Warta Madrasah – sahabat wartamadrasahku.com situasi politik
negeri kita tercinta ini sedang banyak cobaan dan dinamika apalagi kita sebagai
warga Nahdliyin sering menghadapi
persoalan politik yang dimainkan oleh para elit politik, NU bak laksana
perempuan cantik yang menjadi daya tarik dan daya pikat tersendiri. NU selalu
digoda, dirayu, dipinang, bahkan sesekali kalau mau NU dimadu, bahkan
dipoligami.
Menilik awal lahirnya NU adalah sebagai organisasi sosial
keagamaan (jam'iyyah diniyyah ijtima'iyyah), kemudian dalam berbagai
situasi membuat NU berubah haluan menjadi partai politik. Namun demikian, NU
kembali menjadi jati dirinya yang memang sejak lahir sebagai organisasi sosial
keagamaan, (kembali ke Khittah 1926).
Peran Ulama dan Nahdlatul Ulama dalam perjuangan mendirikan
bangsa ini memang sudah tidak diragukan lagi. NU menjadi salah satu garda
terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya berhenti
sampai disini, NU juga terlibat aktif dalam mengisi kemerdekaan Indonesia yang
berlanjut hingga saat ini.
Besarnya pengaruh NU lah yang menjadikan NU sebagai magnet kuat
untuk didekati, dirayu, digoda bahkan ditelanjangi tanpa rasa malu oleh para
elit politik untuk dijadikan alat penyempurna syahwat politik.
Di Indonesia, politik sudah menjadi makanan sehari-hari, semua
jago berpolitik, dari urutan RT sampai pucuk pimpinan tertinggi pemerintahan.
Titik nadzir pengaruh NU dilibatkan adalah setiap kebijakan politik praktis
diagendakan, pilkada, pilgub, pilpres, bahkan pemilihan RT, dan lurah pun NU
diajak berembuk untuk menentukan nasib calon pemimpin yang akan diusung.
Sebegitukah cantiknya NU mewarnai percaturan politik di tanah air?
Politik kelas kangkung
Berbicara kangkung, ini memang murah dan menyehatkan. Kangkung
tidak kalah pamor dengan sayuran yang mahal. Oleh karenanya kangkung juga
dijadikan hidangan di hotel-hotel berbintang.
Yang menjadi pertanyaannya, apa hubungannya politik dengan
kangkung? Berbagai macam jenis kangkung antara lain; pertama, kangkung
organik; kedua, kangkung yang tumbuh liar di rawa-rawa,
parit, bahkan ditempat kotorpun kangkung dapat tumbuh.
Ibarat seperti kangkung liar, politik bisa menjadi liar pula
apabila tidak dikelola dengan baik, tidak dikontrol dengan baik, etika politik
di tabrakkan tanpa arah, dibenturkan sana sini tanpa malu. Yang halal di
haramkan, yang haram di halalkan, yang tidak pantas di pantaskan, yang bukan NU
tiba-tiba mendadak menjadi NU, bahkan di NU-kan, yang asli NU di
singkirkan, yang merah di paksakan hijau, yang hijau dilumuri merah, dan
seterusnya.
Pembacaan politik di kalangan Nahdliyyin harus disikapi secara
tepat, bijak dan benar. Jangan sampai NU dibawa kepada kekuasaan yang bisa
melucuti jati diri NU itu sendiri. Di obral dan di jual dengan harga murah
untuk memenuhi nafsu oknum-oknum tertentu. Dan sampai kapanpun marwah NU harus
di junjung tinggi.
Etika politik kampungan
Elit politik dan warga NU yang berpolitik seharusnya meletakkan
NU pada posisi yang benar dan tepat. Sebagaimana di jumpai pemberitaan
diberbagai media elektronik, maupun cetak, NU diseret kesana kemari oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggug jawab, tradisi NU didangkalkan demi mendukung
pasangan tertentu.
NU direndahkan sendiri dihadapan warga Nahdliyyin, mempolitisir
dan memaksakan segala cara untuk melaksanakan kegiatan tanpa terstruktur dan
terorganisir apik menggunakan nama NU. Alhasil keresahan warga
NU semakin menjadi. Munculnya gerakan apapun yang timbul di tengah masyarakat
adalah bagian dari efek perilaku elit yang yang menempatkan NU pada porsi yang
tidak tepat.
Etika yang dipertontonkan semacam itu sungguh memalukan, rendah dan
kampungan. Karena ditengah-tengah masyarakat yang semakin cerdas ini,
seharusnya disuguhkan etika politik yang baik, santun dan bermartabat. Cerdas
memilah antara ranah politik, dan ranah keagamaan.
Menurut penulis, etika politik kampungan ini bisa di minimalisir
dengan menjunjung tinggi sikap kenegarawanan warga NU yang berpolitik.
Mengedepankan rasionalitas tanpa mengedepankan emosi dan kepentingan kelompok.
Pendidikan politik di kalangan NU harus dikedepankan, karena politik tidak
harus merebutkan kekuasaan, tetapi etika dan moral serta penghayatan politik
harus di pahamkan.
Menghadirkan pancasila sebagai sumber etika berpolitik. Dan
sikap keteladanan adalah sikap yang harus dijunjung tinggi agar tidak
terjerumus ke politik praktis. NU harus terus menjadi pelopor dan guru
sepanjang zaman guna untuk mencerdaskan dan membimbing umat kearah kehidupan
yang lebih baik dan bermartabat. Wallahu A’lam.
Sumber
: http://www.nu.or.id
0 Response to "POLITIK KAMPUNGAN"
Post a Comment