minta ijin bila ingin meninggalkan
pelajaran
-
Memberi salam bila bertemu, dan
sebagainya.
Sedangkan
kedisiplinan siswa terhadap teman, meliputi :
-
Tidak suka menang sendiri, dan
toleran
-
Tidak mengindahkan pendapat orang
lain
-
Memberi ma’af pada teman yang
berbuat salah atau khilaf
-
Kasih sayang, dan lain sebagainya
Kedisiplinan dalam hal belajar meliputi
:
-
Ketepatan waktu dalam belajar
-
Ketepatan mengerjakan tugas/PR
-
Ketepatan dalam masuk kelas
-
Kontinuitas dalam belajar
Kedisiplinan mematuhi tata tertib
sekolah seperti:
-
Harus berambut rapi,
-
Bersepatu hitam dan
-
Memakai kaos kaki,
-
Memakai tanda pengenal sekolah
-
Mengenakan baju seragam yang rapi,
dan
C.
Hubungan Antara Keaktian Siswa
Dalam Osis Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa
Menurut Abu Ahmadi
dan Widodo Supriyono dalam bukunya Psikologi Belajar diterangan bahwa
kegiatan OSIS sangat berguna sekali dalam pembentukan anak, baik secara pribadi
maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan organisasi asas keseimbangan dapat
dikembangkan dalam pembentukan pribadi murid termasuk di dalamnya adalah kepribadian
belajar yang menyangkut aspek kedisiplinan. Kemampuan pribadi tersebut dapat
dikembangkan dengan baik. Seperti minat, kedisiplinan, semangat belajar dll.[32]
Dalam menumbuhkan
mental disiplin atau proses pembentukan kedisiplinan siswa, dalam OSIS terdapat
kegiatan yang disebut latihan kepemimpinan. Dengan melatih jiwa kepemimpinan
diharapkan siswa mempunyai disiplin yang tinggi dalam kegiatan apapun yang
positif dalam kehidupan sehari-hari juga menumbuhkan, meningkatkan memantapkan
kesadaran untuk bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya sebagai seorang
pelajar yaitu untuk senantiasa disiplin belajar.
Dalam kegiatan
kepemimpinan ini diberikan pula tuntunan untuk berpola pikir, bersikap sesuai
dengan kepribadian dan budi pekerti yang luhur dan juga kedisiplinan. Dalam
pembinaan kepribadian ditanamkan sikap hormat kepada orang tua, guru, siswa dan
lingkungan masyarakat dan juga patuh terhadap tata tertib di sekolah dan
hukum-hukum dimasyarakat atau negara. Sehingga diharapkan jika siswa aktif
dalam kegiatan OSIS maka dia terbiasa dengan perilaku-perilaku positif
diantaranya ialah displin dalam hal apapun.
Disamping
kepemimpinan kegiatan OSIS yang lain yang mendukung proses didiplin diri ialah
kegiatan pramuka, upacara, siswa dilatih untuk menghargai waktu, tugas dan
tanggung jawab.
Dengan berbagai
kegiatan ekstra kurikuler disekolah esensinya adalah merupakan proses
menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin subjek
didik memperluas dan memperdalam makna-makna esensial untuk mencapai
kepribadian manusiawi (belajar).[33]
Sehingga sangat diperlukan adanya kesengajaan atau kesadaran (niat) untuk
mengundangnya melakukan tindak belajar. Sehingga pola-pola pembentuk tercipta
disiplin diri akan terintermalisasi dalam kegiatan sehari-hari. Pribadi yang
positif akan lahir jika senantiasa di asah dan diasuh.
[1] Hadari Nawawi, Adminsitrasi
Pendidikan, CV Haji Mas Agung, Jakarta, Cet-IV, 1988, Hlm. 27
[2] M. Ngalim Purwanto, dkk, Adminsitrasi
Pendidikan, PN, Mutiara Sumber Widya, Jakarta, Cet-XII, 1988, Hlm. 27
[3] Bidang Pembinaan Generasi Muda
Kanwil Depdikbud Jateng, Pembinaan Dan Pengembangan Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS), Hlm. 6
[4] Surat Keputusan DIRJEN
DIKDASMEN No. 226/C/Kep/1992 Tentang Pedoman Pembinaan Kesiswaan, Hlm. 3
[5]Departemen P Dan K, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah, Direktorat Pembinaan Kesiswaan,
Jakarta, 1985, Petunjuk Pelaksanaan OSIS, Hlm. 7.
[6] “Anggaran Dasar OSIS, Pasal 3
Ayat 1”, dalam Departemen P dan K, Direktorat Pembinaan Kesiswaan, Jakarta, 1985,
Petunjuk Pelaksanaan OSIS, Hlm. 2
[7] Ibid., Hlm. 4.
[8] Abdul Aziz, Qur’an Hadits II,
Wicaksana, Semarang, Hlm. 102.
[9] Al-Qur’an, Surat Ali
Imran Ayat 102, Badan Penyelenggara Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an,
Departemen Agama RI, Hlm. 668
[10] Moh Rifai dan Abdul Aziz, Aqidah
Akhlak MA Kelas I, Wicaksana, Semarang, 1984, hal. 43
[11] Departemen P dan K, Op. Cit.,
Hlm. 6-8.
[12] WJS. Purwadarminto, Kamus
Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1984, hlm. 254.
[13]James Drever, Kamus Psikologi, Bina Aksara, Jakarta,
1998, Hlm. 110.
[14] Nur Cholis Majid, Masyarakat
Religius, Paramidana, Jakarta, 1997, Hlm. 87.
[15] Muhibbin syah, Psikologi
Pendidikan, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000, Hlm. 92.
[16] Sardiman, A.M., Interaksi
& Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2000,
hlm. 20-21.
[17]R.H.A. Soenarjo, Al-Qur’an
Dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1995, Hlm. 255.
[18] Umar Tirtarahardja dan La Sula,
Pengantar Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, Hlm. 163
[19]
Jalaluddin As-Suyuti, Al-Jami’us Shagir, Darul Kitabil
Arabi, Mesir, 1976, Hlm. 94.
[20] Moh Sochib, Pola Asuh Orang Tua
dalam membantu mengembangkan displin diri, Rineka Cipta, 1998, Hlm. 21
[21] Zakiah Daradjat, Pendidikan
Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Ruhama, Jakarta, 1995, Hlm. 77
[22] Nur Cholis Majid, Op. Cit., hlm.
88.
[23] Muhibbin Syah, Op. Cit.,
Hlm. 132-139. lihat juga Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, Hlm. 249-253
[24] Moh Shochib, Pola Asuh Orang
Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Rineka Cipta, Jakarta,
1998, Hlm. 21
[25] Ibid., Hlm 25.
[26] Ibid.
[27] Nur Cholis Majid, Op. Cit,
Hlm. 91.
[28] Crow & Crow, Pengantar
Ilmu Pendidikan, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1994, Hlm. 116.
[29] Ibid., Hlm. 117
[30] Ibid., hlm. 117-118.
[31]
Dokumentasi Tata Tertib Siswa MTs Sabilul Huda, Karanganyar Demak Tahun Ajaran
2003/2004.
[32] Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 116
[33]Moh. Shochib, Pola Asuh Orang
Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Rineka Cipta, Jakarta,
1998, Hlm. 3.
0 Response to "OSIS DAN DISIPLIN BELAJAR"
Post a Comment