AKHLAK
MULIA
Oleh: A. Mustofa
Bisri
قل ان كنتم تحبون الله فاتبعوني
يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم (ال عمران:٣١ )
“Katakanlah, jika
kamu benar menyintai Allah, ikutilah aku; maka Allah akan mencintaimu dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
Hampir semua orang
beragama mengaku menyintai Allah, tapi mungkin tidak terlalu banyak yang
berusaha mengikuti jejak RasulNya, kecuali dalam pengakuan.
Ini boleh jadi
karena keengganan untuk lebih mengenal Rasulullah SAW sebelum mengaku mengikuti
jejaknya.
Umumnya orang
merasa tidak punya waktu untuk membaca sunnah Rasulullah SAW agak sedikit
komplit. Umumnya, orang membaca, menulis, atau menyampaikan hadis Nabi Muhammad
SAW –bahkan Al-Quran—sebatas yang sesuai dengan kecenderungan mereka yang
bersangkutan. Hal ini tidak mengapa, asal tidak sampai meninggalkan atau
melewatkan nilai penting --apa pula yang terpenting-- dari nilai-nila mulia
Rasulullah SAW. Nilai yang apabila kita ikuti merupakan dakwah tersendiri yang
pasti tidak kalah dari dakwah-dakwah kreasi kita sendiri.
Dalam kesempatan
kali ini, saya akan tampilkan sifat utama Rasulullah SAW yang sesuai dengan
missi utamanya. Satu dan lain hal agar kita yang di muara ini dapat sedikit
melihat beningnya MataAir.
Seperti dinyatakan
oleh al-Quran sendiri dan persaksian para sahabat beliau, Panutan agung kita
Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang berakhlak sangat mulia. Imam Bukhari
meriwayatkan dari shahabat Anas r.a. yang berkata:
"لم يكن
رسول الله صلى الله عليه وسلم فاحشا ولا لعانا ولا سبابا
.."
“Rasulullah SAW
orangnya tidak keji dan kasar, tidak tukang melaknat, dan tidak suka mencaci..”
Imam Bukhari juga
meriwayatkan pernyataan Masruq r.a.yang mirip pernyataan Anas:
"لم يكن
رسول الله صلى الله عليه وسلم فاحشا ولا متفاخشا وانه كان يقول ان خياركم احاسنكم اخلاقا"
“Rasulullah SAW
bukanlah orang yang keji dan suka bicara kotor. Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya
orang-orang terbaik di antara kalian ialah orang-orang yang paling baik
pekertinya.”
Shahabat Anas yang
pernah meladeni Rasulullah SAW selama sepuluh tahun tidak pernah sekali pun
mendengar Rasulullah SAW membentaknya. (Lihat persaksiannya di Bukhari dan
Muslim).
Bahkan Imam
Bukhari meriwayatkan:
حدثنا محمد بن سلام اخبرنا عبد
الوهاب عن ايوب عن عبد الله بن ابي مليكة عن عائشة رضي الله عنها ان يهود اتوا
النبي صلى الله عليه وسلم فقال السام عليكم فقالت عائشة عليكم ولعنكم الله وغضب
الله عليكم قال مهلا يا عائشة عليك بالزفق واياك والعنف والفحش قالت اولم تسمع ما
قالوا؟ قال اولم تسمعي ما قلت رددت عليهم فيستجاب لي فيهم ولا يستجاب لهم في (وفي
رواية قال رسول الله: قد قلت وعليكم)
Orang-orang Yahudi
datang kepada Rasulullah SAW dan berkata “As-saamu ‘alaikum!” (bukan Assalaamu
‘alaikum), “Kematian bagimu!”. Sayyidatina ‘Aisyah pun menyahut: “Kematiaan juga
bagi kalian dan juga laknat Allah dan murka Allah!” Rasulullah SAW pun menegur:
“Tenang, ‘Aisyah; jagalah kelembutan, jangan kasar dan keji!” Sayyidatina
‘Aisyah masih menjawab: “Apakah Rasulullah tidak mendengar apa yang mereka
katakan?” Rasulullah bersabda: “Apakah kau tidak mendengar apa yang aku
katakan? Aku telah mengembalikan doa mereka kepada mereka (Rasulullah sudah
menjawab “wa’alaikum” yang artinya “bagi kalian juga”) doaku atas mereka
diijabahi dan doa mereka terhadapku tidak”.
Alangkah mulianya
akhlak Rasulullah! Sampai pun sikap buruk mereka yang membencinya, tidak mampu
membuat beliau meradang; bahkan menasehati isterinya agar tetap bersikap
lembut; tidak kasar dan keji.
Akhlak yang mulia
ini, sesuai benar dengan missi Rasulullah SAW seperti disabdakannya sendiri,
" انما
بعثت لاتمم صالح الاخلاق"
“Aku diutus
semata-mata untuk menyempurnakan kebaikan akhlak.” (Imam Ahmad dari Sa’ied bin
Manshur dari Abdul ‘Aziez bin Muhammad dari Muhammad bin ‘Ajlaan dari
al-Qa’qaa’ bin Hakiem dar Abi Shaleh dari Abu Hurairah).
Bandingkan akhlak
Rasulullah itu dengan banyak penganutnya yang gemar melaknat dan mencaci bahkan
terhadap saudaranya sendiri.
Sehebat apa pun
takwa orang Islam, pastilah tidak mungkin melebihi takwa Rasulullah SAW.
Menyamai saja tidak. Sebesar apa pun ghierah atau semangat beragama orang
Islam, pastilah tidak mungkin melebihi ghierah dan semangat beragamanya
Rasulullah SAW. Menyamai saja tidak. Hanya saja dalam ghierah dan semangat
beragama itu, dalam membela Allah dan agamaNya, Rasulullah SAW tidak mengikut
sertakan nafsunya. Boleh jadi nafsu inilah yang membedakan; nafsu inilah yang
membuat seolah-olah banyak muslim masa kini tampak lebih bersemangat dari
Rasulullah sendiri. Padahal tidak.
Seandainya umat
Islam mau meniru sifat mulia Rasul mereka itu dan mengikuti jejaknya, pastilah
banyak persoalan-persoalan keumatan, khususnya dalam pergaulan hidup mereka
sendiri, dapat dengan mudah teratasi.
Allahummahdinaa
fiiman hadaiTa..
SUMBER : GUSMUS.NET
0 Response to "AKHLAK MULIA"
Post a Comment