SIKAP DAN PRESTASI SISWA DALAM
PROSES PEMBELAJARAN PAI
A. Sikap
Siswa
- Pengertian
Sikap
Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Depdikbud dinyatakan bahwa
sikap adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pendirian (pendapat/keyakinan).[1]
Secara
terminologi banyak pakar psikologi yang mendefinisikan tentang sikap sebagai
berikut :
1) Menurut
Mar’at
Sikap merupakan kesiapan
bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu.[2]
2) Menurut
Wayan Nurkancana
Sikap merupakan suatu
predisposisi/kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara tertentu
terhadap dunia sekitarnya berupa individu atau obyek sekitarnya.[3]
3) Menurut
Muhibbin Syah, M.Ed
Sikap adalah gejala internal
yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainyanya
baik secara positif maupun negatif.[4]
4) Menurut
Dr. Sarlito Wirawan
Sikap adalah kesiapan pada
seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.[5]
5) Menurut Dr.
W.A. Gerungan DIPI
Sikap
adalah kesediaan bereaksi terhadap suatu hal.[6]
Dari
definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan
untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap obyek tertentu. Selanjutnya
menurut W.A. Gerungan dikatakan bahwa sikap itu mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Dalam
sikap selalu terdapat hubungan subyek obyek. Jadi tak mungkin ada sikap tanpa
obyek (benda, orang, sekelompok orang, nilai-nilai
2) osial,
pandangan hidup dan sebagainya).
3) Sikap bukan
berarti sifat bawaan, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman yang
dialami sepanjang hayatnya.
4) Sikap
dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan dan keadaan fisik
jiwa/emosi yang bersangkutan.
5) Dalam
sikap tersangkut 3 komponen yang menandai sikap yang dipelajari, sebagai
keadaan internal.
6) Sikap
tidak menghilang sekalipun kebutuhan sudah dipenuhi.
7) Sikap
bersifat majemuk sesuai dengan banyaknya obyek yang dihadapi.[7]
Dan
di dalam sikap itu mempunyai macam aspek atau komponen yaitu :
1) Kognitif
adalah mengenai gagasan/proposisi yang menyatakan hubungan antara situasi dan
obyek sikap.
2) Afektif
adalah mengenai emosi atau perasaan yang menyertai gagasan.
3) Tingkah
laku adalah mengenai kecenderungan atau kesiapan untuk bertindak.[8]
Dari
salah satu aspek tersebut di atas sikap seseorang sudah bisa dilihat. Namun
demikian akan lebih luas dan lengkap apabila sikap ditinjau dari ketiga aspek
tersebut.
Selanjutnya
dapat kita jelaskan bahwa yang dimaksud sikap siswa adalah kecenderungan untuk
bertingkah laku pada diri seseorang siswa yang dimulai dari aspek kognisi
sampai pada aspek konasi.
- Pembentukan
dan Perubahan Sikap
Pembentukan
sikap senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan obyek
tertentu. Sehubungan dengan pembentukan dan perubahan sikap ada 2 faktor utama
yang menentukan yaitu :
1) Faktor
psikologis seperti motivasi, emosi, kebutuhan, pemikiran, kekuasaan dan
kepatuhan. Kesemuanya merupakan faktor yang memainkan peranan dalam menimbulkan
atau mengubah sikap seseorang.
2) Faktor
kultural/kebudayaan seperti status sosial, lingkungan, keluarga dan pendidikan.[9]
Dengan
demikian faktor psikologis dan faktor kultural selalu saling mempengaruhi dalam
rangka menimbulkan, memelihara atau mengubah sikap.
Dalam
membentuk atau mengubah sikap bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1) Adopsi
melalui peniruan atau mutasi tingkah laku yang diketahui atau diperhatikan
seseorang atau kelompok orang yang dihormati, dipuji atau dianggap mempunyai
kredibilitas.
2) Differensiasi
dan individuasi (individuation) yaitu dengan perkembangan intelegensi
bertambahnya umur dan pengalaman yang dilaluinya, lambat laun yang bersangkutan
dapat membedakan hal-hal yang tadinya dianggap sejenis dan akhirnya
terbentuklah sikap terhadap obyek tersebut dan sekaligus menjadi
individuasinya.
3) Integrasi
dari banyak respon khusus atas jenis yang sama. Hal ini berlangsung bertahap,
dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal, sehingga
terbentuklah sikap terhadap hal tersebut.
4) Trauma
yaitu pengalaman yang meninggalkan kesan yang pahit lagi mendalam pada jiwa
yang bersangkutan. Pengalaman yang serupa itu dapat menyebabkan terbentuknya
sikap.[10]
- Fungsi
Sikap Bagi Anak
Menurut
Azwar (1998: 53) fungsi sikap bagi anak dapat dirumuskan menjadi empat macam
antara lain :
1) Fungsi
instrumental, fungsi menyesuaikan atau fungsi manfaat. Fungsi ini menyatakan
bahwa individu dengan sikap berusaha memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan
meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan demikian individu akan membentuk
sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasanya akan merugikan dirinya.
2) Fungsi
pertahan ego, sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan dan dirasa
akan mengancam egonya sewaktu ia mengetahui fakta dan kebenaran yang tidak
mengenakkan dirinya maka sikapnya akan berfungsi sebagai mekanisme pertahanan
ego yang akan melindungi diri dari kepahitan kenyataan tersebut.
3) Fungsi
pernyataan nilai : manusia akan mengembangkan sikap tertentu untuk memperoleh
kepuasan dalam menyatakan nilai yang dianutnya yang sesuai dengan penilaian
pribadi dan konsep dirinya.
4) Fungsi
pengetahuan : sikap berfungsi sebagai skema yaitu suatu cara strukturisasi agar
di dunia tampak logis masuk akal. Sikap digunakan untuk mengevalusi terhadap
fenomena luar yang ada dan mengorganisasikannya.[11]
Sehubungan
dengan tugas belajar yang begitu banyak dan bervariasi maka seorang anak harus
memiliki ketahanan yang kuat baik fisik maupun mentalnya.
B. Prestasi
Belajar
1. Pengertian
Prestasi Belajar dan Dasar Tujuan Belajar
Jika
ditinjau dari beberapa sumber akan dijumpai pengertian yang berbeda mengenai
prestasi belajar. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan dan sebagainya).[12]
Menurut
Mas’ud Khasan Abdul Khahar, prestasi adalah apa yang diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja.[13]
Dari
definisi di atas, dapat diambil unsur-unsur yang penting dalam pengertian
prestasi adalah :
a. Prestasi
merupakan hasil dari suatu pekerjaan yang mengandung pengertian bahwa prestasi
diperoleh setelah individu menyelesaikan suatu pekerjaan.
b. Prestasi
diperoleh melalui keuletan kerja, yaitu bahwa prestasi hanya diperoleh setelah
individu benar-benar berusaha semaksimal mungkin dengan harapan mencapai hasil
yang memuaskan.
Sedangkan
menurut I.L. Pasaribu dan B. Simanjuntak memberikan batasan tentang prestasi
belajar bahwa : prestasi belajar adalah nilai yang telah dicapai setelah
mengikuti didikan dan latihan tertentu.[14]
Sedangkan menurut Anton M. Moeliono dkk, mengatakan bahwa prestasi belajar
adalah tahap akhir dari proses belajar mengajar yang diberi lambang nilai untuk
pertimbangan pelajaran pada tahap berikutnya atau dengan kata lain prestasi
belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan,
dan sebagainya).[15]
Dari
pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa prestasi belajar seseorang
merupakan gambaran dari kemampuan yang sebenarnya dari orang yang bersangkutan.
Adapun prestasi belajar yang ideal dituntut memenuhi 3 aspek sekaligus yaitu
aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Lebih-lebih mengenai penentu prestasi
belajar dengan test kemampuan pengetahuan dan ketrampilan tetapi pengamalan
sikap dan tingkah laku keagamaan yang mencerminkan pribadi yang beragama itu
juga lebih penting.
Dan
prestasi belajar yang dimaksud dalam skripsi ini adalah hasil/prestasi PAI,
artinya hasil nyata yang dicapai oleh siswa pada suatu saat dalam bidang studi
PAI.
Adapun
tujuan belajar adalah untuk mengembangkan potensi (kemampuan) yang telah
dimiliki oleh seorang anak. Sebagaimana disebutkan di muka adalah sejak
dilahirkan anak telah diberikan potensi, kemampuan itu tidak mungkin dapat
berkembang dengan baik tanpa bimbingan dari orang dewasa.
2. Definisi
Belajar
Ada
beberapa definisi tentang belajar yang diungkapkan oleh beberapa ahli :
1) Menurut
Drs. Abu Ahmadi
Belajar yaitu suatu bentuk
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.[16]
2) Menurut
Elizabeth B. Hurlock
Belajar adalah
perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha.[17]
3) Menurut
Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid
التعلم
هوتضيـيرفىذهن المتعلم يطرأعلىخيرة سابقة فيحدث فيهاتضيـيرجديد
Artinya : “Belajar
adalah suatu perubahan pemikiran siswa yang dihasilkan dari pengalaman yang
terdahulu, yang menimbulkan kejadian perubahan yang baru dalam pemikiran
siswa”.[18]
4) Menurut
Martensi dkk
Belajar adalah suatu usaha
untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, ilmu pengetahuan dan sikap yang terutama
diperoleh di sekolah (lembaga pendidikan) sehingga tercapailah perubahan
tingkah laku yang diharapkan.[19]
5) Belajar
menurut Drs. Oemar Hamalik adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam
diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan.[20]
6) Menurut
The Liang Gie, belajar ialah segenap rangkaian kegiatan/aktivitas yang
dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya
berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya sedikit banyak
bersifat permanen.[21]
Dari
beberapa definisi di depan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah :
1) Merupakan
suatu proses
2) Di
dalamnya terdapat perubahan yang sifatrnya relatif tetap
3) Selalu
berhubungan dengan pengalaman
Setelah
diketahui mengenai pengertian prestasi dan pengertian belajar, maka dari itu
prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, hasilnya ditunjukkan berupa nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru.[22]
Sedangkan
prestasi belajar secara formal dapat dilihat dalam raport, sebab buku raport
adalah merupakan alat untuk melaporkan hasil belajar di sekolah tertentu.[23]
Maka
dari hasil yang telah dicapai murid dalam belajar dapat diketahui oleh orang
tua murid melalui buku raport tersebut.
3. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar
adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar yang dinyatakan dalam bertingkah
laku berdasarkan pengalaman lama yang membawa pada perubahan baru. Sedangkan
tingkah laku sebagai hasil dari belajar hanya dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut
Soemadi Suryabrata, faktor yang mempengaruhi belajar seseorang ada dua macam
yaitu :
1) Faktor-faktor
yang berasal dari luar diri pelajar
2) Faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri pelajar [24]
Menurut
Moh. Uzer Usman, prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan
hasil interaksi antara faktor-faktor intern dan ektern.[25]
1) Faktor
yang berasal dari luar diri pelajar
Menurut
Soemadi Suryabrata, faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu :
a) Faktor non
sosial
b) Faktor
sosial
Moh.
Uzer Usman mengemukakan, yang termasuk faktor belajar dari luar (esktern) yaitu
:
1) Faktor
sosial yang terdiri dari :
a. Lingkungan
keluarga
Sebagaimana
diketahui bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga. Keluarga yang sehat
akan menentukan sekali keberhasilan pendidikan anak-anaknya yaitu pendidikan
masyarakat, bangsa dan negara.
Orang
tua yang kurang memperhatikan atau sama sekali tidak memperhatikan pendidikan
anak-anaknya dalam belajar atau dalam mengatasi kesulitan-kesulitan anaknya
dapat menyebabkan anak kurang atau tidak berhasil dalam belajarnya. Anak yang
sebenarnya atau tidak diberi motivasi orang tuanya akan mengalami tetapi
mendapatkan perhatian yang serius dari orang tuanya, yaitu dorongan serta
didikan yang diberikan di rumah, maka anak tersebut akan dapat mencapai
prestasi yang baik.
b. Lingkungan
sekolah
Lingkungan
sekolah juga akan mempengaruhi prestasi belajar anak, misalnya metode mengajar,
kurikulum, hubungan antara guru dan siswa, keadaan sarana dan prasarana seperti
: gedung, peralatan sekolah, dan lain-lain. Itu semua sangat mempengaruhi
proses belajar dan hasil belajar anak didik.
c. Lingkungan
masyarakat
Lingkungan
sekolah dengan lingkungan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena keberadaan
sekolah di tengah masyarakat. Tentu saja siswa yang hidup di lingkungannya
tersebut tidak dapat lepas dari pengaruhnya. Misalnya dalam pergaulan, cara belajarnya
dan sebagainya. Untuk itu, perlu diciptakan lingkungan yang baik agar dapat
memberi pengaruh positif bagi anak sehingga anak dapat berhasil belajarnya.
2) Faktor
budaya, misalnya adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
3) Faktor
lingkungan fisik, misalnya rumah dan fasilitas belajar.
4) Faktor
lingkungan spiritual atau keagamaan.[26]
2) Faktor
yang berasal dari dalam diri pelajar
Faktor
ini umumnya berasal dari dalam diri anak yang meliputi dua unsur, yaitu unsur
fisiologis dan unsur psikologis.
Unsur
fisiologis atau jasmaniah ini dapat mempengaruhi prestasi belajar anak, karena
dalam belajar membutuhkan tenaga yang baik dan cukup sehingga akan menghasilkan
belajar yang efektif. Oleh karena itu kesehatan jasmani sangat penting sekali
diperhatikan. Anak yang tidak sehat, kurang gizi, kurang tidur, dan sebagainya
tidak akan belajar baik dan efektif. Kekurangan gizi makan juga akan
mengakibatkan lekas mengantuk, cepat lelah, dan sebagainya. Demikian juga
fungsi-fungsi jasmani tertentu juga akan mempengaruhi terhadap aktivitas
belajar, terutama panca indera seperti : mata, telinga, dan sebagainya. Sebab
seseorang dapat melihat dunia sekelilingnya dengan menggunakan panca inderanya.
Kesehatan serta kesempurnaan panca inderanya merupakan sarat penting agar anak
dapat belajar secara efektif dan efisien.
Adapun
unsur psikologis yang kedua adalah unsur psikologis, yang termasuk unsur
psikologis adalah intelegensi, minat, perhatian, bakat, motif, kematangan dan
kesiapan.[27]
C. Proses
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian
Pendidikan Agama Islam
Sebelum
kita membicarakan Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis kemukakan
pengertian pendidikan secara umum sebagai titik tolak untuk memberi pengertian
Pendidikan Agama Islam dengan penjelasan yang lebih jelas.
a) Pengertian
pendidikan
Pengertian
pendidikan menurut pendapat beberapa para ahli adalah sebagai berikut :
-
Menurut
Ahmad Tafsir mengatakan :
“Pendidikan adalah
usaha meningkatkan diri dalam segala aspek”.[28]
-
Menurut
H.M. Arifin, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut :
“Hakekat pendidikan adalah
usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing atau mengembangkan kepribadian
serta kemampuan dari anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal dan non
formal”.[29]
-
Menurut
Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa :
“Pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.[30]
Dari
beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
pendidikan adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak agar dapat mengembangkan dan meningkatkan
dirinya menuju terbentuknya kepribadian yang utama sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan.
b) Pengertian
pendidikan Islam
-
Menurut
Zakiah Daradjat berpendapat bahwa :
“Pendidikan Islam adalah
pembentukan kepribadian muslim dengan ciri-cirinya yaitu perubahan sampai dan
tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam”.[31]
-
H.M.
Arifin berpendapat bahwa :
“Pendidikan Islam adalah
membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan
sekaligus ia mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai dengan
pengetahuan agama”.[32]
-
H.M.
Chabib Thoha berpendapat bahwa :
“Pendidikan Islam adalah pendidikan
yang falsafah, dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk
melaksanakan praktek pendidikan didasarkan pada nilai-nilai dasar Islam yang
terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadits Nabi”.[33]
2. Sumber
Dasar Pendidikan Agama Islam
Pendidikan
Islam adalah pendidikan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang
tunduk taat pada Islam dan menerapkannya secara sempurna di dalam kehidupan
individu dan masyarakat.
Pendidikan
Islam merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat melaksanakan Islam sebagaimana
yang dikehendaki Allah. Maka pendidikan Islam mempersiapkan diri manusia guna
melaksanakan amanat yang dipikulkan kepadanya. Ini berarti sumber-sumber Islam
dan pendidikan Islam itu sama, yakni Al-Qur'an dan sunah rasul.
Dasar
pendidikan suatu negara tergantung pada falsafah yang dianut oleh negara itu
sendiri. Begitu juga dasar pendidikan suatu agama juga tergantung pada sumber
hukum yang diambul oleh negara tersebut.
Dasar
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia menurut Zuhairini, dkk (1973: 8)
dapat ditinjau dari 3 (tiga) sesi, yaitu :
a. Yuridish
(hukum)
Dasar
ini berasal dari peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dapat dijadikan
pegangan, antara lain :
1) Dasar
idiil yaitu Pancasila, khususnya sila pertama
2) Dasar
struktural yaitu UUD 1945, khususnya pasal 29
3) Dasar
operasional yaitu Tap MPR yang dituangkan dalam GBHN
b. Religius
Dasar
religius ini bersumber dari Al-Qur'an dan Al-Hadits. Menurut ajaran Islam,
melaksanakan pendidikan agama merupakan perintah Allah (ibadah kepada-Nya).
ادع
الىسبيل ربّك يالحكمة والموعظة الحسنة وجدلهم بالتىهىاحسن ط (النحل:125)
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik” (Q.S. An-Nahl: 125).[34]
c. Social
Psychologis
Kehidupan
manusia di dunia selalu memerlukan pegangan hidup yaitu agama. Dengan agama
akan dapat merasakan bahwa dirinya terlindungi dan merasa aman karena ada yang
dimintai tolong, yaitu Allah SWT.
Yang
demikian ini disebutkan dalam Al-Qur'an surat Ar-Ra’du ayat 28 :
الابذكرالله
تطمئن القلوب ط (الرعد: 28)
Artinya : “Ingatlah hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram” (Q.S. Ar-Ra’du: 28).[35]
Sedangkan
tujuan Pendidikan Agama Islam adalah menunjang pendidikan pada umumnya yaitu
membawa anak ke arah tingkat kedewasaan, artinya membawa anak didik dapat
mandiri di dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat.
Tujuan
Pendidikan Agama Islam secara umum menurut Zuhairini, dkk (1973: 32) adalah
membina anak agar menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh
dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara.
Tujuan
tersebut adalah tujuan yang akan dicapai oleh setiap orang yang melaksanakan
pendidikan agama. Dengan demikian tujuan Pendidikan Agama Islam secara umum
adalah terdapat dalam Al-Qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 56 yaitu :
وماخلقت الجن
والانس الا ليعبدون (الذاريات: 56)
Artinya : “Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”
(Q.S. Adz-Dzariyat: 56).[36]
Pendidikan
harus dimaknai secara rinci. Karena itu keberadaan referensi atau sumber
pendidikan Islam harus merupakan sumber utama Islam itu sendiri, yaitu
Al-Qur'an dan As-Sunnah.
3. Tujuan
Pendidikan Agama Islam
Tujuan
merupakan suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan
selesai, maka pendidikan juga mempunyai tujuan karena merupakan suatu usaha dan
kegiatan. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk statis, tetapi
merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang berkenaan dengan seluruh
aspek kehidupannya.
Al-Qur'an
adalah pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan bertujuan memberi
kesejahteraan untuk kebahagiaan bagi manusia baik secara pribadi maupun
kelompok yang berupa pengabdian kepada Allah SWT sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 tersebut di atas.
Atas
dasar tersebut, maka tujuan Pendidikan Agama Islam (Al-Qur'an) adalah “Membina
manusia secara pribadi sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun
dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.[37]
Menurut
Chabib Thoha mengatakan bahwa :
“Tujuan pendidikan Islam adalah
untuk mengembangkan potensi-potensi baik jasmaniah maupun rohaniah, emosional
maupun intelektual serta ketrampilan agar manusia mampu mengatasi problema
hidup secara mandiri serta sadar dapat hidup menjadi manusia-manusia yang
berfikir bebas, sehingga dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan
masyarakat serta dapat mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di hadapan
Allah SWT.”[38]
Dari
semua penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan sesuai pendapat Atiyah
Al-Abrasyi yang dikemukakan oleh H.M. Chabib Thoha bahwa :
“Tujuan pendidikan Islam bukan
hanya sekedar memenuhi otak murid-murid dengan ilmu pengetahuan, tetapi
tujuannya ialah mendidik akhlak dengan memperhatikan segi-segi kesehatan
pendidikan fisik dan mental, perasaan dan praktek serta menyiapkan manusia
sebagai anggota masyarakat.[39]
[1] W.J.S.
Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1995, hlm. 755.
[2] Mar'at, Sikap
Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982,
hlm. 259.
[3] Wayan
Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, hlm.
259.
[4] Muhibbin
Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm.
135.
[5] Sarlito
Wirawan, Pengantar Ilmu Psikologi, PT Bulan Bintang, Jakarta, 1976, hlm.
90.
[6] Dr. W.A.
Gerungan, Psikologi Sosial, PT Eresco, Bandung, 1991, hlm. 194.
[7] W.A.
Gerungan, Op. Cit, hlm. 151.
[8] Abdur
Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, PT Tiara Wacana, Yogyakarta, 1993,
hlm. 108.
[9] Ibid,
hlm. 110.
[10] Sarlito
Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1976,
hlm. 94.
[11] Azwar, Sikap
Manusia, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 1998, hlm. 53.
[12]
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm.
700.
[13] Mas’ud
Khasan Abdul Khahar, Kamus Istilah Pengetahuan, Bintang Pelajar, Gresik,
hlm. 197.
[14] I.L.
Pasaribu dan B. Simanjuntak, SH, Proses Belajar Mengajar, Tarsito,
Bandung, 1980, hlm. 115.
[15] Anton
M. Moeliono dkk, Kamus Belajar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1988, hlm. 700.
[16] Drs.
Abu Ahmadi, Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses, CV Aneka, Solo, 1993,
hlm. 20.
[17]
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1, Mc Graw Hill Kogakusha
Ltd, Tokyo, hlm. 28.
[18] Shaleh
Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, At Tarbiyah Waturuqut Tadris, Dar
Al Ma’arif, Makkah, 1996, hlm. 169.
[19]
Martensi dkk, Identifikasi Kesulitan Belajar, FIP. IKIP, Semarang, 1980,
hlm. 88.
[20] Drs.
Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Tarsito,
Bandung, 1983, hlm. 21.
[21] The
Liang Gie, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Tarsito,
Bandung, 1983, hlm. 21.
[22]
Depdikbud, Op. Cit, hlm. 700.
[23] W.S.
Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah, Gramedia, Jakarta,
1989, hlm. 79.
[24] Soemadi
Suryabrata, Op. Cit, hlm. 283.
[25] Drs.
Moh. Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, hlm. 9.
[26] Ibid,
hlm. 10.
[27]
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Press,
Jakarta, 1992, hlm. 38.
[28] Ahmad
Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1990, hlm. 6.
[29] H.M.
Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga, Bulan Bintang, Jakarta, 1987, hlm. 12.
[30] Ahmad
D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung,
1989, hlm. 19.
[31] Zakiah
Daradjat, Op. Cit, hlm. 28.
[32] H.M.
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Bina Aksara, Jakarta,
1995, hlm. 5.
[33] H.M.
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, 1996,
hlm. 99.
[34]
Al-Qur'an, Surat An-Nahl Ayat 125, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir
Al-Qur'an, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 1986, hlm. 421.
[35]
Al-Qur'an, Surat Ar-Ra’du Ayat 28, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir
Al-Qur'an, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 1986, hlm. 373.
[36]
Al-Qur'an, Surat Adz-Dzariyat 56, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir
Al-Qur'an, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 1986, hlm. 862.
[37] Quraish
Shihab, Membumikan Al-Qur'an, Mizan, Bandung, 1996, hlm. 172.
[38] H.M.
Chabib Thoha, Op. Cit, hlm. 101.
[39] Ibid,
hlm. 103
0 Response to "SIKAP DAN PRESTASI SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PAI"
Post a Comment