Analisis Strategi Dakwah M. Quraish Shihab bag III

Warta Madrasah - Perkembangan akhir-akhir ini terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi telah begitu meninggalkan umat Islam jauh di belakangnya. Bahkan dalam perkembangan pemikiran umat Islam sendiri pun belum tersosialisasikan dengan baik. Lagi pula dalam kajian ilmiah bidang keagamaan justru kalah dan tertinggal dari "orang lain" yang mengkaji keislaman, terutama apabila dibandingkan dengan para Orientalis Barat. Juga dalam penerimaan terhadap pemikiran baru, mayoritas umat Islam masih terkesan "menutup diri" dari perkembangan pemikiran keislaman. Realitas ini banyak dijumpai pada daerah-daerah Indonesia, terutama Jawa, yang memiliki tipologi masyarakat yang terkesan masih sangat meminjam istilah Eric Fromm, mitologis dan kultis dengan corak eksklusif dan sektarian. Sehingga mayoritas umat Islam sekarang ini mengalami dis-informasi yang berakibat timbulnya "keterbelahan jiwa" atau mental dis-order ketika berhadapan dengan segala sesuatu yang dianggapnya baru serta modern. Karena daya inferiority complex yang berlebihan itu banyak umat Islam yang terkesan phobi terhadap gejalagejala baru dalam pemahaman keagamaan yang mereka anggap sebagai produk Barat. Walaupun itu menyangkut perkembangan umat Islam sendiri. Sehingga sikap yang diperlihatkan terkesan amat ambiguistis.

Hal ini paling tidak disebabkan oleh tiga hal:
a.    Umat Islam kurang respect terhadap perkembangan informasi-informasi baru baik dalam skala umum ataupun religi lewat media-media yang tersedia baik cetak maupun lainnya. Bahkan masih banyak para da'i yang membuat jalur pemisah antara faktor agama dengan faktor yang dianggapnya profan seperti pembangunan nasional umpamanya. Sehingga materi tentang pembangunan nasional tidak termasuk dalam agenda dakwah mereka.
b.    Akibat dari yang pertama, para da'i yang selama ini menjadi kunci informasi religius bagi umat beragama kurang/tidak mampu memberikan dan mensosialisasikan informasi-informasi yang sangat dibutuhkan umat sehubungan dengan perkembangan yang terjadi.
c.    Kedua dilema di atas berakibat metoda dakwah sampai saat ini simplifikasinya masih dalam tataran fiqih-sentris (Ibadah dan amaliyah mahdhah par exelence).

Hal itu dapat sedikit diantisipasi dengan upaya memperluas cakrawala pengetahuan para ulama dan cendekiawan, karena problem yang ada selama ini, masih banyak da'i yang masih terjebak dalam kondisi berpikir 'ala mazhabi yang berakibat dakwahnya terkesan sangat eksklusifistik dan sektarianis. Mereka terjerembab dalam sudut pemahaman normatifitas an sich, tanpa memperimbangkan aspek empiris-praksis dalam sosial kemasyarakatan. Akibatnya Islam seakan-akan hanya menjadi sejumlah konsep hukum epistimologis yang tidak memiliki kemampuan pembaruan aspek-aspek sosio-kultural, ekonomi dan politik, (contradiction in-terminis). Padahal tiga konsep inilah yang dapat mendatangkan perubahan umat Islam menuju kemajuannya ('izzu al-lslam wa al-muslimin).

Sedangkan pada masa ketika agama dihadapkan pada problematika zaman baik sosial atau lingkungan seperti saat ini, yang disinyalir sebagai krisis global, dalam era dunia yang serba absurd dan tidak menentu, dengan segala kompleksitas permasalahannya terutama bidang bio-teknologi, dibutuhkan da'i-da'i yang "tercerahkan" yang mampu menampilkan Islam secara kaffah (prima) baik dalam segi eksoteris maupun esoterisnya.


Sehingga yang dibutuhkan bukan lagi Islam yang tersekat dalam Sunni ataupun Syi'i, apalagi Islam Syafi'i dan yang lebih kecil lagi, karena Islam yang demikian itu bukanlah Islam yang terkategorikan dalam al-Qur'an, namun Islam yang benar adalah Islam Ciniversal (kaffah) yang memandang realitas selalu dalam skala normatifitas-empiris murni dengan prinsip ekuilibriumnya, yang membawa kemampuan maksimal dalam peran pembangunan yang diambil dalam konstruk akademis-intelektual maupun praxis-aktual. Sehingga pada saatnya nanti Islam mampu menampilkan diri sebagai agama yang bukan hanya "sekadar agama", namun bisa menjawab seluruh rangkaian program zaman, yang tidak menutup kemungkinan Islam harus mampu menampilkan teologi "parsial" dalam dimensi Insaniyyah, seperti teologi ekologi, teologi biotik, teologi medis dan bentuk teologi developmentalisme lain dalam rangka mewujudkan Islam yang mampu "mendikte" zaman.

<<<Sebelumnya>>                                                                        

0 Response to "Analisis Strategi Dakwah M. Quraish Shihab bag III"

Post a Comment