TARAWIH SUPERKILAT ABAIKAN
SUBSTANSI
Berikut
ini adalah pernyataan KH Miftahul Achyar (Wakil Rais Am PBNU) merespons praktik
dan perbincangan seputar praktik tarawih superkilat yang berlangsung di salah
satu pondok pesantren Jawa Timur.
Tarawih
Superkilat Abaikan Substansi
Praktik
shalat *tarawih superkilat* yang dilaksanakan oleh salah satu pondok pesantren
di Kabupaten Blitar, mengundang keprihatinan kita. Pasalnya, praktik tersebut
justru mengabaikan substansi dari tarawih itu sendiri.
Secara
bahasa, kata *"tarawih"* merupakan bentuk plural (jamak) dari kata
*"tarwihah"*. Artinya, *"istirahat"*. Dalam praktik yang
dicontohkan oleh _salafus shalih_ (generasi terdahulu umat Islam), para jamaah
mengambil jeda/istirahat setiap empat rakaat (dua kali salam). Waktu jeda
tersebut diambil setelah mereka melakukan shalat yang cukup panjang dalam empat
rakaat tersebut.
Jeda
tersebut diisi dengan beragam kegiatan, seperti shalat dan membaca al-Quran,
setelah para jamaah melaksanakan shalat dengan durasi yang cukup panjang.
Demikianlah tradisi _Qiyamul Lail_ yg dipraktikkan Nabi dan para sahabat.
Tujuan
shalat, adalah untuk mengingat Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Sebagaimana
firman-Nya:
*وَأَقِمِ الصَّلٰوةَ
لِذِكْرِي* (طه 14)
_"Dan
dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku."_ (Qur'an Surah Thaha 14)
Karena
itu, shalat yang baik seharusnya tidak menghilangkan _tuma'ninah_ dalam setiap
gerakannya. Tidak tergesa-gesa, apalagi dilakukan dengan "gerakan
superkilat".
قال صلى الله عليه وسلم:
*إنّمَاالصَّلَاةُ تَمَسْكُنٌ وَتَوَاضُعٌ وَتَضَرُّعٌ وتأوه وتنادم وَتَضَعُ
يَدَيْكَ تَقُولُ اللَّهُم، اللهم. فمن لم يفعل فهي خداج.* (أخرجه الترمذى
والنسائى من حديث الفضل بن عباس)
_“Shalat
itu haruslah engkau (dalam keadaan) tenang, merendahkan diri, mendekatkan diri,
meratap, menyesali dosa-dosa, dan engkau letakkan kedua tanganmu lalu kau
ucapkan 'Wahai Allah, Wahai Allah' . Barang siapa yang tidak melalukan (hal
itu), maka shalatnya itu kurang”._ (Hadits dikeluarkah oleh At-Tirmidzi dan
An-Nasâ'i dari Al-Fadl bin Abbas)
*Catatan:*
_Kalimat "وتضع يديك" dalam hadits di atas dalam riwayat
lain berbunyi "وتمد يديك" (artinya: menengadahkan kedua
tanganmu)._
Dalam
sebuah hadits lain juga diriwayatkan:
عن يحي بن ابى
قتادة عن أبيه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : *"إذا أقيمت الصلاة
فلا تقوموا حتى ترونى, وعليكم بالسكينة."* (متفق عليه)
Artinya:
_"Jika shalat akan didirikan, janganlah kalian berdiri hingga melihatku.
Dan hendaklah kalian melaksanakan shalat dengan tenang."_ *(Muttafaq
Alayh)*
Nah,
jika kita lihat rekaman video tarawih superkilat yang beredar, tampak bahwa
tidak ada ketenangan _(tuma'ninah)_ sama sekali. Itu jauh dari tarawih secara
definisi.
Mereka
salah memahami kitab rujukannya. Memang, _tuma'ninah_ dalam _i'tidal_ dan duduk
di antara dua sujud _(julûs bayna sajdatain)_ terdapat perbedaan pendapat di
dalam Madzhab Syafii. Tapi _tuma'ninah_ dalam ruku' dan sujud, ulama Syafi'iyah
sepakat bahwa itu merupakan rukun yang bersifat wajib, baik dalam shalat fardlu
maupun shalat sunnah. Apalagi ini adalah shalat tarawih yang makna dasarnya
adalah istirahat. Jadi, menurut fiqih Syafi'iyah, hal itu tidak dibenarkan
karena *tanpa _tuma'ninah_ dan menghilangkan makna tarawih*.
Mengingat
praktik tersebut sudah menjadi perbincangan yang cukup mengganggu (terutama di
dunia maya), sebaiknya segera ada pendekatan dari PWNU Jatim kepada pengasuh
pondok pesantren tersebut. *Banyaknya jamaah shalat memang bagus. Namun,
bila sampai merusak nilai shalat, jadinya ya tidak bagus.*
Tarawih
dalam Ramadlan adalah anugerah AlloH sebagai kesempatan kita ber-munajat,
berlama-lama menyambungkan diri dengan Dzat Yang Maha Segalanya. Hendaknya bisa
kita manfaatkan secara optimal dan sebaik-baiknya.
Afwan
jika ada kekurangan atau hal yang kurang berkenan.
Surabaya,
10 Juni 2016
KH
Miftahul Achyar
Wakil
Rais Am PBNU
0 Response to "TARAWIH SUPERKILAT ABAIKAN SUBSTANSI"
Post a Comment