PROSES PENDIDIKAN PRANATAL
A.
Pengertian Pendidikan Pranatal
1.
Pengertian Pendidikan
Berbicara tentang pengertian pendidikan kita tidak akan menentukan arti
yang sama antara satu dengan lainnya, karena masing-masing tokoh mempunyai
sudut pandang yang berbeda dalam mengartikan pendidikan. Hal itu tergantung
pada sisi yang dianggap paling tepat oleh para tokoh pendidikan untuk membentuk
dan menentukan sebuah konsep tentang pendidikan.
John Dewey berpendapat: “Etimologically, the word education means just a
process of leading or bringing up”. Artinya secara etimologi, kata pendidikan
berarti suatu proses untuk memimpin dan membimbing.[1]
Pendidikan menurut Arifin M.Ed.
adalah:” ikhtiar manusia untuk membantu dan mengarahkan fitrah manusia (anak)
supaya berkembang sampai kepada titik maksimal yang dapat dicapai sesuai dengan
tujuan yang dicita-citakan”.[2]
Sedangkan Prof. H. Zahara Idris mengartikan pendidikan sebagai berikut :
“Pendidikan adalah
serangkaian kegiatan interaksi yang bertujuan antara manusia dewasa dengan si
anak didik secara tatap muka atau dengan mempergunakan media, dalam rangka
memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya agar dapat
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin menjadi manusia dewasa”.[3]
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang
akan datang.[4]
Dari beberapa pengertian tersebut,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar yang
dilakukan oleh orang yang lebih dewasa (sebagai pendidik) dalam upaya
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia atau “fitrah“, agar
dapat berkembang secara maksimal, sesuai dengan tujuan pendidikan.
2. Pengertian Pranatal
Istilah “Pranatal“ dalam Kamus Bahasa Indonesia mempunyai arti
”pra-lahir” atau ”sebelum lahir”.[5]
Istilah tersebut digunakan sebagai sebutan bagi anak yang masih berada dalam
kandungan. Jadi dengan kata lain pranatal adalah masa anak dalam kandungan
sampai lahir.
Dengan demikian, yang dimaksud pendidikan anak dalam kandungan atau
pendidikan pranatal adalah pendidikan yang diberikan kepada anak sebelum lahir
atau sejak dalam kandungan sampai anak tersebut lahir. Jadi apapun yang
dilakukan oleh orang tua, itulah pendidikan yang diberikan pada anak dalam
kandungan (pranatal).
Jika pengertian pendidikan pranatal itu dikaitkan dengan pengertian
pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka pendidikan anak dalam
kandungan merupakan usaha secara sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih
dewasa (sebagai pendidik) dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
setiap manusia agar dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan
pendidikan, yang dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan ibu (pranatal)
sampai anak tersebut lahir ke dunia.
Pendidikan pranatal bersifat peneladanan atau pembiasaan orang tua. Sikap
dan apapun perbuatan orang tua pada saat anak masih dalam kandungan ataupun
sudah lahir sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Jadi orang tua
harus selalu menjaga sikap dan tingkah lakunya agar tetap sesuai dengan ajaran
agama sebagai upaya pendidikan anak dalam kandungan (pendidikan pranatal).
B. Proses
Perkembangan Pranatal
Semua kejadian yang ada di dunia ini, bukanlah sesuatu yang ada dengan
sendirinya, melainkan keberadaanya melalui beberapa rangkaian yang selanjutnya
menjadi suatu kejadian. Begitu juga dengan keberadaan manusia. Allah tidak
menjadikan manusia dalam bentuk yang langsung sempurna, seperti apa yang bisa
kita lihat. Tetapi manusia diciptakan melalui sebuah “proses” atau
tahapan-tahapan tertentu. Proses tersebut akan selalu berubah ke arah yang
lebih maju, atau dengan kata lain ke arah yang lebih sempurna yang disebut
sebagai perkembangan.[6]
Perkembangan setiap individu dimulai pada saat pembuahan yang terjadi
apabila sperma laki-laki menembus dinding ovum atau sel telur wanita.[7]
Jika sebuah sperma telah menyentuh sel telur, maka sperma itu langsung meresap
pada selaput sel telur dan memasuki cairan sel telur tersebut. Pada saat itu
terjadi keajaiban alam, karena setelah satu dari 250.000.000 sel sperma yang
mencoba menembus sel telur yang hanya satu telah berhasil, maka sel telur
tersebut tidak dapat lagi ditembus oleh sperma yang lainnya.[8]
Jadi dari jutaan sel sperma yang dipancarkan pada saat melakukan hubungan
seks, hanya ada satu yang dapat menembus dinding ovum, itu berarti bahwa
seorang anak yang lahir adalah seorang
pemenang, karena sel yang menembus dinding ovum tersebut setelah mengalami
proses yang panjang, akan membentuk janin yang nantinya akan menjadi mahluk
hidup (bayi).
Sebelum pembuahan terjadi ada sejumlah persiapan yang
dilakukan oleh sel benih laki-laki dan wanita yang melibatkan baik kromosom
maupun sitoplasma.[9]
Adapun tujuan dari persiapan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Mengurangi jumlah kromosom menjadi setengah jumlah
normal sel somatik, yaitu dari 46 menjadi 23, hal ini terjadi melalui miosis
atau pembelahan pematangan yang sangat diperlukan. Karena jika tidak demikian
maka penyatuan dari sel benih pria dan wanita akan menghasilkan suatu individu
dengan sejumlah kromosom sebanyak dua kali lipat dari sel induknya.[10]
2.
Mengubah bentuk sel-sel benih sebagai persiapan untuk
pembuahan. Sel benih pria, mula-mula besar dan bulat, praktis kehilangan semua
sitoplasma dan membentuk kepala, leher dan ekor. Sel benih wanita sebaliknya
berangsur-angsur menjadi besar sebagai akibat suatu tambahan dari jumlah
sitoplasma.[11]
Jadi bisa dikatakan bahwa persiapan yang dilakukan oleh masing-masing sel
benih, bertujuan agar pembuahan bisa berlangsung dengan sempurna dan bisa
menghasilkan individu baru yang mempunyai sel somatik normal yaitu 23 pasang atau
jumlah kromosom yang diploid (diploos: rangkap dua). Salah satu kromosom
berasal dari ibunya dan yang lain berasal dari ayahnya.
Setelah terjadi pembuahan, kepala sperma berusaha masuk ke dalam ovum melalui permukaan
luarnya. Jika ada sebuah sperma berhasil masuk, membran ovum berubah sehingga
tidak bisa dimasuki sperma yang lain.[12]
Kemudian terbentuklah sel baru yang disebut zigot. 23 kromosom dari nukleus sperma ayah dan 23
kromosom dari ovum ibu bergabung membentuk satu sel bernukleus tunggal yang
mengandung 46 kromosom.
Beberapa jam setelah pembuahan, zigot mengalami pembelahan atau mitosis
menjadi dua sel baru yang serupa kemudian masing-masing sel membelah menjadi
dua lagi dan seterusnya. Setiap sel mengandung tiruan kromosom yang persis sama
dengan sel-sel sebelumnya. Sekumpulan sel membutuhkan waktu kira-kira empat hari
untuk turun ke dalam rahim melalui oviduct.[13]
Jika segala sesuatu berjalan lancar, maka telur yang telah dibuahi akan
tiba dirongga rahim dalam waktu kurang lebih tiga puluh enam jam, dan di tempat
tersebut selaput lendir (endometrium) sudah bertambah tebal yang
merupakan hasil kerja dari hormon ovarium, sehingga saluran lendir yang telah
menebal itu telah siap untuk ditempati.[14]
Pada hari-hari pertama perkembangannya, sel telur ini tergantung pada
sari makanan yang diserap dari selaput lendir. Setelah beberapa minggu sebuah
organ terbentuk dengan tujuan untuk menyerap sari makanan dan mengekskresikan
produk-produk yang tak berguna ke aliran darah sang ibu. Inilah yang disebut
plasenta atau ari-ari, yang melekat pada permukaan dinding uterus dan
berhubungan dengan janin melalui tali pusat.[15]
Tali ini menghubungkan janin dengan plasentanya. Organ-organ ini sama sekali
tidak menghubungkan dengan aliran darah
sang ibu, jadi darah sang ibu dan sang janin tidak pernah bercampur menjadi
satu. Zat-zat tersebut hanya berkisar bolak balik pada plasentanya yang
terletak antara aliran darah sang ibu dan janinnya melalui proses difusi yang
sederhana.
Di sekitar plasenta terdapat selaput yang menyebar dan melekat pada
permukaan dinding uterus yang sebelah dalam yang disebut selaput janin.[16]
Selaput ini menyerupai sebuah kantong tipis yang hampir-hampir transparan
seperti balon, dan berisi cairan amniotik, yaitu cairan yang menyelubungi
janin. Cairan ini sejernih air dan pada bulan-bulan terakhir masa kehamilan
volumenya mencapai lebih dari setengah liter. Cairan ini juga menciptakan
medium agar janin dapat tumbuh dan berkembang sebagimana mestinya, juga untuk
melindungi sang janin dari benturan-benturan yang mungkin saja terjadi.
Perkembangan janin merupakan suatu proses yang
rumit. Misalnya pada saat terbentuknya
sistem-sistem utama secara keseluruhan yaitu yang berhubungan dengan jantung,
pernafasan, pencernaan dan saluran kemih. Setelah bentuk-bentuk dasar anatomi
terbentuk, sang janin masih memerlukan waktu enam bulan lagi sebelum tiba saatnya
untuk dilahirkan. Sepanjang waktu itu
sang janin berbaring melekuk menyerupai sebuah bola yang kompak, dikelilingi
oleh kegelapan, kehangatan dan air yang melingkupinya.
Makin lama janin terinkubasi dalam uterus, makin besar janin itu dan
makin kuat daya tahannya. Pada akhir
bulan kelima, berat sang janin kurang lebih setengah kilogram, pada akhir bulan
keenam, kira-kira 1,25 Kg, pada bulan
ketujuh 2 kg, kedelapan 2,75 kg dan pada bulan kesembilan bisa mencapai 3,5 kg.
Elizabeth B. Hurlock, membagi fase
perkembangan manusia menjadi tiga periode/fase, yaitu periode zigote, periode
embrio dan periode fetus.[17]
1.
Periode Zygote
Berlangsung dari pembuahan sampai implantasi pada dinding rahim
sekitar 10 hari sesudah pembuahan. Jika sperma memasuki ovum maka sebuah proses
dimulai yang menghasilkan peleburan inti sperma dengan inti ovum yang telah
dibuahi yang disebut zygot yang mengandung 23 pasang kromosom.[18]
Kemudian ovum yang telah dibuahi mulai membagi diri (melakukan pembelahan),
dari saluran telur tempat ia dibuahi menuju ke uterus dan akan ditanam
(menempel) di dinding uterus (implantasi).[19]
2.
Periode Embrio
Periode ini ditandai dengan perkembangan yang cepat sekali dari susunan
syaraf. Dalam periode ini kepala lebih besar dibanding dengan bagian badan yang
lain. Ini menunjukkan 8 minggu yang pertama merupakan suatu periode yang
sensitif untuk integritas susunan syaraf. Gangguan mekanis dan kimiawi pada
saat ini dapat menyebabkan kerusakan permanen dari susunan syaraf dibanding
jika susunan tersebut terjadi pada waktu selanjutnya.[20]
3.
Periode Janin/Fetus
Periode ini berlangsung dari akhir
bulan kedua sampai lahir. Pertumbuhan mengikuti hukum arah perkembangan yaitu
dari bentuk yang belum sempurna ke bentuk yang lebih sempurna. Kegiatan janin
sudah dimulai antara bulan kedua dan ketiga, misalnya menyepak, menggeliat dan
memutar-mutar.[21]
Organ intern hampir mendekati posisi orang dewasa. Ciri ekstern dan intern
terus berkembang dari bulan ke bulan, sampai bentuk janin benar-benar sempurna
dan selanjutnya, tinggal menunggu
kelahiran janin.
Untuk lebih jelasnya, Paul Henry Mussen, dkk, dalam buku Perkembangan dan
Kepribadian Anak, terjemahan Dr. Med Methasari Tjandrasa, menguraikan
tahap-tahap perkembangan pranatal sebagai berikut :
Tahap-tahap dalam perkembangan
pranatal
Minggu ke- 1
Ovum yang telah dibuahi akan
turun melalui tuba fallopi menuju ke
uterus .
Minggu ke- 2 Embrio
melekatkan dirinya pada dinding uterus dan berkembang dengan cepat.
Minggu ke-3 Embrio mulai berbentuk, bagian kepala dan
ekor dapat dibedakan dan jantung sederhana mulai berdenyut.
Minggu ke-4
Permulaan pembentukan daerah
mulut, saluran pencernaan dan hati. Jantung mulai berkembang dengan pesat serta
daerah kepala dan otak mulai dapat dibedakan.
Minggu ke-6 Tangan dan kaki mulai terbentuk, namun
lengan masih terlalu pendek dan tumpul untuk saling bertemu, hati mulai
membentuk sel darah merah.
Minggu ke- 8 Panjang
embrio sekitar 1 inci. Wajah, mulut, mata dan telinga mulai mempunyai bentuk
yang jelas. Pertumbuhan otot dan tulang dimulai.
Minggu ke- 12 Panjang
janin sekitar 3 inci. Ia mulai membentuk seorang manusia, walaupun perbandingan
kepala terlalu besar. Wajah mempunyai profil seperti bayi. Kelopak mata dan
kuku mulai terbentuk, dan jenis kelamin dapat dibedakan dengan mudah. Susunan
saraf masih sangat sederhana.
Minggu ke-16 Panjang
janin sekitar 4,5 inci. Gerakan yang dilakukan janin sudah mulai dirasakan oleh
ibu. Kepala dan organ-organ dalam tubuh berkembang dengan pesat. Perbandingan
bagian-bagian tubuh mulai menyerupai
bayi.
5
Bulan Kehamilan hampir sempurna. Panjang janin
sekitar 6 inci dan mampu mendengar serta bergerak lebih bebas. Tangan dan kaki
sudah lengkap.
6
Bulan Panjang janin sekitar 10 inci. Mata sudah
terbentuk dengan lengkap dan bintik-bintik pengecap timbul pada lidah. Janin
mampu bernafas dan menangis lemah, seandainya kelahiran berlangsung prematur.
7
Bulan Usia kehamilan yang penting. Janin mencapai
tahap“ mampu hidup“, (bila lahir prematur). Secara fisiologis janin mampu
membedakan macam-macam rasa dan bau. Rasa sakit relatif belum ada. Kemampuan
bernafas dangkal dan tak teratur. kemampuan menghisap dan menelan masih lemah.
7 Bulan sampai masa kelahiran
Janin
lebih siap untuk hidup secara mandiri di luar rahim. Tegangan otot bertambah,
gerakan menjadi lebih sering dan pernafasan menjadi jelas, kunyahan, hisapan,
dan tangisan lapar menjadi lebih kuat.[22]
Setelah minggu ke 38 (9 bulan). Bayi siap lahir biasanya ia berputar sehingga
posisi kepalanya turun kearah pelvis. Pada awal proses kelahiran atau
partus (labour) si ibu biasanya mengalami kontraksi otot yang kuat dan
lentur. Ujung bawah uterus (cervix), perlahan-lahan membuka, makin lama
makin lebar. Setelah 12 jam (lamanya bisa berubah-ubah), diameter cervix
kira-kira mencapai 10 cm. Tahap kedua berlangsung kira-kira satu jam kontraksi
yang semakin kuat mendorong bayi turun melalui cervix, lalu ke vagina
dan akhirnya keluar dari tubuh itu yang dimulai dengan pecahnya membran di
sekitar bayi, kemudian keluar Cairan atau amnion atau air tuban, terjadilah
proses kelahiran yang mengakhiri masa kehamilan.[23]
C. Proses Pendidikan Pranatal
1. Persiapan
Pendidikan Pranatal
Secara kodrati setiap orang tua sejak zaman dahulu (Adam AS), hingga
sekarang dan yang akan datang, berkeinginan untuk mendidik dan mengajar
anaknya, namun bagi orang yang beriman hal itu bukan hanya sekedar menuruti
dorongan kodratnya semata, tetapi lebih dari itu adalah dalam rangka
melaksanakan perintah wajib yang telah digariskan oleh Allah SWT. Dengan
demikian beban yang diberikan kepada orang tua agar bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak-anaknya memang tumbuh dari naluri orang tua (faktor pembawaan).[24]
Bila kita setuju dengan adanya pandangan yang
mengungkapkan bahwa dalam diri manusia itu terdapat kemampuan dasar atau fitrah
“prepoten retlexes” baik rohaniah maupun jasmaniah, yang tidak dapat
berkembang dengan baik tanpa bimbingan dari pendidik, maka berarti manusia
memerlukan pendidikan dalam arti yang luas.[25]
Kebutuhan terhadap pendidikan tersebut bukan hanya sekedar untuk
mengembangkan aspek-aspek individualisasi dan sosialisasi, melainkan juga
mengarahkan perkembangan kemampuan dasar tersebut kepada pola hidup yang
dihajatkan manusia dalam bidang duniawiah, dalam bidang fisik/materiil dan
mental/spiritual yang harmonis. Oleh karena itu di dalam apa yang disebut
“keharusan pendidikan” sebenarnya mengandung aspek-aspek, yaitu:
1.
Aspek Pedagogis
Dalam hal ini, manusia dipandang sebagai mahluk yang disebut “homo
educandum”, yaitu makhluk yang dapat dididik. Dalam istilah lain, manusia
dikategorikan sebagai”animal educable” yaitu sebangsa binatang
yang dapat dididik, sedangkan binatang selain manusia hanya dapat dilakukan. “Dressur”
(dilatih sehingga dapat mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, tidak
berubah).[26]
Setelah dipastikan oleh Nabi Muhammad SAW dan diperkuat oleh Rousseu
bahwa jiwa manusia yang baru lahir itu suci bersih, maka zoolog dan antropolog.
A. Portman, seperti yang dikutip oleh M. Said, mengemukakan teorinya tentang
kelahiran manusia yang terlalu dini, yang menjadi dasar bagi asumsi pertama
dalam dunia ilmu pendidikan. Menurut A. Portman:
Manusia seharusnya berada di dalam kandungan ibunya selama satu bulan
untuk dapat mencapai tingkat perkembangan yang lebih sempurna.[27] Jadi keadaan masih belum “fixed”, artinya
masih terbuka bagi perkembangan selanjutnya. Malahan A. Portman juga
mengungkapkan bahwa :
“Manusia dalam tahun pertama melengkapi perkembangannya dengan syarat
hidup secara manusia normal yaitu bediri tegak, berbahasa dan berperilaku yang
dikemudikan oleh akalnya”.[28]
Keadaan yang lemah, tidak berdaya, belum siap inilah yang menyebabkan
anak manusia dapat dididik dan perlu dididik atau “homo educandum et educable”.[29] Inilah yang menjadi asumsi pertama dalam
pendidikan. Karena kelahirannya yang sangat dini naluri manusia tidak dapat
berkembang sepenuhnya. Oleh karena itu perlu adanya pendidik yang dapat
mengarahkan naluri manusia agar dapat berkembang sepenuhnya.
Asumsi kedua yang diterima dalam ilmu pendidikan ialah tentang
perkembangan anak manusia semenjak lahir yang tidak terus menerus seperti air
mengalir, tapi berfase-fase seperti tetesan air hujan yang bertautan dengan
tiap tetesan merupakan satu kesatuan.[30] Suatu fase mengambil bentuk yang
sebenar-benarnya yang tidak dapat dijabarkan dari fase yang mendahuluinya dan
tahap yang berikutnya karena satu sama lain berbeda sekali.
Jadi menurut aspek pedagogis, pendidikan berfungsi untuk memanusiawikan
manusia, yang dengan tanpa pendidikan sama sekali, manusia tidak dapat menjadi
manusia yang sebenarnya.
2.
Aspek psychologis
Aspek ini memandang manusia sebagai makhluk yang disebut “psycho
physiek netral”, yaitu makhluk yang memiliki kemandirian jasmaniah dan rohaniah.[31] Dalam
pertumbuhan dan perkembangannya manusia memerlukan pendidikan. Kerena dengan
pendidikan, maka petumbuhan dan perkembangan tersebut mendapatkan kemungkinan
untuk mencapai titik maksimum kemampuannya. Bila pendidikan yang diperoleh
baik, maka pertumbuhan dan perkembangannya dapat menjadi bimbingan bagi proses
pendidikan manusia sebagai individu yang harus hidup dalam masyarakat.
3.
Aspek Sosiologis dan Culturil
Aspek inilah yang memandang manusia bukan hanya “psycho
physiek netral”, akan tetapi juga “homo socius”. Yaitu makhluk yang
berwatak dan berkelakuan dasar atau memiliki instink untuk hidup bermasyarakat.[32]
Sebagai makhluk sosial, manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial yang
diperlukan dalam mengembangkan inter relasi (hubungan timbal balik) dan inter
aksi (saling pengaruh mempengaruhi) antara sesama anggota masyarakat dalam
kesatuan hidup masyarakat beradab.
Bila manusia sebagai makhluk sosial yang bertanggung
jawab sosial itu berkembang, maka berarti pula manusia itu sendiri adalah
makhluk yang berkebudayaan baik materiil maupun moril. Sebagai salah satu
instink manusia adalah kecenderungan untuk mempertahankan segala apa yang
dimiliki termasuk kebudayaannya. Oleh kerena itu, maka manusia perlu melakukan
transformasi dan transmisi kebudayaannya kepada generasi yang mengganti
dikemudian hari. Dalam aspek culturil ini, maka pendidikan diperlukan untuk
transformasi dan transmisi (pemindahan dan penyaluran serta pengoperan)
kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda.[33] Tanpa melalui proses pendidikan maka hal
tersebut tidak terlaksana, jadi antara tanggung jawab sosial dengan
transformasi dan transmisi culturil tersebut terdapat hubungan kausal.
4.
Aspek Filosofis
Menurut pandangan filsafat, manusia adalah makhluk yang disebut “homo
sapien” yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan.[34]
Salah satu instink manusia adalah ingin mengetahui hal-hal yang belum diketahui
yang disebut instink neugirig atau ciuriosity. Dengan instink ini
maka manusia selalu cenderung untuk memperoleh pengetahuan tentang segala
sesuatu di sekelilingnya.
Kemampuan instink tersebut yang memberikan kemungkinan manusia untuk
dapat dididik dan diajar. Sehingga dapat menangkap segala sesuatu yang diajarkan. Pengertian
yang telah dipahami itu kemudian menjadi suatu rangkaian pengertian yang
terbentuk menjadi ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dengan kata lain, melalui
proses belajar dan diajar, manusia pada akhirnya menjadi makhluk yang berilmu
pengetahuan.
5.
Aspek Religius
Yaitu aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang
disebut “homo divinans” (makhluk berketuhanan) atau disebut “homo
religius” (makhluk beragama).[35]
Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk berketuhanan
atau beragama itu adalah karena di dalam jiwa manusia terdapat suatu “instink
religious” atau “natural liter religiosa”, yang perkembanganya
bergantung pada usaha pendidikan sebagaimana halnya dengan instink-instink
lainya. Oleh sebab itu, tanpa proses pendidikan instink tersebut tidak akan
berkembang sewajarnya dan maksimal. Sehingga pandidikan keagamaan mutlak
diperlukan untuk mengembangkan instink tersebut.
Kelima aspek tersebut yang menjadi alasan perlunya pendidikan dalam
kehidupan manusia. Karena manusia adalah makhluk yang berkembang, maka untuk
bisa mencapai perkembangan yang maksimal pendidikan merupakan faktor yang
sangat menentukan.
Pendidikan sebaiknya diberikan sedini mungkin dengan persiapan yang
matang. Semakin dini pendidikan itu diberikan, maka diharapkan hasilnya juga
semakin baik.
Menurut pendapat Prof. Drs. Brodjonegoro, persiapan pendidikan dimulai
pada saat pemilihan jodoh, yaitu dengan mempertimbangkan “bibit, bebet dan
bobot”.[36]
1.
Bibit
Bibit atau lebih kita kenal dengan
sebutan keturunan, sangat penting sekali dijadikan sebagai pertimbangan dalam
memilih pendamping hidup. Jadi dalam memilih pendamping hidup diutamakan
berasal dari keturunan yang baik-baik, karena jika tidak, dikhawatirkan akan
mempengaruhi keturunannya.
2.
Bebet
Selain mempertimbangkan bibit, pribadi dari calon pendamping atau dalam
ungkapan jawa dikenal sebagi “bebet” juga tidak kalah pentingnya karena
menyangkut orangnya secara langsung. Untuk itu perlu juga bagi orang yang akan
memilih pendamping hidup mempertimbangkan kepribadian dari calon pendampingnya,
bagaimana sikap dan tampangnya, bagaimana wataknya, sehatkah, pantaskah,
haluskah, tegaskah, keras dan lain-lain.
3.
Bobot
Yang menjadi pertimbangan lain bagi seseorang ketika
memilih calon pendamping adalah “bobot”, apakah calon pendampingnya anak orang
berada atau cukupan atau kurang. Apakah calon pendampingnya dapat mencari
nafkah untuk hidup berkeluarga kelak. Jadi dalam hal “bobot” atau harta
kekayaan ataupun kemampuan dalam mencari nafkahpun dijadikan pertimbangan pula,
dengan harapan agar keturunanya kelak bisa tercukupi kebutuhannya.
Ketiga istilah yang dijadikan pertimbangan dalam memilih pendamping
hidup, sampai saat ini masih banyak dilakukan/dipraktekan orang. Hal itu tidak
dipandang sebagai sesuatu yang salah. Karena seperti apa yang diungkapkan oleh
prof. Brodjonegoro, ketiga hal tersebut merupakan langkah yang paling awal atau
persiapan bagi pendidikan anak dengan
harapan agar keturunanya nanti menjadi anak yang baik, baik fisik maupun non
fisik, serta tercukupi kebutuhannya.
Di samping itu, bayi yang baru lahir adalah produk/hasil dari dua
keluarga.[37]
Sejak saat pembuahan dan seterusnya, kehidupan baru itu akan tetap berlangsung
dan dipengaruhi oleh banyak stimuli dari lingkungan yng berbeda. Setiap stimuli
(rangsang-rangsang) ini secara terpisah dan berbarengan dengan stimuli yang
lain akan membantu dalam membentuk potensi-potensi perkembangan dan tingkah
laku anak yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Hal tersebut yang
menjadikan pentingnya mempertimbangkan berbagai hal dalam memilih jodoh agar
keturunan yang dihasilkan benar-benar merupakan produk yang unggul.
2.
Pelaksanaan Pendidikan Pranatal
Secara riil pendidikan dilakukan setelah anak dilahirkan. Seperti halnya
pendapat Langeveld yang mengatakan bahwa pendidikan anak baru bisa dimulai
setelah anak berumur 3 tahun. Sementara Kihajar dewantara berpendapat bahwa
pendidikan dimulai dari lahir sampai mati, atau istilah yang biasa digunakan
adalah “life long education”.
Pendidikan seumur hidup. [38]
Di samping itu masih ada pendapat-pendapat lain dari tokoh pendidikan,
misalnya, Prof. Dr. H. Baihaqi, dalam bukunya mengungkapkan bahwa pendidikan
anak secara aktif dimulai sejak diketahui bahwa anak sudah ada dalam kandungan
istri.[39]
Sedangkan menurut Prof. Dr. Brodjonegoro, pendidikan dapat dimulai lebih
awal lagi yaitu pada saat pemilihan jodoh dengan mempertimbangkan adanya unsur
“bibit, bebet dan bobot”.[40]
Pendapat lain diungkapkan oleh F. Rene Van De Carr, dalam bidang perkembangan
pra lahir menunjukan bahwa selama berada dalam rahim, bayi dapat belajar,
merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang.[41]
Dalam buku Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis terdapat istilah “praenatale
opvoeding” yang artinya pendidikan sebelum lahir.[42]
Jadi semasa anak dalam kandungan sudah dapat dididik. Pendapat semacam itu
sebenarnya sudah dimiliki oleh orang-orang jaman dahulu. Banyak
pantangan-pantangan yang harus dijalani sewaktu ibu sedang mengandung. Misalnya sewaktu orang
sedang mengandung dilarang membuat tali
(sampul), membenci orang lain dan sebagainya. Adapun maksudnya supaya anak yang
dikandung nanti tidak ada kesulitan-kesulitan pada waktu melahirkan dan
perasaan benci kepada orang lain dapat menyebabkan anak yang dikandungnya nanti
mempunyai watak yang suka marah.
Dari beberapa pendapat tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
pendidikan bisa dimulai jauh sebelum terjadinya kelahiran, yaitu sejak
pemilihan jodoh. Namun pendidikan tersebut hanya bersifat peneladanan ataupun
pembiasaan yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekeliling anak
tersebut. Dalam hal ini orang tua yang memegang peran penting, terutama ibu yang langsung berhubungan dengan anak
pranatal.
Prof. Dr. Sutari Imam Barnadib, membagi pendidikan pranatal menjadi dua
macam, yaitu pendidikan fisik dan pendidikan non fisik.[43]
1.
Pendidikan Fisik
Yang dimaksud dengan pendidikan
fisik ialah pemeliharaan kesehatan ibu yang sedang mengandung agar anak yang
dikandung juga sehat. Untuk menjaga hal tersebut, maka kesehatan ibu harus
benar-benar dijaga dengan cara memeriksa
kandungan secara rutin ke dokter, mengkonsumsi makanan yang bergizi,
memperhatikan kebersihan pakaian dan lingkungan.
2.
Pendidikan Psikis
Pendidikan psikis yang dimaksud disini, pada waktu seorang ibu sedang
mengandung jangan memikirkan persoalan yang berat-berat dan ruwet-ruwet.
Sebaiknya selalu memikirkan hal-hal yang menyenangkan saja. Jangan membenci dan
memfitnah orang lain, memperbanyak istirahat dan rileks di dalam hidup
sehari-hari. Jadi kondisi fisik ibu harus
selalu dijaga agar tetap stabil.
Kondisi fisik dan psikis ibu yang sedang mengandung harus tetap dijaga
karena keduanya sangat berpengaruh sekali terhadap bayi yang dikandungnya.
Seorang ibu yang sering sakit, maka bayi yang dikandungpun akan ikut sakit.
Demikian pula dengan kondisi psikis ibu yang tidak stabil, akan mempengaruhi
watak anaknya.
Jadi tidak hanya pendidikan fisik saja yang diberikan pada anak pranatal.
Akan tetapi pendidikan psikis juga tidak kalah pentingnya. Semakin sehat
kondisi jasmani seseorang maka semakin sehat juga jiwa dari orang tersebut.
D.
Materi Pendidikan Pranatal
Mendidik anak pranatal berbeda
dengan mendidik anak yang sudah lahir. Anak sebagai obyek pendidikan, jika ia sudah
dilahirkan, nyata keberadaanya. Meskipun demikian, mendidik anak pranatal
bukanlah sesuatu yang sulit dilakukan dan memakan waktu yang banyak. Justru
sebaliknya, hal itu sangat mudah dilakukan
dan sangat sedikit waktu yang diperlukan dalam melaksanakan proses
pendidikan.
F. Rene Van De Carr, dalam Bukunya Cara Baru Mendidik Anak Sejak dalam
Kandungan, mengungkapakan ada delapan prinsip dasar yang membentuk pondasi
filosofis dan prosedur pendidikan pra lahir.[44]
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Prinsip kerja sama
Permainan-permainan belajar dan latihan-latihan stimulasi membantu orang
tua dan anggota keluarga lain belajar bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan
bayi sebelum ia dilahirkan sehingga mereka akan mengetahui bagaimana bekerja
sama setelah bayi lahir.
2.
Prinsip ikatan cinta pralahir
Latihan-latihan pendidikan pra lahir membantu seseorang untuk menerima
bayinya. Dahulu para psikolog berpendapat bahwa ikatan tidak akan terjalin sebelum
bayi dilahirkan.[45]
Akan tetapi, dengan memainkan permainan-permainan belajar dan melakukan
latihan-latihan, seseorang dapat mengungkapkan dan mengembangkan ikatan cinta
sebelum lahir.
3.
Prinsip stimulasi pra lahir
Seorang bayi belajar dari stimulasi. Sudah jelas bagi orang tua baru
bahwa stimulasi indra peraba seperti gelitik, stimulasi indra pendengaran
seperti suara ibu, dan stimulasi indra penglihatan seperti gerakan dan
warna-warna menjadi kesukaan bayi setiap
hari dalam perkembangan kehidupannya. Latihan-latihan pendidikan pra lahir
memberikan stimulasi sistematis bagi otak dan perkembangan syaraf bayi sebelum
dilahirkan. Semakin sering latihan dilakukan, dapat membantu otak bayi menjadi
lebih efisien dan menambah kapasitas belajar setelah ia dilahirkan. Masa
pertumbuhan otak bayi terjadi sebelum kelahiran sampai ia berusia kurang lebih
2 tahun.[46]
4.
Prinsip kesadaran pra lahir
Latihan-latihan pendidikan pra lahir memiliki potensi
mengajarkan bayi untuk menyadari bahwa tindakannya mempunyai efek. Dalam
permainan bayi menendang, misalnya ketika
ia menendang perut ibu disatu tempat, tangan ibu menekan ditempat yang
sama. Kenyataan bahwa bentuk stimulasi lingkungan yang diajarkan sebelum kelahiran
mempunyai potensi besar dalam mempercepat bayi belajar tentang sebab akibat
setelah ia dilahirkan.
5.
Prinsip kecerdasan
Program pendidikan pra lahir mencakup latihan-latihan untuk menarik minat
bayi yang sedang berkembang terhadap sensasi dan urutan yang dapat dipahami
sebelum kelahiran. Setelah lahir seorang bayi akan lebih penuh perhatian,
artinya ia telah mulai mengembangkan kecerdasannya.
6.
Prinsip mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik
Dengan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik seperti berbicara dengan
jelas kepada bayi diharapkan bayi pranatal dapat menanggapi dan mengulang
latihan-latihan pendidikan pralahir dengan perasaan senang. Kebiasaan-kebiasaan
ini kemudian dengan mudah diteruskan setelah bayi lahir.
7.
Prinsip melibatkan kakak-kakak sang bayi.
Keikutsertaan anggota keluarga yang lain selain ibu (kakak), dalam
latihan-latihan pendidikan pralahir, akan menjadikan mereka merasa penting dan
tidak diabaikan oleh orang tuanya. Mereka belajar berharap bahwa adik bayi akan
belajar dari mereka. Selain itu mereka belajar menerima keberadaan bayi sebagai
adik bukan sebagai saingan dalam memperebutkan kasih sayang dari orang tua.
8.
Prinsip peran penting ayah dalam masa kehamilan
Hasil penelitian F.Rene Van De Carr, terbukti bahwa hubungan baik antara
ayah dan sang bayi sangat berkaitan dengan perkembangan kemampuan sosial anak.
Karena banyak latihan pendidikan pralahir dapat dilakukan dengan mudah oleh
ayah dan sang bayi akan lebih menanggapi nada dalam suara ayah.[47]
Kedelapan prinsip tersebut yang menjadikan seseorang merasa perlu bahkan
harus melakukan latihan-latihan sebagai upaya pendidikan yang diberikan kepada
anak yang masih berada dalam kandungan.
Selanjutnya F. Rene Van De Carr, juga telah menyusun materi-materi yang
perlu diberikan dalam pendidikan pralahir. Sesuai dengan usia perkembangan anak
dalam kandungan ibunya.
1-5 Minggu Yang
harus dilakukan oleh seorang ibu adalah meningkatkan nutrisi selama kehamilan,
karena pada saat itu otak bayi sedang tumbuh. Jadi ketika usia kehamilan minggu
pertama sampai keenam, seorang ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
bergizi untuk merangsang pertumbuhan otak. Selain itu juga harus menghindari
pekerjaan yang berat karena kondisi janin masih sangat lemah dan belum
terbentuk.[48]
6-16 Minggu Latihan komunikasi pertama dengan bayi. Pada bulan kelima
kehamilan, bayi yang sedang berkembang sudah siap mempelajari komunikasi verbal
(suara) dan sentuhan. Latihan dimulai dengan mengajar bayi menanggapi suara ibu
dan dorongan halus pada perut ibu dalam permainan bayi menendang.[49]
Dalam hal ini, sebaliknya seorang ibu meneruskan panggilannya kepada bayinya
dan konsisten mengunakan nama tersebut selama latihan. F.Rene, menyarankan agar
orang tua menggunakan “mama” dan “papa” sebagai sebutan mereka, karena kata
tersebut lebih mudah dikatakan oleh bayi ketika ia mulai belajar bicara.[50]
Pada waktu berbicara dengan bayi, ibu harus mengeraskan suaranya. Bahkan jika
perlu menggunakan megafon atau alat
yang mirip dengan itu. Sedangkan anggota keluarga yang lain dengan
menempelkan pipinya keperut ibu.[51]
17 Minggu Detak
jantung dan irama gendang. Sejak pembuahan terjadi, bayi dapat merasakan detak
jantung ibunya bahkan sebelum organ pendengaran berkembang, bayi tumbuh dengan
merasakan denyut jantung yang selalu ada.[52]
Detak ini dapat berfungsi sebagai lirik biologis ketika otak dan tubuh mulai
tumbuh dan tersusun. Suatu penelitian awal oleh Dr. Brent Logan, direktur international
society for prenatal learning and bonding, menyarankan bahwa membuat
variasi dalam frekuensi suara detak jantung merangsang hubungan antar neuron
dalam otak bayi pralahir dan menghasilkan kerja intelektual yang lebih baik.[53]
Oleh karena itu bayi perlu diperkenalkan
pada irama-irama diluar tubuh ibu melalui latihan irama gendang pendidikan
pralahir, misalnya walaupun secara fisik bayi belum bisa mendengar, namun dia
bisa merasakan getarannya.[54]
20 Minggu Permainan bayi menendang. Sekitar awal bulan kelima, seorang
ibu akan mulai merasakan tendangan atau gerakan kecil di perut bagian bawah.
Tendangan pada usia kehamilan ini merupakan hal yang normal. Itulah cara bayi
memulai eksplorasi dan belajar sesuatu tentang dunianya. Karena bayi yang
mengambang di dalam rahim, dihubungkan dengan tali plasenta dan kadang-kadang
menyentuh sisi-sisi uterus, satu-satunya cara untuk melakukan kontak dengan
dunia luar adalah dengan menendang. Menendang dapat membantu memperkuat kaki
bayi pralahir. Dalam permainan ini, bayi akan belajar dasar-dasar menanggapi
orang lain. Jika bayi menendang, maka seorang ibu harus menepuk dengan lembut
atau menekan tepat pada bagian perut yang ditendang. Tepukan untuk menanggapi
tendangan, jika dilakukan secara konsisten, maka bayi akan lebih sering
menendang pada saat-saat dan tempat-tempat tertentu. Setelah tiga atau empat
minggu memainkan permainan ini, ibu bisa menepuk perut pada tempat berbeda dan
melihat apakah ia menendang di tempat tersebut.[55]
27 Minggu Menentukan
posisi bayi. Untuk melakukan beberapa permainan belajar lanjutan, seorang ibu
perlu mengetahui posisi bayi dalam rahim.[56]
28 minggu Fase
kedua: Kata-kata utama setelah menemukan posisi bayi maka bisa dilanjutkan
latihan-latihan yang lain. Pada saat usia bayi
dalam kandungan 28 minggu, seorang ibu bisa mempersiapkan daftar
kata-kata untuk diajarkan kepada bayi. Tujuannya adalah mengajar bayi
menghubungkan sensasi tertentu dengan kata-kata tertentu. Ini dilakukan dengan
cara menggunakan kata-kata yang menggambarkan tindakan atau sensasi yang dapat
dialami bayi di dalam rahim. Misalnya saat bayi menendang. Maka ibu menggunakan
kata “tendang”.[57]
29 Minggu Cerita rahim, lagu rahim dan melodi
rahim. Cerita dan lagu rahim merupakan bagian dari program pendidikan pralahir.
Latihan ini dilakukan dengan membaca cerita dan menyanyi untuk bayi pra lahir
sebagai cara alami ibu dan bayi untuk saling mengenal.[58]
31 Minggu Fase
ketiga : Permainan xilofon/musik. Tujuan diberikannya permainan ini
adalah untuk merangsang indra-indra bayi yang mulai berkembang, misalnya
pendengaran, perasaan dan pengenalan cahaya.[59]
Menggunakan xilofon /piano/gitar dapat mengajarkan kepada bayi bahwa
bunyi yang diucapkan dapat digunakan untuk memperkirakan dan menjelaskan
kejadian-kejadian yang akan datang. Bayi juga akan belajar tentang hubungan
waktu antara stimulus (nada yang ditimbulkan oleh xilifon) dan bunyi tujuh huruf pertama dalam abjad.
Membaca untuk bayi sebelum ia dilahirkan
dapat mengajarkan irama kata yang diucapkan. Menyanyi selama masa kehamilan
merupakan metode lain stimulasi pralahir yang dapat meningkatkan kesadaran akan
irama musik yang berbeda dengan irama percakapan.[60]
Otak manusia mempunyai pusat-pusat yang berbeda untuk menerima dan memproses
suara pembicaraan dan irama musik, jadi kedua aktifitas ini memberikan
stimulasi kepada bagian-bagian otak yang berbeda.
33 Minggu sampai menjelang kelahiran, ucapan bayi.
Ucapan
bayi merupakan bagian unik dalam program pendidikan pra lahir. Kata-kata yang
ada dalam ucapan bayi dirancang untuk memudahkan bayi berinteraksi verbal
dengan lingkungannya. Selain itu juga memudahkan bayi mengucapkan emosinya pada
tingkat verbal seperti pada tingkat fisik, yang pada gilirannya akan
meningkatkan rasa percaya diri dalam menyatakan kebutuhan dan perasaannya.
Menjelang kelahiran bisa ditambahkan pelajaran musik, yaitu dengan
memperdengarkan irama musik pada bayi pra lahir.
E.
Tujuan Pendidikan Pranatal
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau
kegiatan selesai.[61]
Dalam tujuan pendidikan, harus berdasarkan pada kenyataan yang terdapat pada
individu.[62]
Meskipun dasar sosial menuntut agar pendidikan mengintegrasikan diri dengan masyarakat tetapi hal ini tidak
berarti bahwa pendidikan boleh
mengabaikan atau mengorbankan sifat-sifat individual. Sifat-sifat tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Tiap individu merupakan pribadi yang unik atau adanya
perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain. misalnya perbedaan bakat,
minat, inteligensi dan lain-lain. Karena sifat ini maka pendidikan harus
mengarah pada usaha yang dapat melayani adanya perbedaan perseorangan tersebut
sehingga tiap individu dapat merealisasikan dirinya sesuai dengan
individualisasinya.
2.
Tiap-tiap individu mempunyai bermacam-macam segi
kejiwaan misalnya, pikiran, perasaan dan kemauan, maka pendidikan harus
berusaha mengembangkan semua segi kepribadian tadi secara harmonis dan integratif.
3.
Di dalam tiap-tiap peringkat perkembangan individu menghadapi tugas perkembangan tertentu, dan
pendidikan harus membantu anak dalam menyelesaikan tugas perkembangannya tadi.
Sifat-sifat tersebut yang membuat tujuan pendidikan pada fase tiap
perkembangan manusia berbeda. Pendidikan yang diberikan pada anak yang masih
dalam kandungan mempunyai tujuan yang berbeda dengan yang diberikan pada anak
yang sudah dilahirkan, remaja dan seterusnya. Tidak hanya dalam hal tujuan
saja, tetapi juga dalam hal materi, bahkan pendidikannya.
Dalam pendidikan pranatal, ibu adalah guru yang utama, dan biasanya
dibantu oleh ayah atau anggota keluarga yang lain. Dengan melibatkan seluruh
anggota keluarga dalam program pendidikan pranatal, akan membuahkan hasil yang
positif, diantaranya:
1.
Terciptanya kebersamaan dan kesan bahwa semua anggota
keluarga, yang terkecil sekalipun dapat membantu pendidikan sang bayi.
2.
Dengan latihan-latihan tersebut, akan membuat setiap
anggota keluarga menjadi guru yang lebih baik. Lebih penting lagi,
latihan-latihan tersebut membuat setiap anggota keluarga mempunyai ikatan
dengan sang bayi yang belum dilahirkan. Hal ini terutama bermanfaat bagi kakak
atau anak tertua yang mungkin merasa tersisih oleh adik baru.[63]
Adapun tujuan pendidikan pra lahir adalah membantu orang tua dan anggota
keluarga memberikan lingkungan lebih baik bagi bayi, memberikan peluang untuk
belajar dini dan mendorong perkembangan hubungan positif antara orang tua dan anak yang dapat
berlangsung selama-lamanya.
Jadi jelaslah bahwa tujuan dari
pendidikan pranatal sesuai dengan fase perkembanganya, adalah untuk memberikan
kesempatan bagi individu belajar lebih
dini, yang diberikan melalui stimulus oleh orang tua dan anggota keluarga yang
lain, untuk mengenalkan lingkungan sekelilingnya, agar setelah kelahirannya
bayi sudah merasa lebih mengenal lingkungan yang ada di sekelilingnya.
[1]
Dr.Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Rosda Karya,
Bandung, 2000, hlm. 28
[2]
Dr.H.M Arifin. M.Ed, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, Bulan
Bintang, Jakarta, 1976, hlm.10
[3]
Prof. H. Zahara Idris., Op. Cit., hlm.9
[4]
Dalam UUSPN No. 2/1989
[5]
Departemen P Dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1993,
hlm. 699
[6]
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Grafindo Persada,
Jakarta 1995, hlm. 178
[7]
Dr. Med. Meitasari Tjandra, Perkembangan dan Kepribadian Anak, Erlangga,
Jakarta 1988, hlm. 45.
[8]
Dr. Robert E. Hall, Petunjuk Medis bagi Wanita Hamil, Judul Asli : Nine
Months A Medical Guide for Prenant Women, Delapratasa, Jakarta, 1995, hlm.
32
[9]
T.W.Sadler, Ph.D., Langman Embriologi Kedokteran (Lagman’s Medical
Embriology), EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta,1988, hlm. 3
[10]
Ibid.
[11]
Ibid.
[12]
dr.Petrus Lukmanto, Keajaiban Kehidupan, alih bahasa oleh Joshua
Simbodo, judul asli, La Maravilla de La Vida, PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Jakarta, 1996, hlm.16
[13]
Ibid.
[14]
Dr. Robert E. Hall, Op. Cit., hlm. 33
[15]
Ibid. hlm. 34
[16]
Ibid. hlm. 35
[17]
Elisabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Erlangga, Jakarta, 1978, hlm.
66
[18]
Prof. Dr. Siti Rahayu Haditono, Op. Cit., hlm. 43
[19]
Dr. Med Methasari Tjandrasa, Op. Cit., hlm. 46
[20]
Ibid., hlm. 49
[21]
Elizabeth Hurlock, Op. Cit., hlm. 66
[22]
dr. Med Meitasari Tjandrasa, Op.Cit,
hlm. 50
[23]
dr. Petrus Lukmanto, Op. Cit., hlm. 26
[24]
Jalaluddin, Mempersembahkan Anak Saleh, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2000, hlm. 3
[25]
Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Op. Cit., hlm. 19
[26]
Ibid.
[27]
Prof. Dr. H. Muhammad Said, Ilmu Pendidikan, Alumni, Bandung, 1989, hlm.
16
[28]
Ibid., hlm. 17
[29]
Ibid.
[30]
Ibid., hlm. 20
[31]
Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Op. Cit., hlm. 20
[32]
Ibid.
[33]
Ibid., hlm. 21
[34]
Ibid.
[35]
Ibid.
[36]
Prof.Dr. Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis,
Dudi Offset, Yogyakarta, 1987, hlm. 27
[37]
L. Crow & A. Crow, Psychologi Pendidikan, Nurcahaya, Yogyakarta,
1989, hlm.41
[38]
Sutari Imam Barnadib, Op. Cit., hlm. 28
[39]
Prof.Dr. H. Baihaqi, A.K., Op. Cit.,
hlm. 29
[40]
Prof. Dr. Sutari Iamam Barnadib, Op. Cit., hlm.27
[41]
F.Rene Van De Carr, Op. Cit., hlm.35
[42]
Prof.Dr. Sutari Imam Barnadib, Op. Cit., hlm. 26
[43]
Ibid.
[44]
F.Rene Van De Carr, Op. Cit., hlm. 50
[45]
Ibid, hlm. 51
[46]
Ibid.
[47]
Ibid, hlm. 52
[48]
Ibid.,hlm. 180
[49]
Ibid., hlm. 91
[50]
Ibid. hlm. 92
[51]
Ibid. hlm. 93
[52]
Ibid. hlm. 96
[53]
Ibid. hlm. 93
[54]
Ibid. hlm. 96
[55]
Ibid. hlm. 103
[56]
Ibid. hlm. 108
[57]
Ibid. hlm. 117
[58]
Ibid. hlm. 132
[59]
Ibid. hlm. 137
[60]
Ibid. hlm. 132
[61]
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996,
hlm.29
[62]
Dr. Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta,
1992, hlm. 43
[63]
F. Rene Van De Carr, Op. Cit., hlm.45
bagus banget tulisannya maksih
ReplyDeletehttps://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/jurnalmuallimuna/article/view/743
https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/jurnalmuallimuna/article/view/743