PROSES PENDIDIKAN PRANATAL

PROSES PENDIDIKAN PRANATAL
 

A.    Pengertian Pendidikan Pranatal

1.    Pengertian Pendidikan
Berbicara tentang pengertian pendidikan kita tidak akan menentukan arti yang sama antara satu dengan lainnya, karena masing-masing tokoh mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam mengartikan pendidikan. Hal itu tergantung pada sisi yang dianggap paling tepat oleh para tokoh pendidikan untuk membentuk dan menentukan sebuah konsep tentang pendidikan.
John Dewey berpendapat: “Etimologically, the word education means just a process of leading or bringing up”. Artinya secara etimologi, kata pendidikan berarti suatu proses untuk memimpin dan membimbing.[1]
Pendidikan menurut  Arifin M.Ed. adalah:” ikhtiar manusia untuk membantu dan mengarahkan fitrah manusia (anak) supaya berkembang sampai kepada titik maksimal yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan”.[2]
Sedangkan Prof. H. Zahara Idris mengartikan pendidikan sebagai berikut :
“Pendidikan adalah serangkaian kegiatan interaksi yang bertujuan antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan mempergunakan media, dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya agar dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin menjadi manusia dewasa”.[3]
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.[4]
 Dari beberapa pengertian tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa (sebagai pendidik) dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia atau “fitrah“, agar dapat berkembang secara maksimal, sesuai dengan tujuan  pendidikan.
2. Pengertian Pranatal
Istilah “Pranatal“ dalam Kamus Bahasa Indonesia mempunyai arti ”pra-lahir” atau ”sebelum lahir”.[5] Istilah tersebut digunakan sebagai sebutan bagi anak yang masih berada dalam kandungan. Jadi dengan kata lain pranatal adalah masa anak dalam kandungan sampai lahir.
Dengan demikian, yang dimaksud pendidikan anak dalam kandungan atau pendidikan pranatal adalah pendidikan yang diberikan kepada anak sebelum lahir atau sejak dalam kandungan sampai anak tersebut lahir. Jadi apapun yang dilakukan oleh orang tua, itulah pendidikan yang diberikan pada anak dalam kandungan (pranatal).


Jika pengertian pendidikan pranatal itu dikaitkan dengan pengertian pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka pendidikan anak dalam kandungan merupakan usaha secara sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa (sebagai pendidik) dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia agar dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan, yang dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan ibu (pranatal) sampai anak tersebut lahir ke dunia.
Pendidikan pranatal bersifat peneladanan atau pembiasaan orang tua. Sikap dan apapun perbuatan orang tua pada saat anak masih dalam kandungan ataupun sudah lahir sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Jadi orang tua harus selalu menjaga sikap dan tingkah lakunya agar tetap sesuai dengan ajaran agama sebagai upaya pendidikan anak dalam kandungan (pendidikan pranatal). 

B.   Proses Perkembangan Pranatal

Semua kejadian yang ada di dunia ini, bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya, melainkan keberadaanya melalui beberapa rangkaian yang selanjutnya menjadi suatu kejadian. Begitu juga dengan keberadaan manusia. Allah tidak menjadikan manusia dalam bentuk yang langsung sempurna, seperti apa yang bisa kita lihat. Tetapi manusia diciptakan melalui sebuah “proses” atau tahapan-tahapan tertentu. Proses tersebut akan selalu berubah ke arah yang lebih maju, atau dengan kata lain ke arah yang lebih sempurna yang disebut sebagai perkembangan.[6]


Perkembangan setiap individu dimulai pada saat pembuahan yang terjadi apabila sperma laki-laki menembus dinding ovum atau sel telur wanita.[7] Jika sebuah sperma telah menyentuh sel telur, maka sperma itu langsung meresap pada selaput sel telur dan memasuki cairan sel telur tersebut. Pada saat itu terjadi keajaiban alam, karena setelah satu dari 250.000.000 sel sperma yang mencoba menembus sel telur yang hanya satu telah berhasil, maka sel telur tersebut tidak dapat lagi ditembus oleh sperma yang lainnya.[8]
Jadi dari jutaan sel sperma yang dipancarkan pada saat melakukan hubungan seks, hanya ada satu yang dapat menembus dinding ovum, itu berarti bahwa seorang anak yang lahir  adalah seorang pemenang, karena sel yang menembus dinding ovum tersebut setelah mengalami proses yang panjang, akan membentuk janin yang nantinya akan menjadi mahluk hidup (bayi).
Sebelum pembuahan terjadi ada sejumlah persiapan yang dilakukan oleh sel benih laki-laki dan wanita yang melibatkan baik kromosom maupun sitoplasma.[9] Adapun tujuan dari persiapan tersebut adalah sebagai berikut:
1.   Mengurangi jumlah kromosom menjadi setengah jumlah normal sel somatik, yaitu dari 46 menjadi 23, hal ini terjadi melalui miosis atau pembelahan pematangan yang sangat diperlukan. Karena jika tidak demikian maka penyatuan dari sel benih pria dan wanita akan menghasilkan suatu individu dengan sejumlah kromosom sebanyak dua kali lipat dari sel induknya.[10]
2.   Mengubah bentuk sel-sel benih sebagai persiapan untuk pembuahan. Sel benih pria, mula-mula besar dan bulat, praktis kehilangan semua sitoplasma dan membentuk kepala, leher dan ekor. Sel benih wanita sebaliknya berangsur-angsur menjadi besar sebagai akibat suatu tambahan dari jumlah sitoplasma.[11]
Jadi bisa dikatakan bahwa persiapan yang dilakukan oleh masing-masing sel benih, bertujuan agar pembuahan bisa berlangsung dengan sempurna dan bisa menghasilkan individu baru yang mempunyai sel somatik normal yaitu 23 pasang atau jumlah kromosom yang diploid (diploos: rangkap dua). Salah satu kromosom berasal dari ibunya dan yang lain berasal dari ayahnya.
Setelah terjadi pembuahan, kepala sperma berusaha  masuk ke dalam ovum melalui permukaan luarnya. Jika ada sebuah sperma berhasil masuk, membran ovum berubah sehingga tidak bisa dimasuki sperma yang lain.[12] Kemudian terbentuklah sel baru yang disebut zigot. 23  kromosom dari nukleus sperma ayah dan 23 kromosom dari ovum ibu bergabung membentuk satu sel bernukleus tunggal yang mengandung 46 kromosom.
Beberapa jam setelah pembuahan, zigot mengalami pembelahan atau mitosis menjadi dua sel baru yang serupa kemudian masing-masing sel membelah menjadi dua lagi dan seterusnya. Setiap sel mengandung tiruan kromosom yang persis sama dengan sel-sel sebelumnya. Sekumpulan sel membutuhkan waktu kira-kira empat hari untuk turun ke dalam rahim melalui oviduct.[13]
Jika segala sesuatu berjalan lancar, maka telur yang telah dibuahi akan tiba dirongga rahim dalam waktu kurang lebih tiga puluh enam jam, dan di tempat tersebut selaput lendir (endometrium) sudah bertambah tebal yang merupakan hasil kerja dari hormon ovarium, sehingga saluran lendir yang telah menebal itu telah siap untuk ditempati.[14]
Pada hari-hari pertama perkembangannya, sel telur ini tergantung pada sari makanan yang diserap dari selaput lendir. Setelah beberapa minggu sebuah organ terbentuk dengan tujuan untuk menyerap sari makanan dan mengekskresikan produk-produk yang tak berguna ke aliran darah sang ibu. Inilah yang disebut plasenta atau ari-ari, yang melekat pada permukaan dinding uterus dan berhubungan dengan janin melalui tali pusat.[15] Tali ini menghubungkan janin dengan plasentanya. Organ-organ ini sama sekali tidak menghubungkan   dengan aliran darah sang ibu, jadi darah sang ibu dan sang janin tidak pernah bercampur menjadi satu. Zat-zat tersebut hanya berkisar bolak balik pada plasentanya yang terletak antara aliran darah sang ibu dan janinnya melalui proses difusi yang sederhana.
Di sekitar plasenta terdapat selaput yang menyebar dan melekat pada permukaan dinding uterus yang sebelah dalam yang disebut selaput janin.[16] Selaput ini menyerupai sebuah kantong tipis yang hampir-hampir transparan seperti balon, dan berisi cairan amniotik, yaitu cairan yang menyelubungi janin. Cairan ini sejernih air dan pada bulan-bulan terakhir masa kehamilan volumenya mencapai lebih dari setengah liter. Cairan ini juga menciptakan medium agar janin dapat tumbuh dan berkembang sebagimana mestinya, juga untuk melindungi sang janin dari benturan-benturan yang mungkin saja terjadi.
Perkembangan janin merupakan suatu proses yang rumit.  Misalnya pada saat terbentuknya sistem-sistem utama secara keseluruhan yaitu yang berhubungan dengan jantung, pernafasan, pencernaan dan saluran kemih. Setelah bentuk-bentuk dasar anatomi terbentuk, sang janin masih memerlukan waktu enam bulan lagi sebelum tiba saatnya untuk dilahirkan.  Sepanjang waktu itu sang janin berbaring melekuk menyerupai sebuah bola yang kompak, dikelilingi oleh kegelapan, kehangatan dan air yang melingkupinya.
Makin lama janin terinkubasi dalam uterus, makin besar janin itu dan makin kuat daya tahannya.  Pada akhir bulan kelima, berat sang janin kurang lebih setengah kilogram, pada akhir bulan keenam, kira-kira     1,25 Kg, pada bulan ketujuh 2 kg, kedelapan 2,75 kg dan pada bulan kesembilan bisa mencapai 3,5 kg.
Elizabeth B.  Hurlock, membagi fase perkembangan manusia menjadi tiga periode/fase, yaitu periode zigote, periode embrio dan periode fetus.[17]
1.    Periode Zygote
Berlangsung dari pembuahan sampai implantasi pada dinding rahim sekitar 10 hari sesudah pembuahan. Jika sperma memasuki ovum maka sebuah proses dimulai yang menghasilkan peleburan inti sperma dengan inti ovum yang telah dibuahi yang disebut zygot yang mengandung 23 pasang kromosom.[18] Kemudian ovum yang telah dibuahi mulai membagi diri (melakukan pembelahan), dari saluran telur tempat ia dibuahi menuju ke uterus dan akan ditanam (menempel) di dinding uterus (implantasi).[19]
2.   Periode Embrio
Periode ini ditandai dengan perkembangan yang cepat sekali dari susunan syaraf. Dalam periode ini kepala lebih besar dibanding dengan bagian badan yang lain. Ini menunjukkan 8 minggu yang pertama merupakan suatu periode yang sensitif untuk integritas susunan syaraf. Gangguan mekanis dan kimiawi pada saat ini dapat menyebabkan kerusakan permanen dari susunan syaraf dibanding jika susunan tersebut terjadi pada waktu selanjutnya.[20]
3.   Periode Janin/Fetus
Periode ini  berlangsung dari akhir bulan kedua sampai lahir. Pertumbuhan mengikuti hukum arah perkembangan yaitu dari bentuk yang belum sempurna ke bentuk yang lebih sempurna. Kegiatan janin sudah dimulai antara bulan kedua dan ketiga, misalnya menyepak, menggeliat dan memutar-mutar.[21] Organ intern hampir mendekati posisi orang dewasa. Ciri ekstern dan intern terus berkembang dari bulan ke bulan, sampai bentuk janin benar-benar sempurna dan selanjutnya, tinggal menunggu  kelahiran janin.
Untuk lebih jelasnya, Paul Henry Mussen, dkk, dalam buku Perkembangan dan Kepribadian Anak, terjemahan Dr. Med Methasari Tjandrasa, menguraikan tahap-tahap perkembangan pranatal sebagai berikut :
Tahap-tahap dalam perkembangan pranatal
Minggu  ke- 1      Ovum yang telah dibuahi akan turun melalui tuba fallopi menuju    ke uterus .
Minggu  ke- 2      Embrio melekatkan dirinya pada dinding uterus dan berkembang dengan cepat.
Minggu  ke-3       Embrio mulai berbentuk, bagian kepala dan ekor dapat dibedakan dan jantung sederhana mulai berdenyut.
Minggu  ke-4       Permulaan pembentukan daerah mulut, saluran pencernaan dan hati. Jantung mulai berkembang dengan pesat serta daerah kepala dan otak mulai dapat dibedakan.
Minggu  ke-6       Tangan dan kaki mulai terbentuk, namun lengan masih terlalu pendek dan tumpul untuk saling bertemu, hati mulai membentuk sel darah merah.
Minggu ke- 8       Panjang embrio sekitar 1 inci. Wajah, mulut, mata dan telinga mulai mempunyai bentuk yang jelas. Pertumbuhan otot dan tulang dimulai.
Minggu ke- 12     Panjang janin sekitar 3 inci. Ia mulai membentuk seorang manusia, walaupun perbandingan kepala terlalu besar. Wajah mempunyai profil seperti bayi. Kelopak mata dan kuku mulai terbentuk, dan jenis kelamin dapat dibedakan dengan mudah. Susunan saraf masih sangat sederhana.
Minggu ke-16      Panjang janin sekitar 4,5 inci. Gerakan yang dilakukan janin sudah mulai dirasakan oleh ibu. Kepala dan organ-organ dalam tubuh berkembang dengan pesat. Perbandingan bagian-bagian tubuh mulai  menyerupai bayi.
5  Bulan                Kehamilan hampir sempurna. Panjang janin sekitar 6 inci dan mampu mendengar serta bergerak lebih bebas. Tangan dan kaki sudah lengkap.
6  Bulan                Panjang janin sekitar 10 inci. Mata sudah terbentuk dengan lengkap dan bintik-bintik pengecap timbul pada lidah. Janin mampu bernafas dan menangis lemah, seandainya kelahiran berlangsung prematur.
7  Bulan                Usia kehamilan yang penting. Janin mencapai tahap“ mampu hidup“, (bila lahir prematur). Secara fisiologis janin mampu membedakan macam-macam rasa dan bau. Rasa sakit relatif belum ada. Kemampuan bernafas dangkal dan tak teratur. kemampuan menghisap dan menelan masih lemah.
7 Bulan sampai masa kelahiran
                               Janin lebih siap untuk hidup secara mandiri di luar rahim. Tegangan otot bertambah, gerakan menjadi lebih sering dan pernafasan menjadi jelas, kunyahan, hisapan, dan tangisan lapar menjadi lebih kuat.[22] Setelah minggu ke 38 (9 bulan). Bayi siap lahir biasanya ia berputar sehingga posisi kepalanya turun kearah pelvis. Pada awal proses kelahiran atau partus (labour) si ibu biasanya mengalami kontraksi otot yang kuat dan lentur. Ujung bawah uterus (cervix), perlahan-lahan membuka, makin lama makin lebar. Setelah 12 jam (lamanya bisa berubah-ubah), diameter cervix kira-kira mencapai 10 cm. Tahap kedua berlangsung kira-kira satu jam kontraksi yang semakin kuat mendorong bayi turun melalui cervix, lalu ke vagina dan akhirnya keluar dari tubuh itu yang dimulai dengan pecahnya membran di sekitar bayi, kemudian keluar Cairan atau amnion atau air tuban, terjadilah proses kelahiran yang mengakhiri masa kehamilan.[23] 

C.   Proses Pendidikan Pranatal

1. Persiapan Pendidikan Pranatal
Secara kodrati setiap orang tua sejak zaman dahulu (Adam AS), hingga sekarang dan yang akan datang, berkeinginan untuk mendidik dan mengajar anaknya, namun bagi orang yang beriman hal itu bukan hanya sekedar menuruti dorongan kodratnya semata, tetapi lebih dari itu adalah dalam rangka melaksanakan perintah wajib yang telah digariskan oleh Allah SWT. Dengan demikian beban yang diberikan kepada orang tua agar bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya memang tumbuh dari naluri orang tua (faktor pembawaan).[24]
Bila kita setuju dengan adanya pandangan yang mengungkapkan bahwa dalam diri manusia itu terdapat kemampuan dasar atau fitrah “prepoten retlexes” baik rohaniah maupun jasmaniah, yang tidak dapat berkembang dengan baik tanpa bimbingan dari pendidik, maka berarti manusia memerlukan pendidikan dalam arti yang luas.[25]
Kebutuhan terhadap pendidikan tersebut bukan hanya sekedar untuk mengembangkan aspek-aspek individualisasi dan sosialisasi, melainkan juga mengarahkan perkembangan kemampuan dasar tersebut kepada pola hidup yang dihajatkan manusia dalam bidang duniawiah, dalam bidang fisik/materiil dan mental/spiritual yang harmonis. Oleh karena itu di dalam apa yang disebut “keharusan pendidikan” sebenarnya mengandung aspek-aspek, yaitu:
1.   Aspek Pedagogis
Dalam hal ini, manusia dipandang sebagai mahluk yang disebut “homo educandum”, yaitu makhluk yang dapat dididik. Dalam istilah lain, manusia dikategorikan sebagai”animal educable” yaitu sebangsa binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang selain manusia hanya dapat dilakukan. “Dressur” (dilatih sehingga dapat mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, tidak berubah).[26]
Setelah dipastikan oleh Nabi Muhammad SAW dan diperkuat oleh Rousseu bahwa jiwa manusia yang baru lahir itu suci bersih, maka zoolog dan antropolog. A. Portman, seperti yang dikutip oleh M. Said, mengemukakan teorinya tentang kelahiran manusia yang terlalu dini, yang menjadi dasar bagi asumsi pertama dalam dunia ilmu pendidikan. Menurut A. Portman:
Manusia seharusnya berada di dalam kandungan ibunya selama satu bulan untuk dapat mencapai tingkat perkembangan yang lebih sempurna.[27]  Jadi keadaan masih belum “fixed”, artinya masih terbuka bagi perkembangan selanjutnya. Malahan A. Portman juga mengungkapkan bahwa :
“Manusia dalam tahun pertama melengkapi perkembangannya dengan syarat hidup secara manusia normal yaitu bediri tegak, berbahasa dan berperilaku yang dikemudikan  oleh akalnya”.[28]
Keadaan yang lemah, tidak berdaya, belum siap inilah yang menyebabkan anak manusia dapat dididik dan perlu dididik atau “homo educandum et  educable”.[29]  Inilah yang menjadi asumsi pertama dalam pendidikan. Karena kelahirannya yang sangat dini naluri manusia tidak dapat berkembang sepenuhnya. Oleh karena itu perlu adanya pendidik yang dapat mengarahkan naluri manusia agar dapat berkembang sepenuhnya.
Asumsi kedua yang diterima dalam ilmu pendidikan ialah tentang perkembangan anak manusia semenjak lahir yang tidak terus menerus seperti air mengalir, tapi berfase-fase seperti tetesan air hujan yang bertautan dengan tiap tetesan merupakan satu kesatuan.[30]  Suatu fase mengambil bentuk yang sebenar-benarnya yang tidak dapat dijabarkan dari fase yang mendahuluinya dan tahap yang berikutnya karena satu sama lain berbeda sekali.
Jadi menurut aspek pedagogis, pendidikan berfungsi untuk memanusiawikan manusia, yang dengan tanpa pendidikan sama sekali, manusia tidak  dapat menjadi  manusia yang sebenarnya.
2.   Aspek psychologis
Aspek ini memandang manusia sebagai makhluk yang disebut “psycho physiek netral”, yaitu makhluk yang memiliki kemandirian jasmaniah dan rohaniah.[31] Dalam pertumbuhan dan perkembangannya manusia memerlukan pendidikan. Kerena dengan pendidikan, maka petumbuhan dan perkembangan tersebut mendapatkan kemungkinan untuk mencapai titik maksimum kemampuannya. Bila pendidikan yang diperoleh baik, maka pertumbuhan dan perkembangannya dapat menjadi bimbingan bagi proses pendidikan manusia sebagai individu yang harus hidup dalam masyarakat.
3.   Aspek Sosiologis dan Culturil
Aspek inilah yang memandang manusia bukan hanya “psycho physiek netral”, akan tetapi juga “homo socius”. Yaitu makhluk yang berwatak dan berkelakuan dasar atau memiliki instink untuk hidup bermasyarakat.[32] Sebagai makhluk sosial, manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial yang diperlukan dalam mengembangkan inter relasi (hubungan timbal balik) dan inter aksi (saling pengaruh mempengaruhi) antara sesama anggota masyarakat dalam kesatuan hidup masyarakat beradab.
Bila manusia sebagai makhluk sosial yang bertanggung jawab sosial itu berkembang, maka berarti pula manusia itu sendiri adalah makhluk yang berkebudayaan baik materiil maupun moril. Sebagai salah satu instink manusia adalah kecenderungan untuk mempertahankan segala apa yang dimiliki termasuk kebudayaannya. Oleh kerena itu, maka manusia perlu melakukan transformasi dan transmisi kebudayaannya kepada generasi yang mengganti dikemudian hari. Dalam aspek culturil ini, maka pendidikan diperlukan untuk transformasi dan transmisi (pemindahan dan penyaluran serta pengoperan) kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda.[33]  Tanpa melalui proses pendidikan maka hal tersebut tidak terlaksana, jadi antara tanggung jawab sosial dengan transformasi dan transmisi culturil tersebut terdapat hubungan kausal.
4.   Aspek Filosofis
Menurut pandangan filsafat, manusia adalah makhluk yang disebut “homo sapien” yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan.[34] Salah satu instink manusia adalah ingin mengetahui hal-hal yang belum diketahui yang disebut instink neugirig atau ciuriosity. Dengan instink ini maka manusia selalu cenderung untuk memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu di sekelilingnya.
Kemampuan instink tersebut yang memberikan kemungkinan manusia untuk dapat dididik dan diajar. Sehingga dapat menangkap  segala sesuatu yang diajarkan. Pengertian yang telah dipahami itu kemudian menjadi suatu rangkaian pengertian yang terbentuk menjadi ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dengan kata lain, melalui proses belajar dan diajar, manusia pada akhirnya menjadi makhluk yang berilmu pengetahuan.
5.   Aspek Religius
Yaitu aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang disebut “homo divinans” (makhluk berketuhanan) atau disebut “homo religius” (makhluk beragama).[35] Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk berketuhanan atau beragama itu adalah karena di dalam jiwa manusia terdapat suatu “instink religious” atau “natural liter religiosa”, yang perkembanganya bergantung pada usaha pendidikan sebagaimana halnya dengan instink-instink lainya. Oleh sebab itu, tanpa proses pendidikan instink tersebut tidak akan berkembang sewajarnya dan maksimal. Sehingga pandidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk mengembangkan instink tersebut.
Kelima aspek tersebut yang menjadi alasan perlunya pendidikan dalam kehidupan manusia. Karena manusia adalah makhluk yang berkembang, maka untuk bisa mencapai perkembangan yang maksimal pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan.
Pendidikan sebaiknya diberikan sedini mungkin dengan persiapan yang matang. Semakin dini pendidikan itu diberikan, maka diharapkan hasilnya juga semakin baik.
Menurut pendapat Prof. Drs. Brodjonegoro, persiapan pendidikan dimulai pada saat pemilihan jodoh, yaitu dengan mempertimbangkan “bibit, bebet dan bobot”.[36]
1.   Bibit
Bibit atau  lebih kita kenal dengan sebutan keturunan, sangat penting sekali dijadikan sebagai pertimbangan dalam memilih pendamping hidup. Jadi dalam memilih pendamping hidup diutamakan berasal dari keturunan yang baik-baik, karena jika tidak, dikhawatirkan akan mempengaruhi keturunannya.
2.   Bebet
Selain mempertimbangkan bibit, pribadi dari calon pendamping atau dalam ungkapan jawa dikenal sebagi “bebet” juga tidak kalah pentingnya karena menyangkut orangnya secara langsung. Untuk itu perlu juga bagi orang yang akan memilih pendamping hidup mempertimbangkan kepribadian dari calon pendampingnya, bagaimana sikap dan tampangnya, bagaimana wataknya, sehatkah, pantaskah, haluskah, tegaskah, keras dan lain-lain.
3.   Bobot
Yang menjadi pertimbangan lain bagi seseorang ketika memilih calon pendamping adalah “bobot”, apakah calon pendampingnya anak orang berada atau cukupan atau kurang. Apakah calon pendampingnya dapat mencari nafkah untuk hidup berkeluarga kelak. Jadi dalam hal “bobot” atau harta kekayaan ataupun kemampuan dalam mencari nafkahpun dijadikan pertimbangan pula, dengan harapan agar keturunanya kelak bisa tercukupi kebutuhannya.
Ketiga istilah yang dijadikan pertimbangan dalam memilih pendamping hidup, sampai saat ini masih banyak dilakukan/dipraktekan orang. Hal itu tidak dipandang sebagai sesuatu yang salah. Karena seperti apa yang diungkapkan oleh prof. Brodjonegoro, ketiga hal tersebut merupakan langkah yang paling awal atau persiapan bagi  pendidikan anak dengan harapan agar keturunanya nanti menjadi anak yang baik, baik fisik maupun non fisik, serta tercukupi kebutuhannya.
Di samping itu, bayi yang baru lahir adalah produk/hasil dari dua keluarga.[37] Sejak saat pembuahan dan seterusnya, kehidupan baru itu akan tetap berlangsung dan dipengaruhi oleh banyak stimuli dari lingkungan yng berbeda. Setiap stimuli (rangsang-rangsang) ini secara terpisah dan berbarengan dengan stimuli yang lain akan membantu dalam membentuk potensi-potensi perkembangan dan tingkah laku anak yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Hal tersebut yang menjadikan pentingnya mempertimbangkan berbagai hal dalam memilih jodoh agar keturunan yang dihasilkan benar-benar merupakan produk yang unggul.  
2.   Pelaksanaan Pendidikan Pranatal
Secara riil pendidikan dilakukan setelah anak dilahirkan. Seperti halnya pendapat Langeveld yang mengatakan bahwa pendidikan anak baru bisa dimulai setelah anak berumur 3 tahun. Sementara Kihajar dewantara berpendapat bahwa pendidikan dimulai dari lahir sampai mati, atau istilah yang biasa digunakan adalah “life  long education”. Pendidikan seumur hidup. [38]
Di samping itu masih ada pendapat-pendapat lain dari tokoh pendidikan, misalnya, Prof. Dr. H. Baihaqi, dalam bukunya mengungkapkan bahwa pendidikan anak secara aktif dimulai sejak diketahui bahwa anak sudah ada dalam kandungan istri.[39]
Sedangkan menurut Prof. Dr. Brodjonegoro, pendidikan dapat dimulai lebih awal lagi yaitu pada saat pemilihan jodoh dengan mempertimbangkan adanya unsur “bibit, bebet dan bobot”.[40] Pendapat lain diungkapkan oleh F. Rene Van De Carr, dalam bidang perkembangan pra lahir menunjukan bahwa selama berada dalam rahim, bayi dapat belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang.[41]
Dalam buku Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis terdapat istilah “praenatale opvoeding” yang artinya pendidikan sebelum lahir.[42] Jadi semasa anak dalam kandungan sudah dapat dididik. Pendapat semacam itu sebenarnya sudah dimiliki oleh orang-orang jaman dahulu. Banyak pantangan-pantangan yang harus dijalani sewaktu ibu  sedang mengandung. Misalnya sewaktu orang sedang  mengandung dilarang membuat tali (sampul), membenci orang lain dan sebagainya. Adapun maksudnya supaya anak yang dikandung nanti tidak ada kesulitan-kesulitan pada waktu melahirkan dan perasaan benci kepada orang lain dapat menyebabkan anak yang dikandungnya nanti mempunyai watak yang suka marah.
Dari beberapa pendapat tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pendidikan bisa dimulai jauh sebelum terjadinya kelahiran, yaitu sejak pemilihan jodoh. Namun pendidikan tersebut hanya bersifat peneladanan ataupun pembiasaan yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekeliling anak tersebut. Dalam hal ini orang tua yang memegang peran penting, terutama  ibu yang langsung berhubungan dengan anak pranatal.
Prof. Dr. Sutari Imam Barnadib, membagi pendidikan pranatal menjadi dua macam, yaitu pendidikan fisik dan pendidikan non fisik.[43]
1.   Pendidikan Fisik
 Yang dimaksud dengan pendidikan fisik ialah pemeliharaan kesehatan ibu yang sedang mengandung agar anak yang dikandung juga sehat. Untuk menjaga hal tersebut, maka kesehatan ibu harus benar-benar dijaga  dengan cara memeriksa kandungan secara rutin ke dokter, mengkonsumsi makanan yang bergizi, memperhatikan kebersihan pakaian dan lingkungan.
2.   Pendidikan Psikis
Pendidikan psikis yang dimaksud disini, pada waktu seorang ibu sedang mengandung jangan memikirkan persoalan yang berat-berat dan ruwet-ruwet. Sebaiknya selalu memikirkan hal-hal yang menyenangkan saja. Jangan membenci dan memfitnah orang lain, memperbanyak istirahat dan rileks di dalam hidup sehari-hari. Jadi kondisi fisik ibu harus  selalu dijaga agar tetap stabil.
Kondisi fisik dan psikis ibu yang sedang mengandung harus tetap dijaga karena keduanya sangat berpengaruh sekali terhadap bayi yang dikandungnya. Seorang ibu yang sering sakit, maka bayi yang dikandungpun akan ikut sakit. Demikian pula dengan kondisi psikis ibu yang tidak stabil, akan mempengaruhi watak anaknya.
Jadi tidak hanya pendidikan fisik saja yang diberikan pada anak pranatal. Akan tetapi pendidikan psikis juga tidak kalah pentingnya. Semakin sehat kondisi jasmani seseorang maka semakin sehat juga jiwa dari orang tersebut.

D.    Materi Pendidikan Pranatal

Mendidik anak  pranatal berbeda dengan mendidik anak yang sudah lahir. Anak sebagai obyek pendidikan, jika ia sudah dilahirkan, nyata keberadaanya. Meskipun demikian, mendidik anak pranatal bukanlah sesuatu yang sulit dilakukan dan memakan waktu yang banyak. Justru sebaliknya, hal itu sangat mudah dilakukan  dan sangat sedikit waktu yang diperlukan dalam melaksanakan proses pendidikan.
F. Rene Van De Carr, dalam Bukunya Cara Baru Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, mengungkapakan ada delapan prinsip dasar yang membentuk pondasi filosofis dan prosedur pendidikan pra lahir.[44] Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.   Prinsip kerja sama
Permainan-permainan belajar dan latihan-latihan stimulasi membantu orang tua dan anggota keluarga lain belajar bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan bayi sebelum ia dilahirkan sehingga mereka akan mengetahui bagaimana bekerja sama setelah bayi lahir.
2.   Prinsip ikatan cinta pralahir
Latihan-latihan pendidikan pra lahir membantu seseorang untuk menerima bayinya. Dahulu para psikolog berpendapat bahwa ikatan tidak akan terjalin sebelum bayi dilahirkan.[45] Akan tetapi, dengan memainkan permainan-permainan belajar dan melakukan latihan-latihan, seseorang dapat mengungkapkan dan mengembangkan ikatan cinta sebelum lahir.
3.   Prinsip stimulasi pra lahir
Seorang bayi belajar dari stimulasi. Sudah jelas bagi orang tua baru bahwa stimulasi indra peraba seperti gelitik, stimulasi indra pendengaran seperti suara ibu, dan stimulasi indra penglihatan seperti gerakan dan warna-warna menjadi kesukaan bayi  setiap hari dalam perkembangan kehidupannya. Latihan-latihan pendidikan pra lahir memberikan stimulasi sistematis bagi otak dan perkembangan syaraf bayi sebelum dilahirkan. Semakin sering latihan dilakukan, dapat membantu otak bayi menjadi lebih efisien dan menambah kapasitas belajar setelah ia dilahirkan. Masa pertumbuhan otak bayi terjadi sebelum kelahiran sampai ia berusia kurang lebih 2 tahun.[46]
4.   Prinsip kesadaran pra lahir
Latihan-latihan pendidikan pra lahir memiliki potensi mengajarkan bayi untuk menyadari bahwa tindakannya mempunyai efek. Dalam permainan bayi menendang, misalnya ketika  ia menendang perut ibu disatu tempat, tangan ibu menekan ditempat yang sama. Kenyataan bahwa bentuk stimulasi lingkungan yang diajarkan sebelum kelahiran mempunyai potensi besar dalam mempercepat bayi belajar tentang sebab akibat setelah ia dilahirkan.
5.   Prinsip kecerdasan
Program pendidikan pra lahir mencakup latihan-latihan untuk menarik minat bayi yang sedang berkembang terhadap sensasi dan urutan yang dapat dipahami sebelum kelahiran. Setelah lahir seorang bayi akan lebih penuh perhatian, artinya ia telah mulai mengembangkan kecerdasannya.
6.   Prinsip mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik
Dengan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik seperti berbicara dengan jelas kepada bayi diharapkan bayi pranatal dapat menanggapi dan mengulang latihan-latihan pendidikan pralahir dengan perasaan senang. Kebiasaan-kebiasaan ini kemudian dengan mudah diteruskan setelah bayi lahir.
7.   Prinsip melibatkan kakak-kakak sang bayi.
Keikutsertaan anggota keluarga yang lain selain ibu (kakak), dalam latihan-latihan pendidikan pralahir, akan menjadikan mereka merasa penting dan tidak diabaikan oleh orang tuanya. Mereka belajar berharap bahwa adik bayi akan belajar dari mereka. Selain itu mereka belajar menerima keberadaan bayi sebagai adik bukan sebagai saingan dalam memperebutkan kasih sayang dari orang tua.
8.   Prinsip peran penting ayah dalam masa kehamilan
Hasil penelitian F.Rene Van De Carr, terbukti bahwa hubungan baik antara ayah dan sang bayi sangat berkaitan dengan perkembangan kemampuan sosial anak. Karena banyak latihan pendidikan pralahir dapat dilakukan dengan mudah oleh ayah dan sang bayi akan lebih menanggapi nada dalam suara ayah.[47]
Kedelapan prinsip tersebut yang menjadikan seseorang merasa perlu bahkan harus melakukan latihan-latihan sebagai upaya pendidikan yang diberikan kepada anak yang masih berada dalam kandungan.
Selanjutnya F. Rene Van De Carr, juga telah menyusun materi-materi yang perlu diberikan dalam pendidikan pralahir. Sesuai dengan usia perkembangan anak dalam kandungan ibunya.
1-5 Minggu        Yang harus dilakukan oleh seorang ibu adalah meningkatkan nutrisi selama kehamilan, karena pada saat itu otak bayi sedang tumbuh. Jadi ketika usia kehamilan minggu pertama sampai keenam, seorang ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk merangsang pertumbuhan otak. Selain itu juga harus menghindari pekerjaan yang berat karena kondisi janin masih sangat lemah dan belum terbentuk.[48]
6-16 Minggu      Latihan komunikasi pertama dengan bayi. Pada bulan kelima kehamilan, bayi yang sedang berkembang sudah siap mempelajari komunikasi verbal (suara) dan sentuhan. Latihan dimulai dengan mengajar bayi menanggapi suara ibu dan dorongan halus pada perut ibu dalam permainan bayi menendang.[49] Dalam hal ini, sebaliknya seorang ibu meneruskan panggilannya kepada bayinya dan konsisten mengunakan nama tersebut selama latihan. F.Rene, menyarankan agar orang tua menggunakan “mama” dan “papa” sebagai sebutan mereka, karena kata tersebut lebih mudah dikatakan oleh bayi ketika ia mulai belajar bicara.[50] Pada waktu berbicara dengan bayi, ibu harus mengeraskan suaranya. Bahkan jika perlu menggunakan megafon atau alat   yang mirip dengan itu. Sedangkan anggota keluarga yang lain dengan menempelkan pipinya keperut ibu.[51]
17 Minggu          Detak jantung dan irama gendang. Sejak pembuahan terjadi, bayi dapat merasakan detak jantung ibunya bahkan sebelum organ pendengaran berkembang, bayi tumbuh dengan merasakan denyut jantung yang selalu ada.[52] Detak ini dapat berfungsi sebagai lirik biologis ketika otak dan tubuh mulai tumbuh dan tersusun. Suatu penelitian awal oleh Dr. Brent Logan, direktur international society for prenatal learning and bonding, menyarankan bahwa membuat variasi dalam frekuensi suara detak jantung merangsang hubungan antar neuron dalam otak bayi pralahir dan menghasilkan kerja intelektual yang lebih baik.[53] Oleh karena itu bayi perlu  diperkenalkan pada irama-irama diluar tubuh ibu melalui latihan irama gendang pendidikan pralahir, misalnya walaupun secara fisik bayi belum bisa mendengar, namun dia bisa merasakan getarannya.[54]
20 Minggu          Permainan bayi menendang. Sekitar awal bulan kelima, seorang ibu akan mulai merasakan tendangan atau gerakan kecil di perut bagian bawah. Tendangan pada usia kehamilan ini merupakan hal yang normal. Itulah cara bayi memulai eksplorasi dan belajar sesuatu tentang dunianya. Karena bayi yang mengambang di dalam rahim, dihubungkan dengan tali plasenta dan kadang-kadang menyentuh sisi-sisi uterus, satu-satunya cara untuk melakukan kontak dengan dunia luar adalah dengan menendang. Menendang dapat membantu memperkuat kaki bayi pralahir. Dalam permainan ini, bayi akan belajar dasar-dasar menanggapi orang lain. Jika bayi menendang, maka seorang ibu harus menepuk dengan lembut atau menekan tepat pada bagian perut yang ditendang. Tepukan untuk menanggapi tendangan, jika dilakukan secara konsisten, maka bayi akan lebih sering menendang pada saat-saat dan tempat-tempat tertentu. Setelah tiga atau empat minggu memainkan permainan ini, ibu bisa menepuk perut pada tempat berbeda dan melihat apakah ia menendang di tempat tersebut.[55]
27  Minggu         Menentukan posisi bayi. Untuk melakukan beberapa permainan belajar lanjutan, seorang ibu perlu mengetahui posisi bayi dalam rahim.[56]
28 minggu          Fase kedua: Kata-kata utama setelah menemukan posisi bayi maka bisa dilanjutkan latihan-latihan yang lain. Pada saat usia bayi  dalam kandungan 28 minggu, seorang ibu bisa mempersiapkan daftar kata-kata untuk diajarkan kepada bayi. Tujuannya adalah mengajar bayi menghubungkan sensasi tertentu dengan kata-kata tertentu. Ini dilakukan dengan cara menggunakan kata-kata yang menggambarkan tindakan atau sensasi yang dapat dialami bayi di dalam rahim. Misalnya saat bayi menendang. Maka ibu menggunakan kata “tendang”.[57]
29 Minggu          Cerita rahim, lagu rahim dan melodi rahim. Cerita dan lagu rahim merupakan bagian dari program pendidikan pralahir. Latihan ini dilakukan dengan membaca cerita dan menyanyi untuk bayi pra lahir sebagai cara alami ibu dan bayi untuk saling mengenal.[58]
31 Minggu          Fase ketiga : Permainan xilofon/musik. Tujuan diberikannya permainan ini adalah untuk merangsang indra-indra bayi yang mulai berkembang, misalnya pendengaran, perasaan dan pengenalan cahaya.[59] Menggunakan xilofon /piano/gitar dapat mengajarkan kepada bayi bahwa bunyi yang diucapkan dapat digunakan untuk memperkirakan dan menjelaskan kejadian-kejadian yang akan datang. Bayi juga akan belajar tentang hubungan waktu antara stimulus (nada yang ditimbulkan oleh xilifon)  dan bunyi tujuh huruf pertama dalam abjad. Membaca untuk bayi  sebelum ia dilahirkan dapat mengajarkan irama kata yang diucapkan. Menyanyi selama masa kehamilan merupakan metode lain stimulasi pralahir yang dapat meningkatkan kesadaran akan irama musik yang berbeda dengan irama percakapan.[60] Otak manusia mempunyai pusat-pusat yang berbeda untuk menerima dan memproses suara pembicaraan dan irama musik, jadi kedua aktifitas ini memberikan stimulasi kepada bagian-bagian otak yang berbeda.
33 Minggu sampai menjelang kelahiran, ucapan bayi.
                             Ucapan bayi merupakan bagian unik dalam program pendidikan pra lahir. Kata-kata yang ada dalam ucapan bayi dirancang untuk memudahkan bayi berinteraksi verbal dengan lingkungannya. Selain itu juga memudahkan bayi mengucapkan emosinya pada tingkat verbal seperti pada tingkat fisik, yang pada gilirannya akan meningkatkan rasa percaya diri dalam menyatakan kebutuhan dan perasaannya. Menjelang kelahiran bisa ditambahkan pelajaran musik, yaitu dengan memperdengarkan irama musik pada bayi pra lahir.

E.     Tujuan Pendidikan Pranatal

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.[61] Dalam tujuan pendidikan, harus berdasarkan pada kenyataan yang terdapat pada individu.[62] Meskipun dasar sosial menuntut agar pendidikan mengintegrasikan  diri dengan masyarakat tetapi hal ini tidak berarti bahwa pendidikan  boleh mengabaikan atau mengorbankan sifat-sifat individual. Sifat-sifat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.   Tiap individu merupakan pribadi yang unik atau adanya perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain. misalnya perbedaan bakat, minat, inteligensi dan lain-lain. Karena sifat ini maka pendidikan harus mengarah pada usaha yang dapat melayani adanya perbedaan perseorangan tersebut sehingga tiap individu dapat merealisasikan dirinya sesuai dengan individualisasinya.
2.   Tiap-tiap individu mempunyai bermacam-macam segi kejiwaan misalnya, pikiran, perasaan dan kemauan, maka pendidikan harus berusaha mengembangkan semua segi kepribadian tadi secara harmonis dan integratif.
3.   Di dalam tiap-tiap peringkat perkembangan individu  menghadapi tugas perkembangan tertentu, dan pendidikan harus membantu anak dalam menyelesaikan tugas perkembangannya tadi.
Sifat-sifat tersebut yang membuat tujuan pendidikan pada fase tiap perkembangan manusia berbeda. Pendidikan yang diberikan pada anak yang masih dalam kandungan mempunyai tujuan yang berbeda dengan yang diberikan pada anak yang sudah dilahirkan, remaja dan seterusnya. Tidak hanya dalam hal tujuan saja, tetapi juga dalam hal materi, bahkan pendidikannya.
Dalam pendidikan pranatal, ibu adalah guru yang utama, dan biasanya dibantu oleh ayah atau anggota keluarga yang lain. Dengan melibatkan seluruh anggota keluarga dalam program pendidikan pranatal, akan membuahkan hasil yang positif, diantaranya:
1.   Terciptanya kebersamaan dan kesan bahwa semua anggota keluarga, yang terkecil sekalipun dapat membantu pendidikan sang bayi.
2.   Dengan latihan-latihan tersebut, akan membuat setiap anggota keluarga menjadi guru yang lebih baik. Lebih penting lagi, latihan-latihan tersebut membuat setiap anggota keluarga mempunyai ikatan dengan sang bayi yang belum dilahirkan. Hal ini terutama bermanfaat bagi kakak atau anak tertua yang mungkin merasa tersisih oleh adik baru.[63]
Adapun tujuan pendidikan pra lahir adalah membantu orang tua dan anggota keluarga memberikan lingkungan lebih baik bagi bayi, memberikan peluang untuk belajar dini dan mendorong perkembangan hubungan positif  antara orang tua dan anak yang dapat berlangsung selama-lamanya.
Jadi jelaslah bahwa tujuan dari pendidikan pranatal sesuai dengan fase perkembanganya, adalah untuk memberikan kesempatan bagi individu  belajar lebih dini, yang diberikan melalui stimulus oleh orang tua dan anggota keluarga yang lain, untuk mengenalkan lingkungan sekelilingnya, agar setelah kelahirannya bayi sudah merasa lebih mengenal lingkungan yang ada di sekelilingnya.





[1] Dr.Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Rosda Karya, Bandung, 2000, hlm. 28
[2] Dr.H.M Arifin. M.Ed, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1976, hlm.10
[3] Prof. H. Zahara Idris., Op. Cit., hlm.9
[4] Dalam UUSPN No. 2/1989
[5] Departemen P Dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1993, hlm. 699
[6] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Grafindo Persada, Jakarta 1995, hlm. 178
[7] Dr. Med. Meitasari Tjandra, Perkembangan dan Kepribadian Anak, Erlangga, Jakarta 1988, hlm. 45.
[8] Dr. Robert E. Hall, Petunjuk Medis bagi Wanita Hamil, Judul Asli : Nine Months A Medical Guide for Prenant Women, Delapratasa, Jakarta, 1995, hlm. 32
[9] T.W.Sadler, Ph.D., Langman Embriologi Kedokteran (Lagman’s Medical Embriology), EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta,1988, hlm. 3
[10] Ibid.
[11] Ibid.
[12] dr.Petrus Lukmanto, Keajaiban Kehidupan, alih bahasa oleh Joshua Simbodo, judul asli, La Maravilla de La Vida, PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, 1996, hlm.16
[13] Ibid.
[14] Dr. Robert E. Hall, Op. Cit., hlm. 33
[15] Ibid. hlm. 34
[16] Ibid. hlm. 35
[17] Elisabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Erlangga, Jakarta, 1978, hlm. 66
[18] Prof. Dr. Siti Rahayu Haditono, Op. Cit., hlm. 43
[19] Dr. Med Methasari Tjandrasa, Op. Cit., hlm. 46
[20] Ibid., hlm. 49
[21] Elizabeth Hurlock, Op. Cit., hlm. 66
[22] dr. Med Meitasari Tjandrasa,  Op.Cit, hlm. 50
[23] dr. Petrus Lukmanto, Op. Cit., hlm. 26
[24] Jalaluddin, Mempersembahkan Anak Saleh, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 3
[25] Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Op. Cit., hlm. 19
[26] Ibid.
[27] Prof. Dr. H. Muhammad Said, Ilmu Pendidikan, Alumni, Bandung, 1989, hlm. 16
[28] Ibid., hlm. 17
[29] Ibid.
[30] Ibid., hlm. 20
[31] Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Op. Cit., hlm. 20
[32] Ibid.
[33] Ibid., hlm. 21
[34] Ibid.
[35] Ibid.
[36] Prof.Dr. Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Dudi Offset, Yogyakarta, 1987, hlm. 27
[37] L. Crow & A. Crow, Psychologi Pendidikan, Nurcahaya, Yogyakarta, 1989, hlm.41
[38] Sutari Imam Barnadib, Op. Cit., hlm. 28
[39] Prof.Dr. H. Baihaqi, A.K., Op. Cit.,  hlm. 29
[40] Prof. Dr. Sutari Iamam Barnadib, Op. Cit., hlm.27
[41] F.Rene Van De Carr, Op. Cit., hlm.35
[42] Prof.Dr. Sutari Imam Barnadib, Op. Cit., hlm. 26
[43] Ibid.
[44] F.Rene Van De Carr, Op. Cit., hlm. 50
[45] Ibid, hlm. 51
[46] Ibid.
[47] Ibid, hlm. 52
[48] Ibid.,hlm. 180
[49] Ibid., hlm. 91
[50] Ibid. hlm. 92
[51] Ibid. hlm. 93
[52] Ibid. hlm. 96
[53] Ibid. hlm. 93
[54] Ibid. hlm. 96
[55] Ibid. hlm. 103
[56] Ibid. hlm. 108
[57] Ibid. hlm. 117
[58] Ibid. hlm. 132
[59] Ibid. hlm. 137
[60] Ibid. hlm. 132
[61] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996, hlm.29
[62] Dr. Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1992,    hlm. 43
[63] F. Rene Van De Carr, Op. Cit., hlm.45

1 Response to "PROSES PENDIDIKAN PRANATAL"

  1. bagus banget tulisannya maksih

    https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/jurnalmuallimuna/article/view/743
    https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/jurnalmuallimuna/article/view/743

    ReplyDelete