KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN
PENGUASAAN PELAJARAN BAHASA ARAB
A. Kemampuan Membaca
Al-Qur’an
1. Pengertian Kemampuan
Membaca Al-Qur’an
Pengertian kemampuan dan membaca, banyak para ahli
memberikan definisi yang berbeda-beda, sehingga akan lebih jelas nilai
kemampuan membaca jika dijelaskan masing-masing pengertiannya terlebih dahulu.
Secara etimologi kemampuan diartikan sebagai
kesanggupan, kecakapan dan kekuatan.[1]
Sedangkan secara istilah kemampuan adalah sesuatu yang benar-benar dapat
dilakukan oleh seseorang, artinya pada tatanan realistis hal itu dapat
dilakukan karena latihan-latihan dan usaha-usaha juga belajar.[2]
Sumadi Suryabrata mengutip dari Woodworth dan Marquis
mendefinisikan ablility (kemampuan) pada tiga arti, yaitu :
a.
Actievment, yang merupakan
potensial ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau test
tertentu.
b.
Capacity, yang merupakan
potensial ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan
melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang
dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman.
c.
Aptidute, yaitu kualitas
yang hanya dapat diungkapkan atau diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat
untuk itu.[3]
Dari penghayatan tersebut di atas dapat diambil
pengertian bahwa kemampuan adalah potensi yang dimiliki daya kecakapan untuk
melaksanakan suatu perbuatan, baik fisik maupun mental dan dalam prosesnya
diperlukan latihan yang intensif di samping dasar dan pengalaman yang ada.
Adapun pengertian membaca telah banyak para ahli yang
mengemukakan pendapatnya diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Menurut Rahayu S. Hidayat dalam
bukunya “Pengetesan Kemampuan Membaca Secara Komunikatif” membaca adalah
melihat dan memahami tulisan dengan melisankan atau hanya dalam hati. Definisi
tersebut menyangkut tiga unsur dalam kegiatan membaca, yaitu pembaca (yang
melihat, memahami dan melisankan dalam hati), bacaan (yang dilihat) dan
pemahaman (oleh pembaca).[4]
b.
Menurut Abdurrahman dalam bukunya
“Membina Minat Baca di Jawa Timur”, mengatakan bahwa membaca adalah suatu
ajaran yang lahirnya komunikasi antara seseorang dan bahan bacaan sebagai
bentuk upaya pemenuhan kebutuhan dan tujuan tertentu.[5]
c.
Membaca Menurut Yus Rusyana dalam
bukunya “Bahaasa dan Sastra dalam Gambitan Pendidikan”, mengatakan bahwa
membaca atau kegiatan membaca adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar dan
bertujuan. Demikian juga yang dimaksud membaca, membaca itu adalah proses
pengenalan simbol-simbol yang berlaku sebagai perangsang untuk memunculkan dan
penyusunan makna, serta dengan menggunakan makna yang dihasilkan itu pada
tujuan.[6]
Dengan demikian membaca dipandang sebagai sarana
memenuhi kebutuhan dan sarana untuk mencapai tujuan lewat bahan bacaan atau
dapat dikataan membaca suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan untuk
memperoleh kesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau
bahasa tulis.[7] Sehingga
membaca bukan sekedar mengenal dan mengeja kata-kata, tetapi jauh lebih dalam
lagi yaitu dapat memahami gagasan yang dapat disampaikan kata-kata yang tampak
itu dengan kemampuan melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata
secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa yang tepat dan memiliki penalaran
yang cukup untuk memahami bacaan.
Dari ketiga pengertian di atas dapat diambil
kesimpulan, bahwa membaca adalah proses berfikir disertai dengan efektifitas
yang komplek yang melibatkan berbagai faktor baik dari luar maupun dari dalam
diri pembaca dengan maksud untuk menerima informasi dari sumber tertulis.
Sedangkan pengertian Al-Qur’an menurut bahasa
berarti bacaan atau yang dibaca kata Al-Qur’an diambil dari kata masdar (مصدر) diartikan menurut kata isim maf’ul
(اسم مفعول) yakni maqru’(مقرؤ) .[8]
Adapun pengertian Al-Qur’an secara istilah adalah
kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dengan bahasa Arab disampaikan dengan mutawatir dan yang membacanya
adalah ibadah.[9]
Setelah penulis ketengahkan beberapa pendapat dan
pengertian baik pengertian kemampuan membaca maupun pengertian Al-Qur’an, penulis
dapat ambil kesimpulan bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an adalah suatu daya yang
ada pada diri manusia untuk melaksanakan suatu perbuatan atau aktifitas yang
disertai dengan proses berfikir dengan maksud memahami yang tersirat dalam hal
yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis
dalam Al-Qur’an.
Berpijak pada pengertian di atas, dapat penulis
rumuskan pengertian dari kemampuan membaca Al-Qur’an yaitu kesanggupan,
kecakapan dan kekuatan seseorang dalam membaca Al-Qur’an secara tartil dan
memahami maksud serta mengerti makna yang terkandung dalam bacaan dan yang
membacanya adalah ibadah sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Muzammil
ayat 4 :
ورتل القران ترتيلا (المزمل : 4)
Artinya : “…… Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil.[10]
2.
Dasar Membaca Al-Qur’an
Yang menjadi dasar membaca Al-Qur’an yang pertama
adalah surat Al-Balad ayat 8-10, yang berbunyi :
الم نجعل له عينين ولسانا وشفتين وهد
ينه النّجد ين (البلد : 8-10)
Artinya : “Bukanlah kami
telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami
telah menunjukkan kepadanya dua jalan”.[11]
Dasar membaca yang terdapat dalam ayat tersebut
adalah mata untuk melihat teks atau tulisan, lidah dan dua buah bibir untuk
melafalkan dan mengucapkan bacaan, seperti apa yang dikehendaki penulis, untuk
dapat memperoleh informasi baru yang dapat menambah pengetahuan manusia agar
tidak menjadi manusia yang asing akan informasi-informasi baru yang berkembang
dengan pesat seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan.
Dan dasar yang kedua adalah surat Al-Alaq ayat 1-5,
yang berbunyi :
اقرأ باسم ربك الذي خلق. خلق
الانسان من علق. اقرأ وربك الاكرم. الذي علم باالقلم. علم الانسان مالم يعلم
(العلق : 1-5)
Artinya : “Bacalah dengan
menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah, bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq : 1-5).[12]
Dengan mempelajari makna atau arti ayat di atas,
amat jelaslah bahwa Allah SWT mewahyukan Al-Qur’an pertama kalinya kepada Nabi
Muhammad SAW dengan perintah membaca.
3.
Standar Kemampuan Membaca
Al-Qur’an
Membaca itu adalah proses yang kompleks dan rumit
karena memerlukan suatu proses, maka tidak mungkin dapat terlepas dari
aktivitas dan seseorang yang mejalankan
aktifitas pasti mempunyai tujuan.
Tujuan membaca dianggap sebagai modal dalam membaca,
sedangkan tujuan membaca dalam menelusuri baris-baris bacaan pasti dapat
mempengaruhi hasil membacanya. Sebagai ilustrasi misalnya bila melihat
seseorang berjalan tanpa tujuan, arah geraknya, kecepatan, lama dan cara
berjalannya tentu berbeda dengan orang yang berjalan dengan tujuan yang jelas.
Standar kemampuan membaca yaitu kecepatan membaca dan
pemahaman isi bacaan secara keseluruhan, dimaksudkan kecepatan membaca (reading
speed) seseorang adalah 180 kata permenit.[13]
Gleen Doman memberikan alasan mengapa anak-anak harus
belajar membaca ketika usia mereka masih sangat muda adalah sebagai berikut :
1.
Kemampuan anak untuk menyerap informasi pada usia tiga tahun sampai sepuluh
tahun pada puncaknya dan tidak akan pernah terulang lagi.
2.
Jauh lebih mudah mengajarkan anak
membaca pada usia dini daripada dalam usia lain-lainnya.
3.
Anak-anak yang diajar membaca pada
usia yang sangat dini dapat menyerap informasi daripada anak-anak ketika
belajar sudah mengalami frustasi.
4.
Anak-anak yang belajar membaca
ketika masih sangat muda cenderung lebih mudah mengerti daripada anak-anak yang
tidak membaca seperti itu.
5.
Anak-anak yang belajar membaca
ketika usianya sangat muda cenderung membaca lebih cepat dan penuh pemahaman
dibadingkan dengan anak-anak yang lain.[14]
Cahbib Thoha mengutip dari Muhammad Abdul Qodir dalam
buklunya Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah telah diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia oleh H. Ibrahim Husein memberikan tujuan pengetahuan Al-Qur’an
pendapat kepada anak didik yang mampu mengarah kepada :
1.
Kemampuan membaca sesuai dengan
syarat-syaratnya yang telah ditetapkan dan menghafal ayat-ayat atau surat-surat
yang mudah baginya.
2.
Kemampuan memahami kitab Allah
secara sempurna, memuaskan akal dan mampu menenangkan jiwanya.
3.
Kesanggupan menerapkan ajaran
Islam dalam menyelesaikan problema hidup sehari-hari.
4.
Kemampuan memperbaiki tingkah laku
melalui metode pengajaran yang tepat.
5.
Kemampuan memanifestasikan
keindahan retorika dan ushlub Al-Qur’an.
6.
Penumbuhan rasa cinta dan
keagungan Al-Qur’an dalam jiwanya.
7.
Pembinaan pendidikan Islam
berdasarkan sumbernya yang utama dan Al-Quran Al-Karim.[15]
Adapun mengajar ayat-ayat bacaan itu bertujuan :
1.
Murid-murid dapat membaca kitab
Allah dengan menatap baik segi ketepatan harakat, saktah (tempat-tempat
berhenti), memyembunyikan huruf-huruf dengan makhrajnya dan persepsi
maknanya.
2.
Murid-murid mengerti makna
Al-Qur’an dan berkesan dalam jiwanya.
3.
Murid-murid mampu menimbulkan
suara haru, khusuk, dan tenang jiwanya serta takut kepada Allah SWT.
4.
Membiasakan murid-murid kemampuan
membaca pada mushaf dan memperkenalkan itilah-istilah yang tertulis baik untuk
tanda baca maupun cara membacanya.[16]
B. Penguasaan Pelajaran
Bahasa Arab
1.
Pengertian Mata Pelajaran
Bahasa Arab
Dalam lembaga pendidikan Islam, Bahasa Arab menduduki
posisi yang penting karena kebanyakan sumber pendidikan Islam adalah berasal
dari kitab dan hadits Nabi. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikatakan
oleh Muhammad Abdul Qodir Ahmad bahwa “sesungguhnya agama Islam adalah
berkaitan antara satu sama lain dan saling menyempurnakan satu sama lain, dan
salah satunya menunjukkan kepada yang lain dan menentukan kepadanya.[17]
Telah dimaklumi bersama, bahwa peranan Bahasa Arab dalam
dunia Islam adalah sangat penting, dan bagi orang Islam dianjurkan supaya
menyukai bahasa Arab. Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an, karena bahasa
yang digunakan dalam Al-Qur’an adalah bahasa Arab, sebagaimana tersebut dalam
surat Fushilat ayat 3 yang berbunyi :
كتب فصلت ايته قرانا عربيا لقوم
يعلمون (فصلت : 3)
Artinya : “Kitab yang
dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui.” (Q.S. Fushilat : 3 ).[18]
Dan disebutkan pula dalam surat Az-Zumar ayat 27-28
yang berbunyi :
ولقد ضربنا للناس فى هذالقران
من كلّ مثل لعلهم يتذ كرون, قرانا عربيا غيرذى عوج لعلهم يتقون (الزمر : 27-28)
Artinya : “Sesungguhnya telah
Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya
mereka dapat pelajaran. (ialah) Al-Qur’an dalam Bahasa Arab tidak ada
kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.”(Q.S. Az-Zumar : 27-28).[19]
Berdasarkan kedua ayat tersebut diatas, maka jelaslah
betapa pentingnya peranan dan fungsi bahasa Arab dalam kehidupan manusia,
karena dengan Bahasa Arab kita akan mengetahui kandungan isi Al-Qur’an yang
merupakan sumber utama agama Islam. Selain itu juga sebagai alat untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Seperti halnya dikemukakan oleh para ahli mengenai
pengertian bahasa Arab antara lain:
a.
Menurut Jurji Zaidah
اللغة العربية هى احدى اللغات
السامية ويريد ون باللغات السامية اللغة التى كان يتفاهم ابناء شام وهم اصطلا حهم
اهل ما بين النهرين وجزيرة العرب والشام. [20]
Artinya: “Bahasa Arab adalah
salah satu bahasa Smith, yang mereka maksud bahasa Smith adalah bahasa-bahasa
yang dipakai anak cucu Syam dan menurut istilah mereka yaitu bahasa penduduk
yang berada di antara dua sungai dan jazirah Arab dan negara Syam.”
b. Menurut
Mustafa Al-Ghulayani
اللغة العربية هى الكلمات التي يعبر
بها العرب عن أغراضهم.
Artinya : “Bahasa Arab adalah kata-kata yang
diungkapkan oleh bangsa Arab untuk menyatakan keinginannya.”.
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa
bahasa Arab adalah berupa simbol bunyi yang digunakan oleh penghuni jazirah
arab sebagai sarana dan alat komunikasi dan berinteraksi antar sesamanya.”[21]
Bahasa pada dasarnya merupakan alat pengekspresian
berbagai macam ide, perasaan pengetahuan, pengalaman dan kebudayaan.
Bahasa Arab sebagai salah satu ekspresi
itu mempunyai posisi strategis, yaitu :[22]
1)
Merupakan bahasa Al-Qur’an, dengan
demikian setiap muslim memerlukan penguasaan untuk memahami isi kitab sucinya.
2)
Merupakan bahasa dalam Shalat,
yang berarti setiap muslim harus mempelajarinya demi kesempurnaan ibadah
mereka. Bahasa ini berkaitan erat dengan rukun asasi dalam Islam.
3)
Merupakan bahasa Hadits, sumber
kedua dari hukum Islam.
4)
Merupakan bahasa ahli surga,
sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. :
احبوالعرب لثلاث لأني عربي والقران عربى وكلام أهل
الجنة عربي (رواه الطبرنى والحاكم والبيهقى عن ابن عباس). [23]
Artinya : “Senangilah
bahasa Arab itu karena tiga hal; karena aku orang Arab, Al-Qur’an berbahasa
Arab dan pembicaraan penghuni surga (juga dengan) bahasa Arab.” (H.R. Uqaili
Ath-Thabrani dan Al-Hakim dan Al-Baihaqi dari Ibnu Abbas).
Adapun yang dimaksud bahasa Arab dalam skripsi ini
adalah bahasa asing yang termasuk kelompok mata pelajaran ciri khas agama Islam
yang dianggap penting untuk menunjang pemahaman pengetahuan agama Islam. Dan
juga bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang memiliki sistem, tata, gaya
dan logika tersendiri yang lebih kompleks dari bahasa-bahasa lain.
2.
Dasar, Tujuan, Fungsi dan
Ruang Lingkup Mempelajari Bahasa Arab
a.
Dasar mempelajari bahasa Arab
1)
Karena bahasa Arab merupakan
bahasa Al-Qur’an yang wajib dipelajari oleh semua muslim terutama bagi
siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah.
2)
Karena bahasa Arab merupakan
bahasa agama, sebab sumber hukum agama Islam, baik Al-Qur’an, hadits dan kitab
Fiqih lainnya adalah berbahasa arab.
3)
Karena bahasa Arab merupakan
kurikulum bahasa asing yang wajib dipelajari.
b. Tujuan
mempelajari bahasa Arab
Tujuan merupakan suatu
yang diharapkan agar tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan itu
dilaksanakan. Untuk mencapai hasil yang baik, maka tujuan perlu dirumuskan terlebih
dahulu.
1)
Mahmud Yunus mengemukakan bahwa,
tujuan mempelajari bahasa Arab adalah :
a)
Supaya paham dan mengerti apa yang
dibaca dalam shalat dengan pengertian yang mendalam.
b)
Supaya dapat membaca Al-Qur’an,
sehingga dapat mengembil petunjuk dan pengajaran.
c)
Supaya dapat berbicara dan menulis
bahasa Arab.[24]
2)
Sedangkan menurut GBPP bahasa Arab
untuk MTs adalah :
“Pelajaran bahasa Arab di MTs. bertujuan agar siswa dapat menguasai
secara aktif dan pasif perbendaharaan kata Arab yang berjumlah 700 kata dan
ungkapan dalam berbagai bentuk kata dan pada kalimat dasar yang diprogamkan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan sebagai dasar memahami
buku-buku agama Islam yang sederhana, di samping Al-Qur’an dan hadits.[25]
c. Fungsi
Mempelajari Bahasa Arab
1) Menurut
A. Hanafi, menyebutkan fungsi mempelajari bahasa Arab sebagai pembantu Ushul
Fiqh dan ilmu Fiqh. Hal ini mengingat bahwa Al-Qur’an itu bahasa Arab, demikian
juga Hadits Nabi.[26]
2) Menurut
Tayar Yusuf mengatakan :
“Bahasa Arab memiliki fungsi istimewa, sebab di samping memiliki nilai
sastra yang bermutu tinggi bahasa Arab juga sebagai bahasa Al-Qur’an,
mengkomunikasikan kalam Allah SWT.[27]
3) Sedangkan
menurut GBPP mata pelajaran bahasa Arab menjelaskan fungsi mempelajari bahasa
Arab sebagai berikut :
“Pelajaran bahasa Arab yang diajarkan di MTs. berfungsi sebagai bahasa
agama dan ilmu pengetahuan di samping sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu
pelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah merupakan bagian mata pelajaran
yang tidak terpisahkan dari mata pelajaran PAI sebagai suatu keseluruhan.[28]
d.
Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Arab di
Madrasah Tsanawiyah
Untuk dapat mencapai tujuan dan fungsi pengajaran
bahasa Arab, sebagaimana yang telah digariskan dalam GBPP mata pelajaran bahasa
Arab, maka program disusun sedemikian rupa guna tercapainya sasaran yang akan
dicapai.
Adapun ruang pelajaran bahasa Arab meliputi dua hal
yaitu :
1) Unsur Bahasa
a) Bentuk
kata
(1)
Isim (اسم)
(2)
Isim Isaroh untuk Mufrod
(3)
ضمير untuk Mufrod dan Jamak
(4)
مذ كر dan مؤنث
(5)
ظرف الزمان dan ظرف المكان
(6)
جمع dan مفرد
(7)
الموصول
meliputi الذي, التي, الذ ين, اللاتى
(8)
التفضيل
dari kata Tsulasi
(9)
فعل meliputi : فعل ماضى,
فعل مضارع, فعل امر
(10)
حروف جر meliputi : من, الى,
عن, على, فى, ب, ل
b) Struktur
kalimat yang mengandung jabatan kata:
(1)
فا عل dan اسم ضمير
(2)
مفعول به dan اسم ضمير
(3)
مبتداء dan ضمير, اسم
ضمير
(4)
خبر مبتداء
dari kata benda dan kata sifat
(5)
نعت, منعوت dari kata sifat.
c) Mufradat
“Mufradat yang diajarkan disini terdiri dari
kurang lebih 700 kata serta ungkapan yang dikkomunikasikan dalam kehidupan
sehari-hari siswa yang berkenaan dengan lingkungan sekolah dan rumah serta yang
berhubungan dengan aqidah, ibadah dan akhlak.[29]
2) Kegiatan
Berbahasa
a)
Bercakap-cakap, yang mengajarkan
keterampilan menggunakan Bahasa Arab secara lisan untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi denan bahasa Arab.
b)
Membaca, yang mengajarkan
keterampilan membaca untuk mengembangkan kemampuan memahami dan mengungkapkan
kembali bacaan tersebut.
c)
Mengarang, yang mengajarkan
keterampilan membaca mengembangkan kemampuan menyusun kalimat-kalimat arab yang
benar dalam kegiatan belajar mengajar.[30]
3) Metode Pengajaran Pelajaran Bahasa Arab
Dalam proses atau
interaksi belajar setelah dituntut tujuan yang akan dicapai, sebagai langkah
berikutnya adalah memilih metode pengertian metode pengajaran.
Metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan
dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan
dan didasarkan atas suatu approach”.[31]
Menurut Winarno
Surahmad metode mengajar mempunyai dua arti, arti sempit yaitu bahwa yang
dimaksud dengan metode mengajar adalah cara menyampaikan
pengetahuan-pengetahuan. Dan arti yang lebih luas, memperoleh
pengetahuan-pengetahuan yang didasarkan pada pandangan dan mengarahkan
pandangan serta kebiasaan dalam berfikir dan sebagainya”.
Sedangkan menurut B. Suryasubrata mengutip dari
Winarno Surahmad menegaskan bahwa metode pengajaran adalah “cara” pelaksanaan
dari pada proses pengajaran atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan
pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah.[32]
Dari berbagai pengertian metode tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang sistematis dan pragmatik
berupa rencana menyeluruh dan teratur yang didasarkan pada suatu approach
berfungsi untuk mencapai tujuan pengajaran dengan memperhatikan segi berfikir
anak dan pandangan mereka.
Dengan demikian metode adalah “cara” yang fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin
efektif pula pencapaian tujuan tersebut.[33]
Dalam sistem kegiatan belajar mengajar, metode
pengajaran bahasa Arab yang sangat menonjol dan sering digunakan adalah sebagai
berikut :
a)
الطريقة
المباشرة (Metode langsung)
Metode ini disebut metode langsung, karena pengajaran
guru langsung menggunakan bahasa asing yang diajarkan itu, sedang bahasa murid
tidak digunakan sama sekali. Dengan berpijak pada asumsi bahwa bahasa adalah
wicara, maka sejak dini murid dibiasakan dengan ketrampilan lisan.
b)
طريقة
الترجمة (Metode terjemah)
Sesuai dengan nama metode ini menitik beratkan pada kegiatan yang berupa
menterjemah bacaan-bacaan, mula-mula dari bahasa asing ke dalam bahasa pelajar
dan sebaliknya. Dalam metode ini sama sekali tidak ada usaha untuk mengajarkan
ucapan atau kemahiran menggunakan bahasa secara lisan.
c)
طريقة
القواعد والترجمة (Metode gramatika terjamah)
Metode ini
merupakan gabungan dari metode gramatika dan terjamah, diantara ciri-cirinya
adalah tata bahasa yang diajarkan adalah tata bahasa yang formal, kosa kata
tergantung pada bacaan yang dipilih, kegiatan belajar terdiri dari penghafalan
kaidah-kaidah tanpa kaitan dalam kalimat, kemudian penterjemah bacaan-bacaan
pendek, lalu penafsiran, latihan ucapan diberikan sekali.
d)
الطريقة
السمعية الشعوية (The Aural Oral Approach)
Aural oral approach atau bisa disebut audio lingual method,
sebenarnya variasi dari min mem method di mana digunakan rekaman-rekaman
dialog-dialog dan latihan-latihan (drill). Min mem singkatan dari minicry
yang berarti meniru, dan memorization yang berarti menghafal. Metode ini sering
disebut juga informant drill method. Dalam metode ini pengajaran
berlangsung secara demonstratif dan drill gramatika serta
struktur kalimat
e)
الطريقة
الجمعية (metode campuran)
Metode ini digunakan dalam mengajarkan qawa’id yaitu kombinasi
antara metode ceramah dengan metode qiyas, dengan pengertian guru
menjelaskan terlebih dahulu dengan menggunakan metode ceramah kemudian setelah
menyimpulkan kaidah maka guru memberikan beberapa contoh untuk menerapkan
kaidah-kaidah itu.[34]
f)
طريقة
الطالعة Metode muthala’ah
(membaca)
Yang dimaksud
metode ini adalah cara menyajikan pelajaran dengan cara membaca dengan suara
maupun membaca dengan hati. Melalui metode ini, diharapkan anak didik dapat
mengucapkan lafadz-lafdz, kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab yang fasih,
lancar dan benar.
g)
طريقة
المحادثة Metode
bercakap-cakap atau muhadasah
Metode muhadasah merupakan metode yang pertama-tama digunakan oleh
seorang guru dalam pelajaran bahasa Arab. Yang dimaksud metode ini yaitu cara
menyajikan bahan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan, dalam percakapan itu
dapat terjadi antara guru dan murid atau antara murid dengan murid, sambil
menambah terus memperkaya perbendaharaan kata yang semakin banyak.[35]
Dalam penggunaan
metode, ketepatannya adalah bersifat relatif. Oleh sebab itu seorang guru dalam
menggunakan metode harus memahami benar situasi dan kondisi, karena
metode-metode tersebut di samping mempunyai kelebihan, juga mempunyai
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu berpegang teguh pada salah satu metode
saja tidak selamanya dibenarkan. Kakurangan suatu metode harus ditutup dengan
kelebihan metode lain.
Dengan demikian dapat dipahami, bahwa tidak ada suatu
metode yang paling baik, karena tidak ada satupun metode yang bersih dari cacat
dan kekurangan. Sedangkan metode yang baik adalah metode yang sesuai dengan
situasi dan kondisi.
4) Penguasaan
Pelajaran Bahasa Arab
Sebenarnya setiap orang memiliki potensi untuk
menguasai bahasa apapun di dunia, baik bahasa ibu maupun bahasa asing.[36]
Prasangka yang salah tentang penguasaan bahasa disebabkan oleh kekeliruan
pandangan tentang sifat bahasa. Sebagian masyarakat menyangka bahwa penguasaan
bahasa hanya disebabkan oleh faktor keturunan. Padahal sebenarnya ada beberapa
faktor pendukung penguasaan bahasa, misalnya kemauan dan desakan untuk dapat
memahami suatu bahasa dapat menyebabkan seseorang mampu menguasai bahasa
tersebut. Dengan demikian penguasaan bahasa tidak bersifat keturunan atau
warisan.[37]
Secara umum, bahasa diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Hubungan antara kedua jenis bahasa ini
dapat diamati secara historis atapun dari sudut pertumbuhan bahasa
perseorangan. Bahasa tulis timbul setelah adanya bahasa lisan. Bahasa tulis
tidak bersifat sempurna karena tulisan bagaimanapun juga tidak dapat
menyimpulkan seluruh aspek yang terdapat dalam bahasa lain. Jadi meskipun dalam
bahasa tulis dikenal adanya tanda baca, misalnya tanda-tanda seru atau
kombinasi dari keduanya, bahasa tulis tetap belum dapat disamakan dengan bahasa
lisan. Tekanan, nada dan lagi kalimat dalam bahasa lisan sering tidak
disimbolkan dalam bahasa tulis.
Meskipun demikian, bahasa tulis memiliki peran
penting dalam kehidupan manusia, misalnya untuk korespodensi, menyimpan data
yang penting menjadi dokumen, dan lain-lain. Kesimpulannya bahwa ternyata
bahasa tulis dianggap dapat mewakili bahasa lisan meskipun tidak semua aspek
bahasa lisan dapat disimbolkan dalam bahasa tulis. Dalam bahasa tulis
diperlukan adanya kaidah-kaidah tertentu untuk membentuk kalimat-kalimat yang
baik, kaidah-kaidah ini disebut tata bahasa. Tata bahasa memiliki peran yang
sangat penting dalam penguasaan bahasa tulis. Tanpa menguasai tata bahasa yang
baik, seseorang tidak akan dapat menguasai dan memahami bahasan tulis dengan baik,
karena penting peran tata mengetahui tingkat penguasaan bahasa tulis dari suatu
bahasa dapat diamati dari bahasa tersebut. Demikian juga dalam penelitian ini
untuk mengetahui kemampuan responden dalam penguasaan pelajaran bahasa Arab
adalah dengan memperhatikan tingkat penguasaan terhadap tata bahasa dan
kemampuan Al-Qur’an.
Penguasaan tata bahasa adalah kemampuan membuat
kalimat-kalimat yang gramatikal, baik lisan maupun tulisan, dan bukanlah
mengetahui tentang bahasa itu. Kemampuan ini semestinya benar-benar merupakan
suatu kebiasaan yang kreatif, yang berarti bahwa peserta didik mampu membuat
kalimat-kalimat baru dengan unsur-unsur tata bahasa yang telah diketahuinya
untuk menunjukkan kemampuannya dalam penggunaan bahasa.[38]
Kemampuan tata bahasa adalah kemampuan untuk
membentuk satuan-satuan bahasa (kata, frase dan kalimat) sesuai dengan
aturan-aturan tata bahasa.[39]
Ini berarti penguasaan pelajaran bahasa Arab yang dimaksud adalah kemampuan
untuk memahami bacaan dan menguasai tata bahasa yaitu pelajaran bahasa Arab
khususnya.
Ada beberapa unsur
yang terdapat dalam materi pengajaran bahasa Arab yang harus dan mampu dikuasai
oleh anak didik ketika mempelajari bahasa Arab, sebab bahasa Arab akan sulit
dipakai secara utuh apabila tidak menguasai salah satu cabang ilmu bahasa
sebagai berikut :
a)
Mufradat (sematik)
yakni cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna arti kosa kata.
b)
Nizham Ash-Sharfi (Morfologi)
yakni cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang kaidah-kaidah perubahan kata
c)
Nizham Al-Balaghi (Stylistik)
yakni sebagai ilmu bahasa yang mempelajari tentang kaidah, gaya, ketepatan dan
keindahan ungkapan bahasa baik dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan
d)
Nizham An-Nabawi (Syntaz)
yakni cabang ilmu bahasa yang mempelajari tata kalimat, pola kalimat dan
struktur-struktur kalimat
e)
Ibarat Al-Istilahi (Isiomatik)
yakni cabang ilmu bahasa yang membahas tentang spesifikasi susunan kata yang
mempunyai arti tertentu.[40]
5) Proses
Belajar Mengajar Bahasa Arab
Pelajaran bahasa Arab merupakan pelajaran yang sangat
penting, karena belajar bahasa Arab adalah sebuah tuntutan yang harus dipenuhi
oleh umat Islam untuk mengetahui tentang agama Islam. Dengan kata lain umat
Islam tidak bisa memahami Islam secara khaffah (menyeluruh) dan integral
bila umat Islam tidak mempunyai kemampuan dan pemahaman yang cukup tentang
bahasa Arab. Hal ini disebabkan karena Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber
pokok ajaran Islam. Serta karya-karya ulama semuanya berbahasa Arab. Belajar
bahasa Arab sama pentingnya dengan belajar Al-Qur’an, sebab dalam memahami
bahasa Arab akan sangat membantu kita dalam memahami Al-Qur’an yang mana
Al-Qur’an merupakan pedoman dan petunjuk bagi kita sebagai umat Islam.
Dalam pengajaran bidang studi bahasa Arab, guru
memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada murid, untuk mengetahui pengetahuan
murid tentang pelajaran bahasa Arab yang sudah diajarkan. Setelah itu guru
memulai menyampaikan pelajaran bahasa Arab yang baru, dengan cara menyuruh anak
untuk membaca pelajaran baru tiga atau empat anak. kemudian guru mencoba
menanyakan pelajaran itu dengan bahasa Arab, jika murid belum mengerti, maka
guru mengalihkan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Setelah selesai
menanyakan dan murid belum bisa menguasai barulah guru menulis beberapa kata
yang dianggap sulit bagi murid dan guru mengartikan dengan bahasa Arab kemudian
menunjuk salah satu murid untuk mengartikan dengan bahasa Indonesia. Kalau
sudah tidak ada jalan lain baru guru mengartikan dengan bahasa Indonesia. Dan
setelah murid mampu mengartikan dan memahami isi bacaan, guru kembali
menerangkan kembali isi bacaan dikaitkan dengan ilmu tajwid.[41]
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
guru bidang studi bahasa Arab dalam mengajar lebih menitikberatkan pada
kemampuan murid dalam berfikir.
a)
Pelaksanaan GBPP
Untuk merealisir tujuan pengajaran MTs. YPI Klambu
Grobogan, maka mengikuti kurikulum yang sudah ditetapkan oleh Depag yaitu
kurikulum 1994.
b)
Metode pengajaran
Sebagaimana diuraikan di atas dalam pengajaran bidang
studi bahasa Arab, guru bidang studi bahasa Arab menggunakan metode campuran
diantaranya adalah :
1)
Metode pengajaran mutholaah
2)
Metode pengajaran muhadasah
3)
Metode pengajaran mahfuzhat
4)
Metode imla’
Penggunaan metode disesuaikan dengan materi pelajaran
yang diajarkan.
c) Evaluasi pengajaran bahasa Arab
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses belajar
mengajar dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam kegiatan
belajar mengajar. Yang dimaksud dengan evaluasi atau penilaian sesuatu yang
berkaitan dengan dunia pendidikan.[42] Jadi
yang dimaksud dengan evaluasi pengajaran bahasa Arab adalah totalitas tindakan
atau proses yang dilakukan guru untuk menilai dalam menjajaki penguasaan siswa
dalam bidang studi bahasa Arab.
Untuk jenis evaluasi yang digunakan oleh guru bidang
studi bahasa Arab adalah tes tertulis,
yang meliputi :
1)
Multiple choice (pilihan
ganda)
2)
Matching (menjodohkan)
3)
Completion yaitu
menyempurnakan bentuk soal yang belum sempurna.
4)
Tes muhadasah.[43]
C. Hubungan Antara Kemampuan
Membaca Al-Qur’an dengan Penguasaan Pelajaran Bahasa Arab
Kemampuan
membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi, membaca bukan
mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga
menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan.[44]
Kemampuan
membaca Al-Qur’an merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam diri
individu yang sangat berpengaruh dalam belajar bahasa Arab, sebab jika
seseorang itu mampu membaca Al-Qur'an, maka dalam mempelajari bahasa Arab akan
lebih mudah dan mendapatkan penguasaan pelajaran bahasa Arab dengan baik.
Sedangkan apabila seseorang itu kurang mampu membaca Al-Qur'an, maka dalam
mempelajari bahasa Arab akan merasa kesulitan dan akan mendapatkan penguasaan
bahasa Arab yang kurang baik.
Syeh
Az-Zarnuji mengemukakan syarat-syarat keberhasilan dalam belajar sebagai
berikut :
ولا بدّ من الجدّ والمواظبة والملا زمة لطا لب العلم
ولا بدّ لطا لب العلم من المواظبة على الدّ رس, ولا بدّ لطا لب العلم من الهمّة
العالية فى العلم. [45]
Artinya : “Bagi pelajar harus mempunyai kemauan yang
keras, bagi pelajar harus kontinyu dalam belajar, bagi pelajar harus mempunyai
cita-cita yang tinggi dalam mencari ilmu”.
Bagi siswa
atau anak didik yang membaca Al-Qur’an akan lebih mendorong mempelajari bahasa
Arab dalam mempelajarinya dengan penuh perhatian, usaha yang sungguh-sungguh
dan aktif dalam belajar, maka ia akan memperoleh prestasi yang baik. Sebaliknya
apabila siswa itu kurang perhatian, kurang usaha dan kurang aktif dalam
belajar, maka penguasaannya akan kurang baik juga.
Maka
pelajaran bahasa Arab juga merupakan mata pelajaran yang masuk dalam pelajaran
pendidikan agama Islam yang memiliki tujuan mendorong, membimbing dan membina
kemampuan berbahasa Arab baik dalam memahami bahasa Arab secara lisan maupun
secara tulisan, sehingga diharapkan akan dapat memahami ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. [46]
Bahasa Arab
dan Al-Qur’an bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisah-pisahkan
antara satu dengan yang lainnya. Mempelajari bahasa Arab adalah syarat wajib
untuk menguasai isi Al-Qur’an dan mempelajari bahasa Al-Qur’an berarti
mempelajari bahasa Arab.[47]
Dengan
demikian kemampuan membaca Al-Qur’an dengan penguasaan pelajaran bahasa Arab
merupakan satu kesatuan dalam pelajaran pendidikan agama Islam yang memiliki
tujuan yang sama yaitu mendorong, membimbing dan membina akhlak dan perilaku
siswa yang akhirnya siswa diharapkan mampu memahami Al-Qur’an dan Haditst
sebagai ajaran agama Islam.
[1]Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
II, Jakarta, 1995, hlm. 623.
[2]Najib Kholid Al-Amir, Mendidik Cara Nabi SAW,
Pustaka Hidayah,, Bandung, 2002, hlm. 166.
[3]Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 161.
[4]Rahayu S. Hidayat, Pengetesan Kemampuan Membaca
Secara Komunikatif, Cet. I, Intermasa, Jakarta, 1990, hlm. 27.
[5]Abdurrahman, Membina Minat Baca di Jawa Timur,
Pusat Pembinaan Bahasa Depdikbud, Jakarta, 1985, hlm. 17.
[6]Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gambitan
Pendidikan, Diponegoro, Bandung, 1998, hlm. 23.
[7]Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu
Ketrampilan Berbahasa, Aksara, Bandung, 1987, hlm. 8.
[8]M. Ali AS, Sabuni Attibyani fi Al-‘Ulum Al-Qur’an
Haququth Trabi wa Al-Naasri Mahfudhoh, Aththobaatul Ula, 1405 H/ 1985 M,
hlm. 8.
[9]M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu
Al-Qur’an atau Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta, 1987, hlm. 1.
[10]Al-Qur’an, Surat Muzammil Ayat 4, Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Depag RI, 1992. hlm. 988.
[11]Al-Qur’an, Surat Al-Balad Ayat 8-10, Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Depag RI, 1992. hlm. 1061.
[12]Al-Qur’an, Surat Al-Alaq Ayat 1-5, Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Depag RI, 1992. hlm. 1079.
[13]DP. Tampubolon, Kemampuan Membaca, Angkasa,
Bandung, 1980, hlm. 71.
[14]Gleen Doman, Mengajar Bayi Anda Membaca, Gaya
Favorit Press, Jakarta, 1998, hlm. 94.
[15]Chabib Toha, et.al, Metodologi Pengajaran Agama,
Pustaka Pelajar, Semarang, 1999, hlm. 33.
[16]Ibid, hlm. 34-35.
[17]Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Thuruqus T’lim
At-Tarbiyah Al-Islamiyah, An-Nahdloh, Mesir, 1980, hlm. 11.
[18]Al-Qur’an, Surat Fushilat Ayat 3, Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Depag. RI, 1992. hlm. 773.
[19]Al-Qur’an, Surat Az-Zumar Ayat 27-28, Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Depag. RI, 1992. hlm. 749-750.
[20]Jurji Zaidah, Tarikhu Adabi Al-Lughati Al-Arabiyah,
Jakarta, Darul Hilal, t.th, hlm. 35
[21]Mustafa Al-Ghulayani, Jami’u Ad-Durusu Al-Arabiyah,
Maida, Beirut, 1987, hlm. 7.
[22]Buletin Penelitian Suara Aliyah, Mengatasi
Kesulitan Belajar Bahasa Arab, No. 1/ IV-V/ 1997, hlm. 21.
[23]Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar Asy-Syuyuthi, Al-Jami’ush
Shagir, Al-Ma’arif, Bandung, 1991, hlm. 11.
[24]Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab, Hida
Karya Agung, 1982, hlm. 21-22.
[25]Depag RI, Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Bahasa
Arab MTs 1996/1997, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
Jakarta, 1994, hlm. 6.
[26]A. Hanafi, Ushul Fiqh, Wijaya, Jakarta, 1987,
hlm. 14.
[27]Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi
Pengajaran Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm. 1987.
[28]Depag RI, Loc.cit.
[29]Ibid, hlm. 3
[30]Ibid, hlm.
4.
[31]Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing Sebuah
Tinjauan dari Segi Metodologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hlm. 12.
[32]B. Suryasubrata, Proses Belajar Mengajar di Sekolah,
Andi Offset, Yogyakarta, 1996, hlm. 148.
[33]Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm. 9.
[34]Kurikulum MAN, 78/79, Pedoman Bidang Studi,
Depag RI, 1980, hlm. 572.
[35]Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi
Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995,
hlm. 189-195.
[36]Depag RI, Op.cit, hlm. 1.
[37]Samsuri, Ikhtisar Analisa Bahasa, Lembaga
Penerbitan IKIP Malang, Malang, 1971, hlm. 15.
[38]Ibid, hlm.
44.
[39]Nababan, PWJ, Sosiolinguistik Suatu Pengantar,
Gramedia, Jakarta, 1996, hlm. 10.
[40]Buletin Penelitian Suara Aliyah, Mengatasi
Kesulitan Belajar Bahasa Arab, No. I/ IV-V/ 1997, hlm. 21-22.
[41]Hasil Wawancara dengan Bapak Mujazin selaku Guru
Bahasa Arab di MTs. YPI Klambu, Tanggal 01 Desember 2004.
[42]Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 2002, hlm. 54.
[43]Hasil Wawancara dengan Bapak Mujazin, Selaku Guru
Bidang Studi Bahasa Arab MTs YPI Klambu Grobogan, Tanggal 01 Desember 2004.
[44]Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm. 207.
[45]Syeh Az-Zarnuji, Al-Ta’limul Muta’alim,
Surabaya, Al-Ma’arif, t.th, hlm. 20-23.
[46]Depag RI, GBPP Baca Tulis Al-Qur’an, Dirjen
Kelembagaan Islam, Jakarta, 2000, hlm. 23.
[47]Ibid, hlm.
188.
0 Response to "KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN PENGUASAAN PELAJARAN BAHASA ARAB"
Post a Comment