SEBERAPA PENTING KEMITRAAN ORANG TUA DALAM MEMBINA ANAK?
Masalah remaja adalah suatu masalah yang sebenarnya
sangat menarik untuk dibicarakan, lebih-lebih pada akhir-akhir ini, telah
timbul akibat negatif yang sangat
mencemaskan yang akan membawa kehancuran bagi remaja itu sendiri dan masyarakat
pada umumnya. Di mana-mana, orang sibuk memikirkan remaja dan bertanya apa yang
di maksud dengan remaja, umur berapa anak atau orang dianggap remaja? Apa
kesukaran atau masalahnya? Bagaimana mengatasi kesukaran tersebut?
Mengapa remaja menjadi nakal dan bagaimana
cara menanggulanginya? Inilah yang menjadi masalah penting dari sekian masalah
remaja.
Persoalan remaja selamanya
hangat dan menarik, baik di negara yang telah maju maupun di negara
terbelakang, terutama negara yang sedang berkembang. Karena remaja adalah masa
peralihan, seseorang telah meninggalkan usia anak-anak yang penuh kelemahan dan
ketergantungan tanpa memikul sesuatu tanggung jawab, menuju kepada usia dewasa
yang sibuk dengan tanggung jawab penuh. Usia remaja adalah usia persiapan untuk
menjadi dewasa yang matang dan sehat. Kegoncangan emosi, kebimbangan dalam
mencari pegangan hidup, kesibukan mencari pegangan hidup, kesibukan mencari bekal pengetahuan dan
kepandaian untuk menjadi senjata dalam usia dewasa merupakan bagian yang
dialami oleh setiap remaja.
Remaja pada hakikatnya sedang berjuang untuk
menemukan dirinya sendiri, jika dihadapkan pada keadaan luar atau lingkungan
yang kurang serasi penuh kontradiksi dan labil, maka akan mudahlah mereka jatuh
kepada kesengsaraan batin, hidup penuh kecemasan, ketidakpastian dan
kebimbangan. Hal seperti ini telah menyebabkan remaja-remaja Indonesia jatuh
pada kelainan-kelainan kelakuan yang membawa bahaya terhadap dirinya sendiri
baik sekarang, maupun di kemudian hari.[1]
Menurut Prof. M. Arifin istilah kenakalan remaja
merupakan terjemahan dari kata juvenile delinquency yang dipakai di
dunia Barat. Istilah ini mengandung pengertian tentang kehidupan remaja yang
menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum. Baik yang menyangkut
kehidupan bermasyarakat, tradisi, maupun agama, serta hukum yang berlaku. Lebih
jelasnya pengertian kenakalan tersebut mengandung beberapa ciri pokok, sebagai
berikut:
1.
Tingkah laku yang mengandung
kelainan-kelainan berupa perilaku atau tindakan yang bersifat a-moral, a-sosial
atau anti sosial.
2.
Dalam perilaku atau tindakan
tersebut terdapat pelanggaran terhadap norma-norma sosial, hukum, dan norma
agama yang berlaku dalam masyarakat.
3.
Tingkah/perilaku, perbuatan
serta tindakan-tindakan yang betentangan dengan nilai-nilai hukum atau
undang-undang yang berlaku yang jika dilakukan oleh orang dewasa hal tersebut
jelas merupakan pelanggaran atau tindak kejahatan (kriminal) yang diancam
dengan hukuman menurut ketentuan yang berlaku.
4.
Perilaku, tindakan dan
perbuatan tersebut dilakukan oleh kelompok usia remaja. [2]
Menariknya masalah ini untuk
diteliti adalah karena masalah remaja sangat meresahkan orang tua, masyarakat,
bahkan negara, mengingat apa yang dilakukan oleh remaja saat ini sangat
membahayakan masyarakat dan berdampak pada kepentingan orang banyak.
Meskipun cara penanggulangan kenakalan remaja telah
diulas oleh para ahli namun kenyataannya
sampai saat ini kebrutalan remaja tidak makin berkurang kalau tidak boleh
dikatakan bertambah dalam frekuensi yang makin mengkhawatirkan. Namun demikian
untuk menanggulangi kenakalan remaja tidak seharusnya berhenti mengungkapkan
gagasan baru karena tiada suatu penyakit yang tidak ada obatnya. Untuk itulah
peneliti hendak menganalisis cara penanggulangan juvenile delinquency
menurut Prof. M.Arifin dan Prof. Zakiah Daradjat dihubungkan dengan kemitraan
orang tua.
Sebabnya
meneliti konsep pemikiran Prof. M. Arifin dan Prof. Zakiah Daradjat bukanlah
berarti pendapat lain kurang baik melainkan karena pemikiran kedua tokoh itu
tentang juvenile delinquency belum banyak yang meneliti terutama dalam
paradigma komparasi. Adapun alasan meneliti tentang kemitraan orang tua adalah
karena adanya fenomena hubungan yang tidak harmonis antara orang tua dan remaja
telah lama menjadi kekhawatiran masyarakat di berbagai belahan dunia. Ada suatu
asumsi yang masih perlu diuji keabsahannya bahwa orang tua dan para remaja
berada dalam pertentangan yang lebih sering terjadi pada bangsa-bangsa modern
dibandingkan dengan kurun waktu yang lalu. Padahal para remaja memiliki
persamaan dengan orang tua dalam politik, moral, selera makanan, dan pakaian.
Namun entah mengapa, dalam hubungannya dengan orang tua, pertentangan lebih
dominan mewarnai hubungan mereka.[3]
[1]
Zakiah Daradjat, Perawatan Jiwa untuk
Anak-anak, Cet 2, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 356.
[2]
M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Cet 5,
(Jakarta: PT.Golden Trayon Press, 1994), hlm. 79-80
[3]
Pernyataan ini didasarkan pada tulisan Kinsley Davis, The Sociology of
Parent Youth Conflic sebagai dikutip oleh Willian J. Goode dalam, The
Family, Terj. Laila Honoum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 160.
0 Response to "SEBERAPA PENTING KEMITRAAN ORANG TUA DALAM MEMBINA ANAK?"
Post a Comment