A. Perkembangan
Mental Stabil
1. Pengertian
Perkembangan Mental Stabil
Istilah
perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang telah dikatakan oleh
Van dan Daele "Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif". Ini
berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada
tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang atau peningkatan
kemampuan seseorang, melainkan suatu proses intergrasi dari banyak struktur dan
fungsi yang kompleks.[1]
Mental
adalah sesuatu yang menyinggung masalah pikiran, akal, ingatan atau
proses-proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan.[2]
Sedangkan
menurut Kartini Kartono dalam bukunya "Hygiene Mental" bahwa
yang dimaksud dengan mental adalah sesuatu yang berhubungan dengan fikiran,
akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan fikiran, akal dan ingatan..[3]
Sedangkan stabil adalah mantap,
kokoh dan tidak goyah.[4]
Jadi
perkembangan mental stabil adalah suatu deretan perubahan yang berkaitan dengan
pikiran, akal, ingatan yang berasosiasi terhadap pikiran, akal pikiran, akal
dan ingatan yang stabil dan menjadikan pikiran ini sehat secara jasmaniah dan
rohaniah.
Sebetulnya
pengertian mental stabil dengan pengertian kesehatan mental adalah sama cuma
beda pengistilahan bahasa saja, keduanya sama-sama membahas tentang bagaimana
membentuk mental yang sehat.
Adapun
pengertian mental hygiene atau kesehatan mental adalah ilmu yang
mempelajari masalah kesehatan mental atau jiwa, bertujuan mencegah timbulnya
gangguan atau penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau
menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.[5]
2. Aspek-Aspek Perkembangan
Mental Stabil
Anak usia
pra sekolah merupakan fase perkembangan individu 2 - 6 tahun. Ketika anak mulai
memiliki kesadaran tentang dirinya dan telah dapat mengenal hal-hal yang
dianggap berbahaya. Adapun aspek-aspek masa perkembangan mental stabil anak,
antara lain:
a. Perkembangan
Fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar
bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Pertumbuhan tubuh anak memungkinkan anak
untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisik dan ekplorasi terhadap
lingkungannya.
Anak-anak sudah mulai menyenangi
makanan yang jenisnya beragam, jumlah jam tidur mulai berkurang. Pada masa ini
anak sudah mulai mampu mengendalikan organ pembuangan kotoran.
Perkembangan fisik lainnya yaitu
pernafasan lebih lambat dan juga denyut jantung lebih lambat dan menetap.
Perkembangan fisik anak ditandai juga dengan berkembangnya kemampuan atau
keterampilan motorik baik kasar maupun halus. Untuk perkembangan fisik anak
sangat diperlukan gizi yang cukup dan seimbang.
b. Perkembangan Intelektual
Perkembangan kognitif pada usia ini yaitu anak sudah
mampu untuk menggunakan simbol-simbol (bahasa, kata-kata, benda, peristiwa),
anak berimajinasi tentang berbagai hal dengan menggunakan benda atau peristiwa.
Berimajinasi menggunakan benda misalnya anak bermain
kursi sebagai benda yang melambangkan mobil atau kereta. Berimajinasi
menggunakan peristiwa tampak dalam
permainannya bermain peran seperti perang-perangan, sekolah-sekolahan.
Pada masa pra sekolah cara berfikir anak masih dibatasi
oleh persepsinya, mereka cenderung menyakini apa yang dilihat, cara berfikirnya
masih kaku dan tidak fleksibel, masih terfokus pada keadaan awal dan akhir. [6]
c.
Perkembangan Emosional
Pada awal masa kanak-kanak, anak
cenderung terbawa emosi sehingga sulit untuk dibimbing dan diarahkan. Sebagian
emosi disebabkan oleh lamanya bermain, tidak mau tiur siang dan makan terlalu
sedikit.
Emosi yang tinggi kebanyakan disebabkan
oleh masalah psikologis dari pada masalah fisiologis. Orang tua hanya
memperbolehkan anak melakukan beberapa hal saja, padahal anak merasa mampu
melakukan banyak hal dan cenderung menolak larangan orang tua. Lebih penting
lagi, anak-anak yang diharapkan orang tuanya mencapai standar yang tidak masuk
akal akan lebih mengalami ketegangan emosional dari pada anak-anak yang orang
tuanya lebih realistis dalam menumpukan harapannya.
Beberapa jenis emosi yang berkembang
pada masa anak yaitu sebagai berikut :
1)
Takut
Perasaan terancam terhadap sesuatu
obyek yang dianggap membaayakan.
2) Cemas
Perasaan takut yang bersifat
hayalan, yang tidak ada obyeknya. Kecemasan muncul mungkin dari situasi-situasi
yang dihayalkan berdasarkan pengalaman yang diperoleh baik dari perlakuan orang
tua, buku/komik atau film.
3) Marah
Perasaan tidak senang, benci baik
pada diri sendiri atau orang lain untuk obyek tertentu yang diwujudkan dalam
bentuk Verbal (kata-kata kasar/makian) dan Non Verbal (mencubit, memukul).
Perasaan marah merupakan reaksi terhadap situasi frustasi yang dialaminya,
yaitu kecewa, tidak senang karena adanya hambatan terhadap pemenuhan
keinginanya.
4) Cemburu
Perasaan tidak senang terhadap orang
lain yang dipandang telah merebut kasih sayang miliknya.
5) Kegembiraan
Perasaan
yang positif , nyaman karena terpenuhi keinginannya.
6) Kasih Sayang
Perasaan senang untuk memberikan
perhatian/perlindungan terhadap orang lain, hewan/benda.
7) Phobi
Perasaan takut trhadap obyek yang
tidak patut diketahui, misalnya : takut dengan kecoa, takut air.
8) Ingin Tahu
Perasaan ingin mengenal, mengetahui
segala sesuatu baik fisik/non fisik. Perasaan ini ditandai dengan banyak
mengajukan pertanyaan.
d. Perkembangan Bahasa
Selama masa awal kanak-kanak, anak-anak memiliki
keinginan yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan karena dua hal,
yaitu :
1) Belajar
berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi. Anak-anak yang lebih mudah
berkomunikasi dengan teman sebaya akan lebih mudah mengadakan kontak sosial dan
lebih mudah diterima sebagai anggota kelompok dari pada anak-anak yang
komunikasinya terbatas.
2) Berbicara
merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi banyaknya anak berbicara antara lain :
a) Intelegensi :
Semakin cerdas anak, semakin cepat keterampilan berbicara dikuasai sehingga
semakin cepat dapat berbicara.
b) Jenis Disiplin
: Anak yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah akan lebih banyak berbicara
dari pada anak-anak yang orang tuanya terlalu disiplin.
c) Posisi Urutan :
Anak pertama didorong untuk lebih banyak bicara dari pada adiknya dan orang tua
lebih mempunyai banyak waktu untuk berbicara dengan adiknya.
d) Penggolongan
peran sek : Anak laki-laki diharapkan lebih sedikit berbicara dari anak
perempuan.
e.
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial masa awal
kanak-kanak pada anak sudah nampak jelas. Mereka sudah mulai aktif berhubungan
dengan teman sebaya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada masa awal kanak-kanak
adalah :
1) Anak mulai
mengetahui aturan baik dilingkungan keluarga atau teman bermain.
2) Sedikit demi
sedikit sudah mulai tunduk pada peraturan.
3) Anak mulai
menyadari hak atau kepentingan orang lain.
4) Anak mulai
dapat bermain dengan teman sebaya.
f.
Perkembangan Bermain
Masa awal kanak-kanak atau pra
sekolah dapat disebut juga sebagai masa bermain. Bermain disini adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memproleh kesenangan.
Ada beberapa macam permainan anak,
yaitu :
1) Permainan
fungsi (permainan gerak) misalnya, lari, loncat, bermain bola.
2) Permainan
fiksi, seperti main perang-perangan, dagang-dagangan.
3) Permainan
apresiasi, misalnya mendengar dongeng, melihat gambar.
4) Permainan
membentuk (kontruksi) misalnya, membuat kapal-kapalan, rumah.
5) Permainan
prestasi misalnya, sepak bola, bola basket.
Secara
psikologis dan pedagogis bermain punya
nilai berharga bagi anak, diantaranya :
1) Anak memperoleh
perasaan senang, bangga (peredaan ketegangan).
2) Mengembangkan
sikap percaya diri, tanggung jawab dan kerjasama.
3) Mengembangkan
daya fantasi/kreativitas.
4) Mengenal
norma/aturan dalam kelompok dan belajar mentaati.
5) Memahami baik
dirinya atau orang lain punya kelebihan dan kekurangan.
6) Mengembangkan
sikap sportif, tenggang rasa dan toleransi.
g.
Perkembangan Moral
Perkembangan moral pada awal masa
kanak-kanak masih dalam tingkat yang rendah. Hal ini disebabkan karena
perkembangan intelektual anak-anak belum mencapai titik di mana ia dapat
mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abtrak tentang benar benar dan salah.
Ia tidak punya dorongan mengikui peraturan karena tidak mengerti manfaatnya
sebagai anggota kelompok sosial.
Pada masa ini anak-anak berorientasi
patuh dan hukuman dalam arti ia mulai benar salahnya perbuatan berdasarkan
akibat-akibat fisik dari perbuatan itu, biasa anak melakukan/patuh pada
peraturan agar memperoleh pujian dari lingkungan sosialnya.
Pada saat mengenalkan konsep baik
dan buruk, salah dan benar atau menanamkan disiplin pada anak, harus juga
memberikan penjelasan tentang alasannya. Penanaman disiplin dengan disertai
alasan diharapkan akan mengembangkan Self Control (kemampuan
mengendalikan diri) dan mengembangkan Self Discipline (mendisiplinkan
diri berdasarkan kesadaran sendiri) pada anak. [7]
h.
Perkembangan Kepribadian
Anak sudah mulai menemukan bahwa
tidak setiap keinginannya dipenuhi orang lain, memperhatikan kepentingannya.
Pertentangan antara kemampuan diri dan tuntutan lingkungannya dapat
mengakibatkan ketegangan dalam diri anak, sehingga tidak jarang anak meresponnya
dengan sikap membandel atau keras kepala.
Pada masa ini, perkembangan
kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan dan tanggung jawab. Oleh karena
itu agar tidak berkembang sikap bandel
anak yang kurang terkontrol pihak orang tua perlu menghadapi secara bijaksana,
penuh kasih sayang dan tidak bersikap keras.
i.
Perkembangan Kesadaran Beragama
Kesadaran beragama pada usia ini
ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Sikap
keagamaannya bersifat menerima meskipun banyak bertanya.
2) Penghayatan
secara rohaniah masih belum mendalam meskipun mereka telah berprestasi dalam
berbagai ritual keagamaan.
3) Hal ketuhanan
dipahami menurut hayalan pribadinya sesuai taraf berpikirnya yang memanang
segala sesuatu dari sudut dirinya.
Pengetahuan anak tentang agama terus
berkembang berkat mendengarkan ucapan orang tua, melihat sikap orang tua dalam
mengamalkan ibadah, pengalaman meniru perbuatan dan ucapan orang tuanya.
Menanam nilai-nilai agama pada masa
ini sangat penting karena pada umur pra sekolah adalah umur yang paling subur
untuk menanamkan rasa agama kepada anak, umur penumbuhan kedewasaan, kebiasaan
yang sesuai dengan ajaran agama melalui permainan dan perlakuan dari orang tua
dan guru.[8]
3. Ruang
Lingkup Perkembangan Mental Stabil
Kalangan
ahli-ahli kesehatan mental (mental hygienits) memberikan batasan bahwa
ruang lingkup kesehatan mental itu adalah 1). Pemeliharaan dan promosi
kesehatan mental individu dan masyarakat, dan 2). Prevensi dan perawatan
terhadap penyakit dan kerusakan mental. Secara garis besar ruang lingkup kerja
kesehatan mental itu mencakup hal-hal berikut:
a. Promosi
kesehatan mental, yaitu usaha-usaha peningkatan kesehatan mental. Usaha ini
dilakukan berangkat dari pandangan bahwa kesehatan mental bersifat kualitatif
dan kontinum dan dapat ditingkatkan sampai batas optimal.
b. Prevensi
primer, adalah usaha kesehatan mental untuk mencegah timbulnya gangguan dan
sakit. Usaha ini dilakukan sebagai proteksi terhadap kesehatan mental
masyarakat agar gangguan dan sakit mental itu tidak terjadi.
c. Prevesi
sekunder, adalah usaha kesehatan mental menemukan kasus dini (early case
ditection) dan penyembuhan secara cepat (prompt treatment) terhadap
gangguan dan sakit mental. Usaha ini dilakukan untuk mengurangi durasi gangguan
dan mencegah jangan sampai terjadi cacat pada seseorang atau masyarakat.
d.
Prevensi tersier, merupakan usaha rehabilitasi awal
yang dapat dilakukan terhadap orang yang mengalami gangguan dan kesehatan
mental. Usaha ini dilakukan untuk mencegah diasabilitas atau ketidakmampuan,
jangan sampai mengalami kecacatan yaitu kecacatan menetap.
Atas dasar
ini maka ruang lingkup mempelajari kesehatan mental tidak saja berhubungan
dengan perawatan kesehatan individu (indivudual health care) tetapi juga
pelayanan kesehatan kemasyarakatan (community health care), dan justru
pelayanan kesehatan masyarakat ini menjadi fokus utama dalam kesehatan mental.[9]
4. Prinsip Dasar
Perkembangan Mental Stabil
Menurut Moeljono Notosoedirjo dalam
bukunya "Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan", ada lima belas
prinsip yang harus diperhatikan untuk memahami kesehatan mental. Prinsip ini
berguna dalam upaya pemeliharaan peningkatan kesehatan mental serta pencegahan
terhadap gangguan-gangguan mental. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip yang
didasarkan atas sifat manusia, meliputi:
1) Kesehatan dan
penyesuaian mental memerlukan atau bagian yang tidak terlepas dari kesehatan
fisik dan integritas organisme.
2) Untuk
memelihara kesehatan mental dan penyesuaian yang baik, perilaku manusia harus
sesuai dengan sifat manusia sebagai pribadi yang bermoral, intelektual,
religius, emosional dan sosial.
3) Kesehatan dan
penyesuaian mental memerlukan integrasi dan pengendalian diri, yang meliputi
pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat, emosi dan perilaku.
4) Dalam
pencapaian dan khususnya memelihara kesehatan dan penyesuaian mental,
memperluas pengetahuan tentang diri sendiri merupakan sesuatu keharusan.
5) Kesehatan
mental memerlukan konsep diri yang sehat, yang meliputi: penerimaan diri dan
usaha yang realistik terhadap status atau harga dirinya sendiri.
6) Pemahaman diri
dan penerimaan diri harus ditingkatkan terus menerus memperjuangkan untuk
meningkatkan diri dan realisasi diri jika kesehatan dan penyesuaian mental
hendak dicapai.
7) Stabilitas
mental dan penyesuaian yang baik memerlukan pengembangan terus-menerus dalam
diri seseorang mengenai kebaikan moral yang tertinggi, yaitu: hukum,
kebijaksanaan, ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri, kerendahan hati, dan
moral.
8) Mencapai dan
memelihara kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada penanaman dan
perkembangan kebiasaan yang baik.
9) Stabilitas dan
penyesuaian mental menurut kemampuan adaptasi, kapasitas untuk mengubah
meliputi mengubah situasi dan mengubah kepribadian.
10) Kesehatan dan
penyesuaian mental memerlukan perjuangan yang terus menerus untuk kematangan
dalam pemikiran, keputusan, emosionalitas dan perilaku.
11) Kesehatan dan
penyesuaian mental memerlukan belajar mengatasi secara efektif dan secara sehat
terhadap konflik mental dan kegagalan dan ketegangan yang ditimbulkannya.
b.
Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan
lingkungannya, meliputi:
1) Kesehatan dan
penyesuaian mental tergantung kepada hubungan interpersonal yang sehat,
khususnya di dalam kehidupan keluarga.
2) Penyesuaian
yang baik dan kedamaian pikiran tergantung kepada kecukupan dalam kepuasan
kerja.
3) Kesehatan dan
penyesuaian mental memerlukan sikap yang realistik yaitu menerima realitas
tanpa distorsi dan objektif.
c.
Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan
Tuhan, meliputi:
1) Stabilitas
mental memerlukan seseorang mengembangkan kesadaran atas realitas terbesar
daripada dirinya yang menjadi tempat bergantung kepada setiap tindakan yang
fundamental.
2)
Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan
hubungan yang konstan antara manusia dengan Tuhannya.[10]
Sedangkan
menurut Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul "Hygiene
Mental" mengatakan ada beberapa prinsip pokok yang mendasari kesehatan
mental, antara lain adalah:
a. Pemenuhan
Kebutuhan Pokok
Setiap
individu selalu memiliki dorongan-dorongan dan kebutuhan-kebutuhan pokok yang
bersifat organis (fisis dan psikis) dan yang bersifat sosial.
Kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan itu menuntut pemuasan. Timbullah
ketegangan-ketegangan dalam usaha pencapaiannya. Ketegangan cenderung menurun
jika kebutuhan-kebutuhan terpenuhi, dan cenderung naik/ makin banyak, jika
mengalami frustasi atau hambatan-hambatan.
b. Kepuasan
Setiap
orang menginginkan kepuasan, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat
psikis. Dia ingin merasa kenyang, aman terlindung, ingin puas dalam hubungan
seksnya, ingin mendapat simpati dan diakui harkatnya. Pendeknya, ingin puas di
segala bidang. Lalu timbullah sense of importancy dan sense of
mastery, (kesadaran nilai dirinya
dan kesadaran penguasaan) yang memberi rasa senang, panas dan bahagia.
c. Posisi dan
Status Sosial
Setiap
individu selalu berusaha mencari posisi sosial dan status sosial dalam
lingkungannya. Tiap manusia membutuhkan cinta kasih dan simpati. Sebab cinta
kasih dan simpati menumbuhkan rasa diri aman/ assurance, keberanian dan
harapan-harapan di masa mendatang. Orang lalu menjadi optimistis dan bergairah
karenanya. Individu-individu yang mengalami gangguan mental, biasanya merasa
dirinya tidak aman, merasa senantiasa dikejar-kejar dan selalu dalam kondisi
ketakutan. Dia tidak mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan pada hari
esok; jiwanya senantiasa bimbang dan tidak imbang.[11]
5. Faktor-Faktor
yang Menyebabkan Ganguan Mental Stabil
Secara
sederhana, gangguan mental dimaknakan sebagai tidak adanya atau kekurangannya
dalam hal kesehatan mental. Dari pengertian ini, orang yang menunjukkan kurang
dalam hal kesehatan mentalnya, maka dimasukkan sebagai orang yang mengalami
gangguan mental.
Ada juga
yang mengatakan bahwa gangguan mental dimaknakan sebagai adanya penyimpangan
dari norma-norma perilaku, yang mencakup pikiran, perasaan dan tindakan.
A. Scott
mengelompokkan ada enam macam kriteria atau faktor-faktor yang menyebabkan
gangguan mental, yaitu:
a.
Gangguan mental karena memperoleh pengobatan psikiatris
Orang yang
terganggu mentalnya adalah orang yang memperoleh pengobatan (treatment)
psikiatris. Pengertian ini lebih menekankan pada pasien-pasien yang memperoleh
perawatan di rumah sakit tidak dianggap sebagai orang yang mengalami gangguan
mental.
b.
Salah penyesuaian sebagai gejala sakit mental
Penyesuaian
seseorang berkaitan dengan kesesuaian seseorang dengan norma-norma sosial atau
kelompok tertentu. Perilaku seseorang dapat sesuai atau tidak sesuai dengan
norma masyarakat atau kelompok. Jika perilakunya sesuai dengan norma masyarakat
berarti dia dapat melakukan menyesuaikan sosial, tetapi jika perilakunya
bertentangan dengan norma kelompok atau masyarakat maka dia tidak dapat melakukan
penyesuaian sosial.
c.
Diagnosis sebagai kriteria sakit mental
Dibandingkan
dengan cara-cara sebelumnya, kriteria diagnosis lebih obyektif. Hanya saja,
jika kriteria yang digunakan tidak menggunakan prosedur diagnostik yang kurang
standar, maka akan mempengaruhi validitasnya. Selain itu, juga metode survei
yang digunakan.
d.
Sakit mental menurut pengertian subjektif
Sehat dan
sakit diketahui melalui pemahaman atau pengakuan subjektif. Dalam hal ini sakit
mental itu sebagai suatu pengalaman subjektif bagi seseorang. Jika seseorang
merasa mengalami gangguan, maka dia sebenarnya tidak sehat mentalnya, tetapi
jika tidak merasa mengalami gangguan maka sehatlah dia.
e.
Sakit mental jika terdapat simptom psikologis secara
objektif
Pada
setiap gangguan mental terdapat simptom-simptom atau gejala psikologis
tertentu. Gejala-gejala itu berdasarkan kriteria yang ditetapkan jika terdapat
pada seseorang maka dijadikan sebagai indikasi adanya gangguan mental padanya.
f.
Kegagalan adaptasi secara positif
Seseorang
yang gagal dalam adaptasi secara positif dikatakan mengalami gangguan mental.
Adaptif ini berbeda dengan penyesuaian sosial, karena adaptif lebih aktif dan
didasarkan atas kemampuan pribadi sekaligus melihat konteks sosialnya.
Pengertian ini sangat konseptual dan sangat dioperasionalkan.[12]
B. Pendidikan
Agama Islam
1. Pengertian
Pendidikan Agama Islam
Sebelum
penulis mengetengahkan Pendidikana Agama Islam terlebih dahulu akan penulis
kemukakan beberapa pendapat ahli tentang pendidikan secara umum sebagai
berikut:
a. Menurut
Soeganda Poerbakatwaja
Pendidikan dalam arti yang luas
meliputi semua erbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan
pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta ketrampilannya kepada generasi
muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik
jasmaniah maupun rohaniah.[13]
b. Menurut Ahmad
D. Marimba
Pendidikan
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama.[14]
c.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan
Pendidikan
bukanlah sekedar upaya memanusiakan manusia, tetapi dengan jelas dan rinci ia
menyebutkannya sebagai upaya membina mental, melahirkan generasi, membina umat
dan budaya serta memberlakukan prinsip-prinsip kemuliaan dan peradaban.[15]
d. Menurut HM.
Arifin
Hakekat
pendidikan adalah suatu usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan
mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik dalam bentuk
pendidikan formal dan non formal.[16]
e. Menurut John
Brubacher
“Education is the organized and
quitment of human being, moral intelectual and physical, by and fortheir
individual andsocial used, directed to ward the union of these activities with
their creater as their final and.”[17]
Artinya: Pendidikan adalah
perkembangan peserta didik berupa akhlak, kecerdasan, jasmani yang bermanfaat
baik oleh dirinya sendiri maupun oleh masyarakat, dengan aktifitas yang terpadu
sesuai dengan tujuan pendidikan.
Setelah
penulis mengetengahkan pendapat beberapa ahli tentang pendidikan secara umum
penulis ketengahkan pengertian pendidikan Islam atau lebih tegasnya pendidikan
agama Islam.
Menurut AD. Marimba:
“Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama
Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[18]
Sedangkan yang dimaksud
dengan dengan kepribadian yang utama ialah kepribadian muslim, yaitu
kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan
nilai-nilai Islam.
Dari
beberapa pendapat tersebut jelaslah kiranya bahwa pendidikan agama islam adalah
merupakan suatu usaha yang sangat penting secara sadar dan ikhlas menuju
terbentuknya kepribadian anak yang utama yaitu muslim yang benar-benar
bertaqwa. Pendidikan agama islam tidak hanya tertuju pada setiap jiwa, sehingga
setiap bagian jiwa itu mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana yang dikehendaki
oleh Allah SWT. Oleh karena itu tanpa adanya Pendidikan Agama Islam generasi
berikutnya akan jauh dari derajat muttaqin.
Jika kita
renungkan, syariat Islam tidak dapat dihayati dan diamalkan kalau hanya
diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan, karena
pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja tetapi juga praktis.[19]
Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam harus menyangkut manusia seutuhnya, ia
tidak hanya membekali anak didik dengan pengetahuan atau mengembangkan
intelektual anak didik saja dan tidak pula mengisi agama saja. Namun ia
menyangkut keseluruhan diri pribadi anak didik mulai dari latihan-latihan
(amaliyah) sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, sampai pada
pengenalan-pengenalan dan pengertian-pengertian terhadap ajaran agama, baik
yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia
dengan alam dan manusia dengan dirinya sendiri.
2. Dasar
Pendidikan Agama Islam
Setiap
usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus
mempunyai dasar atau landasan yang kuat. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan
tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan.
Dasar
Pendidikan Agama Islam antara lain:
a. Dasar
Religius
Pendidikan
Agama Islam merupakan usaha untuk mewujudkan insan kamil, muslim sejati dan
hidup untuk mengabdi kepada Allah, maka dasar dari Pendidikan Agama Islam
adalah al-Qur'an dan Hadits.
1) Al-Qur'an
Al-Qur'an
merupakan dasar yang pertama dan utama bagi Pendidikan Agama Islam yang
menyebutkan dan mengandung tentang pendidikan dan pengajaran yang berhubungan
dengan segala kebutuhan manusia baik jasmani maupun rokhani serta urusan dunia
dan akhirat. Adapun ayat yang menunjukkan tentang pentingnya Pendidikan Agama
Islam, yaitu:
إن هذاالقرأن يهدى للتى هى اقوم
ويبشرالمؤمنين الذين يعملون الصالحات أن لهم اجرا كبيرا (الاسراء: ٩)
Artinya : "Sesungguhnya
al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi
kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar". (QS. Al-Isra': 9).[20]
Ayat ini
menjelaskan bahwa tujuan al-Qur'an adalah memberi petunjuk kepada umat manusia.
Tujuan ini hanya akan tercapai dengan akidah-akidah yang benar dan akhlak yang
mulia serta mengarahkan tingkah laku mereka pada perbuatan yang baik.
2)
Hadits
Dasar Pendidikan
Agama Islam yang kedua adalah hadits. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda:
بلغوا عني ولوايه (رواه البخاري)
Artinya : "Sampaikanlah dari
padaku walaupun satu ayat". (HR. Imam Bukhari).[21]
Berdasarkan
uraian di atas, membuktikan bahwa pendidikan sangat penting dilakukan terutama
terhadap anak yang mulai berkembang agar pendidikan anak menjadi terarah dan
terkontrol sesuai dengan tuntunan agama Islam.
b. Dasar Hukum
Dasar
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dari peraturan perundang-undangan yang
secara langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan yang
baik di lembaga formal maupun non formal. Adapun dasar hukumnya sebagai
berikut:[22]
1)
Dasar Idiil : Dasar falsafah negara RI yaitu Pancasila,
di mana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung
pengertian bahwa seluruh warga negara Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
2)
Dasar Konstitusional : Dasar dari Undang-Undang Dasar
1945 Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2.
3)
Dasar Operasional : UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
- Ketetapan MPR,
Nomor IV/MPR/1998, tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
c. Dasar Sosial
Psikologis
Pada dasarnya
manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang
disebut agama. Mereka akan merasakan
bahwa di dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha
Kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan.
Mereka akan
merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekatkan diri dan
mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Karena itu manusia akan selalu berusaha
untuk mendekatkan dirinya kepada Allah. Jadi fitrah manusia, kejiwaan manusia
cenderung membutuhkan tuntunan dalam rangka mengabdi kepada Allah. Oleh karena
itu, Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan untuk menuntun manusia mengabdi
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Tujuan
Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam ialah
kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh
ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam al-Qur'an disebuit "Muttaqin".
Karena itu pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa.[23]
Sedangkan Pendidikan Agama Islam
pada sekolah dasar bertujuan memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang
agama Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta akhlak mulia sebagai pribadi,
anggota masyarakat dan warga negara serta untuk mengikuti pendidikan pada
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.[24]
Pada
dasarnya tujuan pendidikan agama Islam hanya satu, yaitu menjadikan anak
menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah dan berkepribadian menjadi
khalifah yang baik di bumi namun dalam pelaksanaannya tidak dapat dijangkau
sekaligus. Oleh karena itu perlu adanya pertahapan tujuan yang saling terkait
selama tujuan terakhirnya belum tercapai. Berangkat dari kenyataan ini maka
tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dibagi menjadi empat:
a. Tujuan Umum
Tujuan
umum pendidikan agama Islam adalah selaras dengan pandangan Islam terhadap
manusia sebagai khalifah Allah di bumi yang mampu melaksanakan sesuatu sesuai
dengan nilai-nilai Islam dan sesuai pula dengan tempat dimana ia berada.
Berangkat dari tujuan umum ini maka
tujuan umum pendidikan agama Islam di Indonesia mempunyai tanggung jawab ikut
menunjang tujuan umum pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila.[25]
b. Tujuan
Sementara
Tercapainya
tujuan pendidikan harus melalui beberapa fase atau tingkatan tingkatan dengan
jalan menyajikan bahan-bahan tertentu. Maka setiap fase yang dapat dicapai
dalam rangka menuju tujuan terakhir adalah tujuan sementara.
Tujuan
sementara ini sering dikatakan sebagai tujuan yang belum disempurnakan misal.
Tujuan sementara dari pribadi muslim yang berakhlak diharapkan sudah nampak
dalam bentuk sederhana pada pribadi anak.
c. Tujuan
Insidentil
Tujuan
insidentil adalah merupakan tujuan sejenak dan tetap mempunyai hubungan dengan
tujuan akhir.
Contohnya pada pelajaran sholat
mempunyai tujuan:
-
Mengetahui syarat dan rukun sholat
-
Dapat melakukan sholat dengan baik.
-
Mengetahui macam-macam sholat wajib.
d. Tujuan Akhir
Tujuan
akhir Pendidikan Agama Islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap muslim.
Yaitu menjadi manusia muslim yang bertaqwa
dan berkepribadian menjadi khalifah yang baik di bumi.[26]
Tujuan
terakhir Pendidikan Agama Islam tersebut didasarkan pada firman Allah:
ياايها
الذين امنوا إتقوا الله حق تقاته ولا تمو تن الا وانتم مسلمون.
Artinya : "Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya taqwa kepadanya. Dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam".[27]
واذقال ربك للملا ؤكة إنى جاعل فى الارض
جليفة.
Artinya : "Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada malaikat: sesungguhnya aku tidak menjadikan seorang
khlaifah di muka bumi".[28]
وهوالذجعلكم خلائف الارض رفع بعضكم فوق بعض
درجت ليبلوكم فى ما اتكم ان ربك سريع العقاب.
Artinya : "Dan dialah yang
menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebagian kamu di
atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tetntang apa yang
diberikannya kepadamu. Sesungguhnya tuhanmu amat sangat cepat siksanya, dan
sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang". [29]
Pengertian
khalifah pada ayat tersebut adalah sebagai berikut:
اى
قوما يخلف بعضهم بعضا قوما بعضا قوم جيلا بعد جيل.
Artinya : “Kaum yang
mengganti/meneruskan perjuangan kaum sebelumnya, pergantian kurun lama dengan
kurun waktu berikutnya, penggantian angkatan lama oleh angkatan sesudahnya”.
[30]
4. Fungsi
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah
berfungsi sebagai:
a.
Pengembangan
Yaitu
meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Allah SWT yang telah ditanamkan
dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkannya lebih lanjut dalam diri siswa melalui bimbingan,
pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b.
Penyaluran
Yaitu
menyalurkan siswa yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat
tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.
c.
Perbaikan
Yaitu
memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan
siswa dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
d.
Pencegahan
Yaitu
menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
e.
Penyesuaian
Yaitu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
f.
Sumber Nilai
Yaitu
memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
g.
Pengajaran
Yaitu menyampaikan pengetahuan
keagamaan yang fungsional.[31]
5. Ruang
Lingkup Pengajaran Pendidikan Agama Islam
a. Ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam mencakup usaha mewujudkan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara:
1)
Hubungan manusia dengan Allah SWT.
2)
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
3)
Hubungan manusia dengan sesama manusia.
4)
Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan.
b.
Bahan
pengajaran Pendidikan Agama Islam, meliputi 7 unsur pokok, yaitu:
1)
Keimanan.
2)
Ibadah.
3)
Al-Qur'an.
4)
Akhlak.
5)
Muamalah.
6)
Syariah.
7)
Tarikh.
Pada
Sekolah Dasar tekanan diberikan kepada empat unsur pokok yaitu Keimanan,
Ibadah, al-Qur'an dan Akhlak. [32]
[4]Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1995, hlm. 961
[6]Syamsu
Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosda Karya,
Bandung. 2001, hal. 87-90
[8] M.
Dalyono, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 55
[9] Moeljono Notosoedirjo,
Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan, Penerbit Universitas Muhammadiyah
Malang, Malang, 2001, hlm. 21
[16] H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan
Agama Dilingkungan Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hlm.
14
[17] John S. Brubacher, Modern Philosophies of
Education, MC. Graw-Hill Book Company, New York, 1969, hlm. 371.
[20] Al-Qur'an surat al-Isra' ayat 9, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Penafsiran al-Qur'an, al-Qur'an dan Terjemahnya, Depag RI,
Jakarta, 1997, hlm. 425-426.
[22]Sholikatun, Korelasi Prestasi Belajar Pendidikan
Agama Islam (PAI) dengan Pengembangan Akhlak Siswa MTs. Tarbiyatul Mubtadi'in
Wilalung Gajah Demak Tahun Ajaran 2003/2004, Skripsi, STAIN Kudus, Kudus,
2005, hlm. 19
[23]Zakiyah Daradjat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama
Islam, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. II, 2001, hlm. 72
[25] Muhtarom, H.M., Ilmu Pendidikan Islam,
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1987, hlm. 40
[30] Al Imam Al Jalil Al Hafidz Imamuddin Abil Fida’
Ismail bin Katsir Al Qurasyi Addimsyiqi, Juz Awwal, hlm. 69.
0 Response to "PERKEMBANGAN MENTAL STABIL DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM"
Post a Comment