Warta Madrasah – Sahabat warta
madrasah berdasarkan informasi yang kami kutip dari situs NU Online yang
membahas tentang Arab Pegon Pemersatu dan Pemicu
Perlawanan terhadap Penjajahan. Berikut selengkapnya
Rektor UIN Sunan Kalijaga-Yogyakarta
Yudian Wahyudi mengatakan, keberadaan Arab pegon berkembang seiring dengan
proses islamisasi di Nusantara (sebelum, indonesia terlahir).
Arab pegon, lanjutnya, tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
perdagangan yang masif kala itu. “Arab pegon merupakan akulturasi dari
kebudayaan Arab dengan kebudayaan lokal Nusantara seperti Jawa,” ungkapnya pada
seminar Kajian Literasi Arab Pegon dan Budaya Literasi Khasanah Sastra dan
Pengetahuan Keislaman di masjid Pathok Negoro Plosokuning, Sleman, Yogyakarta
pada Senin (27/3) yang dimotori Pesantren Qashrul Arifin.
Ia menambahkan, perkembangan dan kelestarian Arab pegon tidak
dapat dipisahkan dari keberadaan pondok-pondok pesantren dan Pangeran
Diponegoro beserta pengikutnya. Sebagian besar pengikut Pangeran
Diponegoro merupakan santri-santri pondok pesantren yang tersebar dibeberapa
karasidenan di Jawa, seperti karasidenan Madiun, Kedu, Banyumas dan
lainnya.
“Arab pegon menjadi budaya tulis bagi masyarakat, terlebih bagi
pondok pesantren, banyak dari kitab kuning yang bertuliskan Arab pegon. Bahkan
dalam beberapa penafsiran banyak berisikan pesan antikolonialisasi.”
Dalam beberapa kitab, lanjutnya, seperti Majemuk Syareat yang
bertuliskan Arab pegon secara langsung menyebutkan meniru-niru gaya hidup pihak
kolonial dikatakan sebagai perbuatan tidak terpuji dan beberapa kebiasaan pihak
kolonial dianggap sebagai keharaman.
Ia menyebutkan Arab pegon sebagai budaya pemersatu dan
melahirkan budaya perlawanan terhadap kolonialisasi. “Hilangnya budaya tulis
Arab pegon, terkait dengan kebijakan negara dengan adanya program pemberantasan
buta huruf,” ujarnya.
Nasionalisme sebagai kekuatan baru, dengannya tercipta kesatuan
dan lahirnya NKRI dan dengan adanya identitas nasional, maka bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan ilmiah secara otomatis bergandeng dengan aksara
Latin. Tetapi Arab pegon masih menjadi bagian dari dinamika kebudayaan, lanjutnya.
Walaupun bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional, akan tetapi
bukan berarti tidak ada persinggungan dengan budaya tulis pegon dikarenakan
adanya Arab pegon Melayu. “Untuk kembali memasifkan Arab pegon dalam masyarakat
dapat dimulai kembali, seperti pembuatan komik dengan Arab pegon dan cara-cara
lainnya,” usulnya.
Selain Rektor UIN Sunan Kalijaga, pembicara seminar itu adalah
Pengasuh Pondok Pesantren Tarekat Qashrul Arifin KH Ruhullah Taqi Murwat dan
perwakilan Dinas Kebudayaan Yogyakarta dan Kraton Ngayogyakarta
Demikian Arab Pegon
Pemersatu dan Pemicu Perlawanan terhadap Penjajahan Semoga bermanfaat
0 Response to "Arab Pegon Pemersatu dan Pemicu Perlawanan terhadap Penjajahan"
Post a Comment