METODE PENGAJARAN DAN KREATIFITAS ANAK

METODE PENGAJARAN DAN KREATIFITAS ANAK

 

A.    Metode Pengajaran

1.      Pengertian Metode Pengajaran
Dalam proses atau interaksi belajar sudah ditentukan tujuan yang akan dicapai, sebagai langkah berikutnya adalah memilih metode.
Pengertian Metode
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep sistematis.[1]
Dalam pengertian lain, metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan pada suatu approach.[2]
Sedangkan menurut Prof. Dr. Winarno Surahmad, cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.[3] Lebih lanjut ditulis bahwa hal itu berlaku bagi guru (metode mengajar) maupun bagi murid (metode belajar). Di sini tampaknya beliau lebih menekankan pada fungsi metode dari pada pengertiannya. Mestinya harus berbeda antara alat dengan metode. Pengertian yang lebih jelas mengenai metode mengajar adalah sebagai berikut :
هناك معنيان اللفظ : طريقة التدريس معنى ضيق المقصود به توصيل المعلومات, ومعنى واسع شامل وهو اكتساب المعلومات مضافا اليه وجهات نظر وعادات فى التفكير وغيرهما
Artinya :
Metode mengajar mempunyai dua arti, arti sempit bahwa yang dimaksud dengan metode mengajar adalah cara penyampaian pengetahuan-pengetahuan. Dan arti luas, memperoleh pengetahuan-pengetahuan yang didasarkan pada pandangan dan mengarahkan pandangan serta kebiasaan dalam berpikir dan sebagainya.[4]

Pengertian itu ternyata diilhami suatu asumsi dan pandangan bahwa mengajar adalah menyampaikan pengertikan pada anak. Dengan demikian kurang tepat apabila pandangan tentang mengajar sudah berubah.
Metode dapat diartikan sebagai cara untuk menyampaikan mata pelajaran kepada anak didik (peserta didik). Adapun makna pokok yang terkandung dalam pengertian metode itu sendiri antara lain:
(a)   Metode pendidikan adalah cara yang digunakan untuk menjelaskan materi pendidikan kepada anak didik.
(b)   Cara yang digunakan merupakan cara yang tepat guna untuk menyampaikan materi pendidikan tertentu idalam kondisi tertentu.
(c)    Melalui cara itu diharapkan materi yang disampaikan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik.
Mengacu kepada kepentingan tersebut, maka metode yang paling tidak harus disesuaikan dengan materi, kondisi dan keadaan anak didik. Karena itu metode yang digunakan dapat bervariasi. Suatu metode mungkin dinilai baik untuk materi dan kondisi tertentu. Tapi sebaliknya, kurang tepat diguakan pada penyampaian materi yang berbeda dan suasau yang berlainan.[5]
Dalam berbagai pengertian metode tersebut dapat disimpulka bahwa metode mengajar adalah cara yang sistematis dan pragmatik berupa rencana menyeluruh dan teratur yang didasarkan pada suatu approach berfungsi untuk mencapai tujuan pengajaran dengan memperhatikan segi berfikir anak dan pandangan mereka.
Dalam dunia pengajaran bahasa, salah satu segi yang sering disoroti adalah metode. Sukses tidaknya suatu pengajaran sering dinilai dari segi metode yang dipakai.
Namun sementara orang ada yang berpendapat dan mengatakan bahwa metode itu tidak penting, yang penting adalah kemampuan belajar dan kualitas anak. Ada pula yang berpendapat bahwa metode itu hanya sekedar alat saja, akan tetapi gurulah yang paling penting dan menentukan.
Terlepas dari masalah tersebut, penulis berpendapat bahwa semua faktor tersebut adalah penting, namun faktor mana yang perlu mendapat perhatian banyak.
Di dalam menggunakan satu atau beberapa metode, syarat-syarat berikut ini harus selalu diperhatikan :[6]
1.      Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif,  minat atau gairah belajar murid.
2.      Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian murid.
3.      Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi ekspresi yang kreatif dari kepribadian murid.
4.      Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang keinginan murid untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan).
5.      Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6.      Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat meniadakan penyaji yang bersifat verbalistis dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
7.      Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Model-model Pengajaran
Model-model mengajar (teaching models) adalah blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran.[7] Cetak biru (blue print) ini lazimnya dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar.
Dalam sebuah model mengajar biasanya terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah (syntax) yang relatif tetap pada pasti untuk menyajikan materi pelajaran secara berurutan. Oleh karena itu, sebuah model mengajar dapat dianggap sebagai teori mini yang bersifat mekanis dalam arti berjalan secara tetap seperti mesin.
Kumpulan atau set model mengajar yang diannp komprehensif, menurut Tandif (1989) adalah set model yang dikembangkan oleh Bruce’ Joyce dan Marsha Weil dengan kategori sebagai berikut : 1) model information processing, 2) model personal, 3) model social, 4) model behavioral.

a.      Model Information Processing (Tahapan Pengolahan Informasi)
Information processing adalah sebuah istilah kunci dalam psikologi kognitif yang akhir-akhir ini semakin mendominasi sebagian besar upaya riset dan pembahasan psikologi pendidikan.
Information processing sebagai sebuah rumpun model-model mengajar dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar ranah cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi seoptimal mungkin.[8]
Di antara model-model mengajar yang termasuk kategori information processing adalah metode peningkatan kapasitas berfikir. Penerapan model peningkatan kapasitas berfikir diarahkan pada pengembangan-pengembangan sebagai berikut :
1.      Daya cipta akal siswa
2.      Berfikir kritis siswa
3.      Penilaian mandiri siswa / dan juga pengembangan
4.      Sosial-emosional siswa (perasan kemasyarakatan) sebagai salah satu fenomena ranah rasa siswa.
Setelah guru mempersipakan segala sesuatu yang mendukung penyajiannya seperti alat peraga, buku, sumber dan sebagainya. Ia harus siap melaksanakan tiga macam sintaks model. Sintaks-sintaks ini ini biasanya ditempuh dengan menggunakan metode diskusi dan pemberian tugas yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Langkah Konfontrasi
Pada tahap pertama proses belajar mengajar guru perlu mengkonfrontasikan atau menghadapkan para siswa pada situasi yang menentang, penuh teka-teki dan terkadang tak masuk akal.[9] Caranya ialah dengan mengajukan masalah yang pelik (tapi relevan dengan materi pelajaran) dan masih setara dengan perkembangan ranah cipta siswa.
2.      Langkah Inquiry
Langkah kedua ini (inquiry) merupakan proses penggunaan intelek siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep ke dalam sebuah tatanan yang menurut siswa tersebut penting (Barlow, 1985).[10] Selama proses inquiry guru perlu memberi peluang kepada para siswa baik sebagai individu maupun kelompok supaya lebih banyak mengembangkan kreatifitas sendiri dalam memecahkan masalah.
3.      Langkah Transfer
     Pada tahap terakhir ini diharapkan kemampuan-kemampuan ranah cipta dan rasa (sosio-emosional) yang sudah dimiliki para siswa dapat mempermudah penyelesaian tugas-tugas pembelajaran selanjutnya.

b.     Model Personal (Pengembangan Pribadi)
    Rumpun model personal pada umumnya berorientasi pada pengembangan pribadi siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosionalnya. Model ini lebih ditekankan pada pembentukan dan pengorganisasian realitas kehidupan lingkungan dan kehidupan yang khas / unik. Diharapkan, dengan menggunakan model ini proses belajar mengajar dapat menolong siswa dalam mengembangkan sendiri hubungan yang produktif dengan lingkungannya.
Di antara sekian banyak model yang termasuk yang termasuk kategori model personal adalah model nondirektif.
Langkah-langkah model nondirektif menurut Carl Ronger yang pendapatnya dikutip Dahlan (1990), terdiri atas lima fase atau tahapan :[11]
1.      Menentukan situasi yang membantu
2.      Mendorong / memotivasi siswa klien untuk mengekspresikan segala perasaan yang ada, baik yang bersifat positif dan negatif.
3.      Mengembangkan insight (tilikan)
4.      Memotivasi siswa klien untuk mengambil keputusan mengenai jenis masalah dan tindakan-tindakan positif (dalam arti relevan dan sognifikan). 
c.       Model Sosial (Hubungan Masyarakat)
Model sosial adalah rumpun model mengajar yang yang menitikberatkan pada proses interaksi antara individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut.[12]
Salah satu model yang mengutamakan interaksi antara siswa dalam situasi demokratis itu ialah model mengajar role playing (bermain peran).
a.      Model role playing (bermain peran)Model bermain peran pada prinsipnya dapat berfungsi sebagai :
1.      Prosedur bimbingan dan penyuluhan yang bersifat edukatif
2.      Prosedur terapi kejiwaan dan penyuluhan yang bersifat industrial.
Pada prinsipnya, model mengajar bermain peran merupakan upaya pemecahan masalah khususnya yang bertalian dengan kehidupan sosial melalui peragaan tindakan. Proses pemecahan masalah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan :[13]
1.      Identifikasi / pengenalan masalah
2.      Uraian masalah
3.      Pemeranan / peragaan tindakan, dan diakhiri dengan
4.      Diskusi dan evaluasi.
b.      Langkah-langkah model mengajar role playing (bermain peran) Menurut Shaffel dan Shaftel sebagaimana dikutip Dahlan :
1.      Memotivasi kelompok
2.      Memilih pemeran (pemegang peranan / aktor)
3.      Mempersipakan pengamatan
4.      Mempersiapkan tahapan pengamatan
5.      Pemeranan
6.      Diskusi dan evaluasi
7.      Pengulangan pemeranan
8.      Membagi pengalaman dan menarik generalisasi

d.     Model Behavioral (Pengembangan Perilaku)
Rumpun model mengajar pengembangan perilaku (behavioral) direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar mengajar. Aktivitas mengajar, menurut teori ini, harus ditujukan pada timbulnya perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa ke arah yang sejalan dengan harapan.[14]
Rumpun model mengajar behavioral lebih banyak dilandasi oleh asumsi empiris bahwa segenap perilaku atau fenomena yang dapat diobservasi, diukur dan dijabarkan dalam bentuk perilaku-perilaku khusus. Perilaku-perilaku khusus inilah menjadi tujuan belajar siswa.
Dalam rumpun model mengajar behavioral terdapat banyak model mengajar. Salah satu diantaranya yang cukup masyhur ialah model belajar tuntas mastery learning. Model mengajar mastery learning yang dalam istilah Benjamin Bloom disebut learning for mastery itu pada dasarnya merupakan pendekatan mengajar yang mengacu pada penetapan kriteria hasil belajar.[15]
Kriteria tingkat keberhasilan belajar meliputi hal sebagai berikut :[16]
1.      Pengetahuan
2.      Konsep
3.      Keterampilan
4.      Sikap dan nilai


Langkah-langkah mastery learning (belajar tuntas) :
1.      Langkah orientasi
2.      Langkah penyajian
3.      Langkah strukturisasi latihan
4.      Langkah praktik
5.      Langkah praktik bebas

3.      Ragam Metode Pengajaran 
Pada bagian ini akan dibahas mengenai macam-macam metode mengajar antara lain :
a.      Metode Proyek
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagao bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.[17]
Kelebihan proyek :
1.      Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2.      Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan terpadu yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode proyek :
1)      Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal dan horizontal, belum menunjang pelaksanaan model ini.
2)      Organisasi bahan pelajaran, perencanaan dan pelaksanaan. Metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus guru, sedangkan para guru belum siap.
3)      Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
4)      Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
b.     Metode Eksperimen
   Metode eskperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan proses percobaan.
Kelebihan metode eksperimen :
1.      Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran berdasarkan percobaan sendiri.
2.      Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan suatu eksplorasi tentang ilmu dan teknologi.
3.      Dengan metode ini akan terbina manusia yang bisa membawa terobosan-terobosan baru.
Kekurangan metode eksperimen :
1)      Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen.
2)      Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
3)      Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu pengetahuan.
c.       Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
  Artinya guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menggunakan tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang atau masyarakat.


Kelebihan metode pemberian tugas dan resitasi :
1.      Pengetahuan yang anak didik peroleh berasal dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat plebih lama.
2.      Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberadaan mengambil inisiatif, bertanggung jawab, berdiri sendiri.
Kekurangan metode pemberian tugas dan resitasi :
1)      Sering kali anak didik meniru hasil kerja orang lain.
2)      Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
3)      Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
d.     Metode Diskusi 
   Diskusi adalah memberikan alternatif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan.
Kelebihan metode diskusi :
1.      Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan beirbagai jalan dan bukan satu jalan.
2.      Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat.
3.      Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain.
Kekurangan metode diskusi :
1)      Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
2)      Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3)      Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4)      Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
e.      Metode Bermain Peran
Metode bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik.[18]

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1)      Penentuan topik
2)      Penentuan anggota pemeran
3)      Pembuatan lembar kerja
4)      Latihan singkat dialog
5)      Pelaksanaan permainan peran
f.       Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik.[19]
Kelebihan metode tanya jawab :
1)      Lebih mengaktifkan anak didik dibanding metode ceramah
2)      Anak akan lebih cepat mengerti
3)      Mengetahui perbedaan pendapat antara anak didik dan guru, dan akan membawa ke arah suatu diskusi.
4)      Pertanyaannya dapat menarik dan memusatkan perhatian anak.
Kekurangan metode tanya jawab :
1)      Mudah menyimpang dari pokok persoalan.
2)      Dapat menimbulkan beberapa masalah baru.
3)      Anak didik terkadang merasa takut memberikan jawabn atas pertanyaan yang diajukan kepadanya.
4)      Sukar membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan pemahaman anak didik.
g.      Metode Bercerita
Metode bercerita adalah suatu cara mengajar dengan bercerita.[20]
Kelebihan metode bercerita :
1)      Guru lebih mudah menguasai kelas
2)      Guru dapat meningkatkan konsentrasi anak didik dalam waktu yang relatif lama.
3)      Mudah menyiapkannya.
4)      Guru mudah melaksanakannya
5)      Dapat diikuti oleh anak didik dalam jumlah banyak. 
Kekurangan metode bercerita :
1)      Anak didik terkadang terbuai dengan jalannya cerita sehingga tidak dapat diambil intisarinya.
2)      Hanya guru yang pandai mbermain kata-kata atau kalimat
3)      Menyebabkan anak didik pasif.
4)      Anak didik lebih cenderung hafal isi cerita dan dari pada intisari cerita yang dituturkan.
h.     Metode Ceramah
Metode ceramah adalah[21] metode yang berasal dari kata lecture yang memiliki arti dosen atau metode dosen.
Kelebihan metode ceramah :
1)      Guru mudah menguasai kelas
2)      Mudah melaksanakan
3)      Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar
4)      Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
Kekurangan metode ceramah :
1)      Kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme
2)      Bila terlalu lama membosankan
3)      Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik
4)      Menyebabkan anak didik pasif.
i.        Metode Karyawisata
Metode karyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran oleh para anak didik dengan jalan membawa mereka langsung ke objek yang terdapat di luar kelas atau lingkungan nyata, agar mereka dapat mengamati langsung.[22]
Kelebihan metode karyawisata :
1)      Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2)      Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
3)      Pengajaran dapat lebih merangsang kreatifitas anak.
Kekurangan metode karyawisata :
1)      Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak
2)      Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang
3)      Biayanya cukup mahal.
j.        Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.[23]
Kelebihan metode sosiodrama :
1)      Anak didik terlatih berinisiatif dan kreatif
2)      Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya
3)      Bahasa lisan anak didk dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.
Kekurangan metode sosiodrama :
1)      Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama menjadi kurang aktif.
2)      Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan maupun waktu pelaksanaan pertunjukan.
3)      Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang terkadang bertepuk tangan dan berperilaku lainnya.

B.     Kreatifitas Anak
a.      Definisi Kreatifitas
Pada dasarnya telah keluar banyak definisi kreatifitas akan tetapi tidak ada satupun definisi yang dapat diterima secara universal.[24] Rhodes dalam menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreatifitas menyimpulkan bahwa umumnya kreatifitas dirumuskan dalam istilah pribadi (pearson), proses dan produk serta press.
1.      Definisi Pribadi
Menurut Hulbeck “Creative action is on imposing one’s own personality on the environment in a unique and characteristic way”. Tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Fokus pada selagi pribadi jelas dalam definisi ini.[25]
2.      Definisi Proses
Definisi Torrance tentang kreatifitas pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah yaitu :
……the process of 1) sensing difficulties problem, gaps in information, missing elements, something asked, 2) making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies, 3) evaluating and testing these guesses and hypotheses, 4) possibly revising and retesting them and finally, 5) communicating the result (1998 : 47).[26]



3.      Definisi Produk
Barron menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.[27]
4.      Definisi Press
Kategori keempat dari definisi dan pendekatan terhadap kreatifitas menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal (dari diri sendiri secara kreative) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologi.
Sedangkan komite penasehat nasional bidang pendidikan kreatif dan pendidikan budaya (1999) menggambarkan kreatifitas sebagai bentuk aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat original (murni/asli) pdan memiliki nilai.[28]

b.     Ciri-ciri Pribadi Kreatif
Treffinger mengatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan. Rencana movatif serta produk orisional. Mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu dengan pertimbangan kausal masalah yang mungkin timbul dalam implikasinya.
Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor tinggi dapat melihat masalah dari beberapa tinjauan dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide konsep atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.
Menurut pakar psikologi ciri-ciri kreatif adalah :
1.      Imajinatif
2.      Mempunyai prakarsa
3.      Mempunyai minat luas
4.      Mandiri dalam berpikir
5.      Melit
6.      Senang berpetualang
7.      Penuh energi
8.      Percaya diri
9.      Bersedia mengambil resiko
10.  Berani dalam pendirian dan keyakinan.[29]

c.       Kendala dalam Mengembangkan Kreatifitas Anak
Dalam mengembangkan dan mewujudkan potensi kreatif pseseorang anak atau dewasa dapat mengalami berbagai hambatan yang dapat merusak atau mematikan kreatifitasnya. Sedangkan kita tahu untuk membantu anak merealisasikan potensinya kita sering menggunakan cara paksaan agar mereka belajar. Ambil empat cara mematikan kreatifitas
1.      Evaluasi
Rojers menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreatifitas konstruktif adalah bahwa pendidikan tidak memberikan evaluasi atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berekreasi. Eksperimen menunjukkan bahwa perasaan diamati selagi bekerja dapat mengurangi kreatifitas anak.
2.      Persaingan
Kompetensi lebih kompleks dari pada pemberian evaluasi / hadiah secara tersendiri karena kompetensi meliputi kedunya, biasanya anak apabila siswa merasa bahwa pekerjaanya akan dinilai pekerjaan lainnya dan bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan kreatifitas.
3.      Lingkungan yang membatasi
Albert Enstien yakin bahwa belajar dan kreatifitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Jadi, jika berpikir dan belajar dipaksakan dalam lingkungan yang amat membatasi minat dan motivasi instrinsik dapat dirusak.
d.     Pengembangan Kreatifitas dalam Pengajaran
1.      Ruang untuk mencipta
Pengembangan kreatifitas memerlukan komitmen atas ruang baik secara fisik maupun secara konsep. Shalleross menyatakan penting bagi tiap anak untuk memiliki ruang fisik dan waktu yang cukup dalam aktifitas pembelajaran dalam upaya melaksanakan hal ini.
2.      Mengajar dengan kreatif
Mengajar merupakan sebuah pekerjaan yang memerlukan dan mencakup pengembangan kreatifitas. Artinya, guru tidak boleh menganggap mengajar dan sebuah karier. Mengajar yang kreatif mengandung hal-hal berikut :
a.      Sebuah pengetahuan (sense) atas kebutuhan yang jelas
b.      Kemampuan untuk membaca sebuah situasi
c.       Sanggup mengambil resiko
d.     Kemampuan untuk memonitor dan mengevaluasi peristiwa-peristiwa.
3.      Apa yang dikatakan anak-anak kepada kita
Mendengar apa yang anak-anak katakan kepada kita mengenai keinginan mereka untuk memberi kemampuan kepada mereka untuk belajar dan mencipta sesuatu secara efektif merupakan aspek penting dalam kecakapan seni mengajar.
 



[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal. 201
[2] Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi, Bulan Bintang, Jakarta, 19974, hal. 12
[3] Winarso Surahmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran, Tarsito, Bandung, 1984, hal. 96
[4] Soleh Abd. Aziz dan Abd. Aziz Abd. Majid, At-Tarbiyah wa Turuqut Tadris I, Daar Al-Fikr, Mesir, t.th. Hal. 239
[5] Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 53
[6] Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Armico, Bandung, 1985, hal.
[7] Muhibbin Syah, Op. Cit, hal. 189
[8] Ibid, hal. 190
[9] Ibid, hal. 1991
[10] Ibid
[11] Ibid, hal. 193
[12] Ibid, hal. 194
[13] Ibid, hal. 196
[14] Ibid, hal. 196-198
[15] Ibid, hal. 199
[16] Ibid, hal. 199
[17] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 195
[18] Ibid, hal. 199
[19] Ibid, hal. 203
[20] Ibid, hal. 204
[21] Martunis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Gaung Persada Press, Jakarta, 2003, hal. 65
[22] Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hal. 202
[23] Ibid, hal. 200
[24] Prof. Dr. Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 20
[25] Ibid, hal. 21
[26] Ibid, hal. 21
[27] Ibid, hal. 22
[28] Anna Craft, Membangaun Kreatifitas Anak, Inisiasi Press, 1991, hal. 1
[29] Prof. Dr. Utami Munandar, Op. Cit, hal. 35
[30] Najib Kholid al-Amr, Mendidik  Cara Nabi SAW, Pustaka Hidayat, Bandung, 2002, hal. 69 

0 Response to "METODE PENGAJARAN DAN KREATIFITAS ANAK"

Post a Comment