PENGELOLAAN KELAS DAN VARIASI MENGAJAR

PENGELOLAAN KELAS DAN VARIASI MENGAJAR

 


A.    Tinjauan tentang Pengelolaan Kelas

1.      Pengertian Pengelolaan Kelas
Sebelum membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah pengelolaan kelas, terlebih dahulu dikemukakan pengertian pengelolaan kelas secara definitif, sehingga tidak terjadi pengertian yang verbalisme.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah lain dari kata pengelolaan “manajemen” adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris “management” yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.
Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990 : 2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik (1987 : 311) adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru.[1]
Di dalam membahas pengelolaan kelas ini, perlu dikemukakan pendapat beberapa ahli yang mendefinisikan dengan redaksi yang berlainan, di antaranya adalah sebagai berikut :
a.       Menurut Suharsimi Arikunto, pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. [2]
b.      Menurut Sudarwan Danim, pengelolaan atau manajemen kelas adalah seni atau praksis (praktik dan strategi) kerja yaitu guru bekerja secara individu dengan cara melalui orang laian (semisal bekerja dengan sejawat atau siswa sendiri). Untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi penciptaan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.[3]
c.       Menurut Rasdi Ekosiswoyo, manajemen kelas adalah tahap-tahap dan prosedur untuk menciptakan dan mempertahankan lingkungan belajar dan pembelajaran yang kondusif.[4]
d.      Menurut Made Pidarta, pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.[5]
e.       Menurut J.J. Hasibuan, ketrampilan mengelola kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan atau melakukan kegiatan remedial.[6]
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan yang sangat sederhana adalah bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.

2.      Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengelolaan kelas di sini adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman atau pegangan guru di dalam mengelola, agar menjadi terarah dan efisien.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan, yaitu :
a.       Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan atusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b.      Tantangan
Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tambahan lagi akan dapat menarik perhatian anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka.
c.       Bervariasi
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d.      Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik, serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
e.       Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.
f.       Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.[7]
Seorang ahli dari Amerika Serikat bernama L. Gulick mengemukakan adanya 7 (tujuh) unsur administrasi seperti disebutkan dalam buku administrasi seperti disebutkan dalam buku “Administrasi Pendidikan” (1969 : 1). Sebagai landasan manajemen adalah :
a.    Perencanaan (planning).
b.   Pengorganisasian (organizing).
c.    Kepegawaian (staffing).
d.   Pengarahan (directing).
e.    Pengkoordinasian (coordinating).
f.    Pengawasan (controlling).
g.   Pelaporan (reporting).[8]
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengatasi masalah untuk membuat iklim kelas yang sehat dan efektif adalah sebagai berikut :
a.       Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi kelompok harus diminimalkan.
b.       Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan bekerjasama.
c.       Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi efek kepada hubungan dan kondisi belajar atau kerja.
d.      Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan kebimbingan, ketegangan dan perasaan tertekan.
e.       Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa.[9]
Thomas Gardon (1990 : 29) mengatakan bahwa hubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat atau prinsip-pinsip sebagai berikut :
a)       Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka diri satu sama lain.
b)      Tanggap bilamana seseorang tahu bahwa dia dinilai oleh orang lain.
c)       Saling ketergantungan antara satu dengan yang lain.
d)      Kebebasan, yang memperbolehkan setiap orang tumbuh dan berkembang mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya dan kepribadiannya.
e)       Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak terpenuhi.[10]
Prinsip-prinsip di atas memberikan hubungan positif interaksi edukatif antara guru dan siswa.

3.      Faktor-faktor Pengelolaan Kelas
Beberapa faktor yang mempengaruhi perwujudan manajemen atau pengelolaan kelas adalah :
a.       Kurikulum
Rancangan kurikulum untuk sekolah lanjutan atau menengah adalah kurikulum pada tingkat ini harus dirancangkan untuk memungkinkan diselenggarakannya kegiatan kelas dalam memenuhi kebutuhan melakukan eksplorasi dan eksperimen guna memberikan pengalaman intelektual dan sosial yang terpadu dalam rangka realisasi diri.
b.      Gedung dan sarana kelas/ sekolah
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap rungan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah sedang ruangan atau gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas dalam mengatur pendayagunaan ruang atau gedung yang tersedia berdasarkan kurikulum yang dipergunakan.
c.       Guru
Kompetensi guru meliputi kompetensi pribadi, kompetensi profesional dan kompetensi kemasyarakatan. Kompetensi itu berkenaan dengan kemampuan dasar teknik edukatif dan administratif sebagai berikut :
1)      Penguasaan bahan.
2)      Mengelola program belajar mengajar.
3)      Mengelola kelas.
4)      Penggunaan media atau sumber.
5)      Mampu mengelola dan mempergunakan interaksi belajar mengajar untuk perkembangan fisik dan psikis yang sehat bagi siswa.
6)      Memiliki kemampuan penilaian prestasi belajar siswa secara obyektif dan mempergunakan hasilnya untuk kepentingan proses pendidikan siswa.
7)      Memahami fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
d.      Murid/ siswa
Sikap bertanggung jawab (sense of responbility) dan sikap merasa memiliki (sense of belonging) atau membership di kalangan siswa-siswa, akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila dilakukan tindakan-tindakan pengelolaan (management) kelas sebagai berikut :
1)      Setiap siswa diberi kesempatan untuk ikut dalam proses perencanaan kegiatan kelas yang akan melibatkan dirinya dalam pelaksanaannya.
2)      Setiap siswa diberi kesempatan dalam pembagian tugas-tugas untuk kepentingan kelasnya.
3)      Bilamana guru atau wali kelas berhalangan, bagi dan serahkanlah kepercayaan berupa tanggung jawab mengatur rumah tangga dan disiplin kelas.
4)      Doronglah agar setiap siswa selalu bersedia mengatur kelasnya melalui kegiatan rutin sehari-hari.
5)      Kembangkanlah kesediaan bekerja sama dalam setiap kegiatan untuk kepentingan kelas dan sekolah atau kepentingan bersama.
6)      Susunlah bersama siswa, tata tertib, dan disiplin kelas.
7)      Musyawarah kepada siswa jika akan mengadakan kegiatan kelas dan membentuk tim atau panitia diantara siswa jika itu dibutuhkan.
8)      Membentuk bersama siswa suatu pengurus kelas yang akan bekerja sama sekama satu tahun.
e.       Dinamika kelas
Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif siswa sebagai suatu kelompok.
Dinamika kelas dipengaruhi oleh cara wali atau guru kelas menerapkan administrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan serta dalam mempergunakan pendekatan (approach) pengelolaan kelas.
1)      Kegiatan administrasi manajemen
a)      Perencanaan kelas.
b)      Pengorganisasian kelas.
c)      Pengarahan kelas.
d)     Koordinasi kelas.
e)      Komunikasi kelas.
f)       Kontrol kelas.
2)      Kegiatan operatif manejemen kelas
a)      Tata usha kelas.
b)      Kegiatan perbekalan kelas.
c)      Kegiatan keuangan kelas.
d)     Kegiatan pembinaan personal atau kepegawaian di kelas.
e)      Humas (hubungan masyarakat) di lingkungan kelas yaitu kerjasama memberikan informasi dan penjelasan di kelas lain dengan antar siswa atau pada guru.
f.       Lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar adalah lingkungan yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar.[11]
Faktor-faktor tersebut menjadi suatu sistem yang saling terikat satu dengan yang lain sebagai pondasi yang kokoh. Beberapa faktor-faktor penentu efektifitas manajemen kelas, yaitu :
a.       Pengembangan soliditas pemahaman personal atau psikologis siswa dan kebutuhan-kebutuhan belajar.
b.       Pemparan hubungan positif antara guru dan siswa dan serta antara siswa untuk membantu menemukan kebutuhan dasar psikologi siswa.
c.       Pengimplementasian metodologi pengajaran yang memfasilitasi belajar optimal dengan jalan memberi respon terhadap kebutuhan-kebutuhan akademik (academic needs) siswa dan kelompok kelas.
d.      Penggunaan metode organisasi dan pengelolaan kelompok yang dapat memaksimalkan perilaku tugas (on task behaviour) siswa dan kelompok kelas.
e.       Penggunaan metode-metode konseling dan penataan perilaku yang diperluas untuk membantu siswa yang tidak tepat dalam menjawab soal-soal ujian atau mengalami mis perilaku.[12]
Beberapa faktor-faktor dalam pengelolaan kelas dan siswa, yaitu :
a.    Penataan ruang kelas.
b.      Pengaturan tempat duduk.
c.       Pengaturan alat-alat pengajaran.
d.      Penataan keindahan dan kebersihan kelas.
e.       Pengaturan siswa.[13]
Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan oleh guru sebagai manajer di dalam kelas. Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya.

4.      Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Pendekatan yang secara umum dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah dengan pendekatan humanistik dalam kurikulum (Psikologi Humanistik) di dasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut :
a.       Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya dikembangkan sepenuhnya.
b.      Siswa yang diturut sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pengajaran akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya.
c.       Hasil belajar akan meningkatkan dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa saling mempercayai, saling membantu, saling memperdulikan dan bebas dari ketegangan yang berlebihan.
d.      Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung jawab kepada siswa atas kegiatannya belajar dan memupuk sikap positif terhadap “apa sebab” dan “bagaimana” mereka belajar.
e.       Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam penguasaan bahan pelajaran itu.
f.       Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa harga diri.[14]
Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut antara lain :
a.       Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas, melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
b.      Pendekatan ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran dan memaksa.
c.       Pendekatan kebebasan
Pengelolaan diartikan sebagai suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
d.      Pendekatan resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi suatu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas.
e.       Pendekatan pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah meramalkan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik. 
f.       Pendekatan perubahan tingkah laku
Pengelolaan diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Pendekatan ini berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) bertolak dari sudut pandang psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai berikut :
1)      Semua tingkah laku yang baik dan kurang baik merupakan hasil proses belajar. Asumsi ini mengharuskan wali/ guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
2)      Di dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguatan yang positif (positive reinforcement). Asumsi ini mengharuskan seorang wali/ guru kelas melakukan usaha-usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik (perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu terutama di kalangan siswa (respons).
g.      Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial (sosio-emotional climate approach)
Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologis iklim dan konseling (penyuluhan). Terdapat dua asumsi pokok yang dipergunakan dalam pengelolaan kelas sebagai berikut :
1)      Iklim sosial dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang harmonis, antara guru dengan guru, guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.
2)      Iklim sosial dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang disadari dengan hubungan manusiawi yang efektif.
h.      Pendekatan proses kelompok
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Dasar dari group process approach ini adalah psikologi sosial dan dinamis kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut :
1)      Pengalaman belajar di sekolah bagi siswa berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
2)      Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok yang efektif dan produktif.
i.        Pendekatan electis atau pluralistik
Pendekatan electis (electis approach) ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif wali/ guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut di atas berdasarkan situasi yang dihadapinya.[15]
Untuk menerapkan pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas agar kondisi belajar dapat optimal diperlukan komponen ketrampilan yang efektif. Komponen ketrampilan antara lain adalah :
a.    Ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
1)      Menunjukkan sikap tanggap
a)      Memandang secara seksama.
b)      Gerak mendekati.
c)      Memberikan pernyataan.
d)     Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan siswa.
2)      Memberi perhatian
a)      Visual : mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada kegiatan yang lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang siswa secara individual.
b)      Verbal : guru dapat memberikan komentar, penjelasan, prtolongan, dan sebagainya terhadap aktivitas siswa sementara ia meminjam kegiatan yang lain.
3)      Memusatkan perhatian kelompok
a)   Menyiagakan siswa.
b)      Menuntut tanggung jawab siswa.
4)      Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
5)      Menegur
a)      Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu serta kepada tingkahlakunya yang menyimpang.
b)      Menghindari peringatan yang kasar dan mengakibatkan atau yang mengandung penghinaan.
c)      Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
6)      Memberi Penguatan
a)      Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang mengganggu dengan jalan “menangkap” siswa tersebut ketika ia sedang melakukan tingkah laku yang tidak wajar, kemudian menegurnya.
b)      Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang bertingkah laku wajar dan dengan demikian menjadi contoh atau teladan tentang tingkah laku positif bagi siswa yang suka mengganggu.
b.   Ketrampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal
1)      Modifikasi tingkah laku
Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
2)      Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara :
a)      Memperlancar tugas-tugas.
b)      Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.
3)      Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.[16]
Pendekatan-pendekatan di atas adalah cara yang efektif dalam meningkatkan perilaku yang positif dan menghentikan perilaku yang negatif.

B.     Tinjauan tentang Pengembangan Variasi Mengajar
1.      Pengertian Variasi Mengajar
Mengajar dikatakan berhasil apabila anak-anak belajar sebagai akibat usaha itu. Variasi mengajar adalah sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktiv.[17]
Beberapa definisi tentang mengajar :
a.       Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak
b.      Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak
c.       Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan nya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. [18]
Pada definisi point (c) mengajar itu suatu usaha dari pihak guru, yakni mengatur lingkungan sehingga terbentuklah suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar. Jadi belajar berarti membimbing aktivitas anak, membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan dan membimbing pengalaman anak.
Sukses dalam mengajar hendaknya dinilai berdasarkan hasil-hasil yang mantap atau tahan lama dan yang dapat dipergunakan oleh si pelajar dalam hidupnya.[19]
Dengan demikian pengembangan variasi mengajar merupakan suatu upaya dan seorang guru untuk mengembangkan gaya personalnya untuk meningkatkan perhatian, motivasi, minat siswa terhadap pelajaran dalam kegiatan belajar yang memerlukan keanekaragaman agar tidak membosankan. Dalam hadits Rasulullah SAW menyebutkan :
عن عائشة رضي الله عنها قالت : فقال : ياايهاالنّاس حدوا من الاعمال ماتطيقون فإنّ الله لا يملّ حتى تملّوا وإنّ احبّ الاعمال الى الله مادام وإن قل.ّ [20]
Artinya : “Dari Aisyah ra, ia berkata : “Rasulullah SAW bersabda : “Wahai manusia, lakukanlah perbuatan-perbuatan yang sanggup kamu lakukan dengan kemampuan kamu, karena Allah tidak bosan sampai kamu sendiri yang bosan dan sesunggnya usaha-usaha yang paling dicintai Allah yaitu yang dikerjakan terus menerus walaupun sedikit” (HR. Bukhari).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kepada manusia untuk berbuat sesuai kemampuannya agar tidak cepat bosan.
Pengembangan variasi mengajar adalah tugas guru yang ditunjang dengan pengelolaan kelas yang tepat. Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusias, serta penuh partisipasi.[21]
Dalam hadits Rasulullah SAW tentang belajar efektif adalah :
عن عائشة انّ رسول الله صلىالله عليه وسلم قال : سدّد وا وقاربوا واعلموا اب لن يذ خل احد كم عمله الجنّة وأنّ احبّ الاعمال الى الله اد ومها وان قلّ. [22]

Artinya : “Dari Aisyah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Lakukanlah yang benar dan berusahalah melakukan perbuatan yang baik dan ketahuilah bahwa seseorang diantara kamu tidaklah akan masuk surga karena amalnya dan sesungguhnya usaha-usaha yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang berkelanjutan sekalipun sedikit”.

Hadits di atas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk melakukan perbuatan yang benar dan tepat serta baik secara berkelanjutan walaupun sedikit.
Maka seorang guru diharapkan mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif dengan benar dan tepat. Pengembangan variasi mengajar merupakan salah satu syarat kalau corak proses belajar mengajar untuk meningkatkan potensi-potensi siswa dan motivasi pada diri siswa.

2.      Tujuan Variasi Mengajar
Tujuan merupakan suatu yang esensi sebab besar maknanya. Tujuan pengajaran harus dirumuskan secara jelas, tepat dan terarah. Tujuan pengajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pengajaran.[23]
Aspek-aspek perkembangan yang menjadi tujuan peraturan pendidikan menengah adalah :
a.       Meningkatkan pengetahuan agar dapat diterima pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
b.      Mengembangkan diri agar dapat mengikuti perkembangan ilmu teknologi dan seni.
c.       Menjadi anggota masyarakat yang responsif terhadap sosial, buadya dan alam.
d.      Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kerja serta sikap profesional.
e.       Mengembangkan perilaku keagamaan.
f.       Melaksanakan tugas-tugas kedinasan dengan baik.[24]
Perkembangan tersebut mencakup perkembangan kognisi, afeksi dan psikomotor.
Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah :
a.       Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut.
b.      Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.
Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya.
c.       Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap guru.
d.      Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual
Sebagai seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai ketrampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar.
e.       Mendorong anak didik untuk belajar.
Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar sehingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar.[25]
Tujuan dan Manfaat
a.    Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan.
b.      Untuk memberikan kesempatan bagi perkembangannya bakat ingin mengetahui dan menyelidiku pada siswa tentang hal-hal yang baru.
c.       Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
d.      Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi.[26]
Kegunaan variasi di dalam kelas :
a.       Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek belajar.
b.      Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi.
c.       Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
d.      Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi kemudahan belajar.
e.       Mendorong aktifitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.[27]
Demikianlah tujuan variasi mengajar yang pada dasarnya untuk mengaktualisasikan potensi-potensi siswa, sehingga menumbuhkan motivasi dan kegairahan belajar dalam rangka mencapai keberhasilan belajar mengajar.

3.      Prinsip Penggunaan Variasi
Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar.
Prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah sebagai berikut :
a.       Dalam penggunaan ketrampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi semua itu untuk mencapai tujuan belajar.
b.      Mengguanakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga moment proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu.
c.       Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Biasanya bentuk umpan balik ada dua yaitu :
1)      Umpan balik tingkah laku yang mentangkut perhatian dan keterlibatan siswa.
2)      Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.[28]
Prinsip-prinsip yang perlu dipahami adalah :
a.    Perubahan yang digunakan harus bersifat efektif.
b.       Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat.
c.       Penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan sebelumnya.
d.      Penggunaan komponen variasi harus luwes dan spontan berdasarkan balikan siswa.[29]
Prinsip penggunaan yang efektif yaitu :
a.    Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
b.   Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
c.    Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.[30]
Demikianlah pembahasan mengenai prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar, tinggal guru saja yang harus menggunakannya secara tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan belajar mengajar yang tercipta untuk mencapai tujuan, yaitu keberhasilan belajar mengajar dari segi proses maupun produk.

4.      Komponen-komponen Variasi Mengajar
Komponen-komponen variasi mengajar itu dibagi ke dalam tiga kelompok besar yaitu gaya mengajar, variasi media dan bahan, serta variasi interaksi.
a.       Variasi gaya mengajar, meliputi :
1)      Variasi suara
Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan.
2)      Penekanan (focusing)
Untuk memfokuskan perhatian anak didik pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan penekanan secara verbal, misalnya perhatian baik-baik.
3)      Pemberian waktu (pausing)
Untuk menarik perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam dari akhir bagian pelajaran kebagian berikutnya.
4)      Kontak pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas, menatap mata setiap anak didik untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.
5)      Gerakan anggota badan (gesturing)
Variasi dalam mimik gerak kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi.
6)      Pindah posisi
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat meningkatkan kepribadian guru.
b.      Variasi media dan bahan ajaran
Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandang, media dengar dan media taktil. Bila guru dalam menggunakan media bervariasi dari satu ke yang lain atau variasi bahan ajaran dalam satu komponen media, akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra anak didik, membuat perhatian anak didik menjadi lebih tinggi, memberi motivasi untuk belajar, mendorong berfikir, dan meningkatkan kemampuan belajar. Variasi tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Variasi media pandang
Penggunaan media dipandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran. Khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, mading, film, film strip, TV, radio, recorder, gambar grafik, model, demonstrasi dan lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki keuntungan, yaitu :
a)      Membantu secara kongkret konsep berfikir, dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.
b)      Memiliki secara potensial perhatian anak didik pada tingkat yang tinggi.
c)      Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak didik.
d)     Mengembangkan cara berfikir berkesinambungan, seperti halnya dalam film.
e)      Memberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat yang lain.
f)       Menambah frekuensi kerja, lebih dalam dan variasi belajar.
2)      Variasi media dengar
Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas, suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaan media dengar memerlukan sekali saling bergantian atau kombinasi dengan media pandangan dan media taktil. Media dengar yang dapat dipakai ialah pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan rekaman suara musik, drama, wawancara, bahkan rekaman suara ikan lumba-lumba yang semua relevan.
3)      Variasi media taktil
Komponen terakhir dari ketrampilan menggunakan variasi media dan bahan ajaran adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran.
Dalam hal ini akan melibatkan anak didik dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai “media taktil”. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu atau kelompok kecil. Contoh : dalam bidang studi sejarah dapat membuat maket desa zaman Majapahit; dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah; mengumpulkan berbagai jenis mata uang logam contoh untuk bidang studi ekonomi.
c.       Variasi interaksi
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didiknya memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu :
1)      Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
2)      Anak didik mendengarkan dengan pasif, situasi di dominasi oleh guru, di mana guru berbicara kepada anak didik.
Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya guru berbicara dengan sekelompok kecil anak didik melalui mengajukan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan anak didik secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar anak didik dapat saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi atau diskusi.[31]
Pergantian posisi guru di dalam kelas dan gerak guru (teachers movement). Pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Terutama sekali bagi calon guru dalam menyajikan pelajaran di dalam kelas, biasakan bergerak bebas, tidak kikuk atau kaku, dan menghindari tingkah laku negatif. Berikut hal yang harus diperhatikan adalah :
a.       Biasakan bergerak bebas di dalam kelas. Gunanya untuk menanamkan rasa dekat kepada murid sambil mengontrol tingkah laku murid.
b.      Jangan membiaskan menerangkan sambil menulis menghadap ke papan tulis.
c.       Jangan membiasakan menerangkan dengan arah pandang ke langit-langit, ke arah lantai, atau keluar, tetapi arahkan pandangan menjelajahi seluruh kelas.
d.      Bila diinginkan untuk mengobservasi seluruh kelas, bergeraklah perlahan-lahan dari belakang ke arah depan untuk mengetahui tingkah laku murid.[32]
Interaksi ini dapat meningkatkan perhatian siswa sehingga siswa selalu aktif dan guru dapat memahami masalah yang dihadapi siswa.

C.    Pengelolaan Kelas dan Hubungannya dengan Pengembangan Variasi Mengajar
Pengelolaan kelas dapat berdampak positif bagi suatu pengembangan variasi mengajar, karena pengelolaan kelas memberikan fasilitas bagi proses belajat mengajar.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik.[33]
Suasana kelas yang kondusif akan tercipta jika pengelolaan kelas sudah diterapkan secara tepat oleh guru. Di sini seorang guru sebagai manajer dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengelola kelas yang besar atau yang banyak diperlukan manajer yang profesional. Seorang manajer yang profesional Squire Hutt dan Segars (1983) mengemukakan bahwa guru yang efektif adalah guru yang mampu menciptakan wahana bagi siswa untuk mendemonstrasikan secara konsisten prestasi level tinggi (high level of achievement) di tuntut memiliki tiga area keahlian, yaitu :
1.      Perencanaan yaitu penciptaan kondisi kesiapan bagi aktivitas kelas. Perencanaan dimaksud mencakup satuan acara pembelajaran media dan sumber pembelajaran dan pengorganisasian lingkungan belajar.
2.      Manajemen, berupa kemampuan guru dalam mengendalikan perilaku siswa. Semakin besar jumlah rombongan belajar makin banyak sumber daya yang digunakan. Semakin berat materi atau bahan ajar, semakin dituntut pula kemampuan manajemen kelas dari kalangan guru.
3.      Pengajaran yaitu kemampuan guru menciptakan kondisi dan membimbing siswa dalam belajar. Prakarsa ini amat terasa pada proses pembelajaran yang diindividualisasikan dan beragamnya latar belakang sosiologikal siswa.[34]
Hampir seluruh hasil survey mengenai keefektifan guru melaporkan bahwa ketrampilan manajemen kelas menduduki psosisi primer dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran (teaching success) yang diukur dari efektifitas proses belajar siswa atau peringkat yang dicapainya.[35]
Tattum (1986) menyatakan bahwa manajemen kelas dirumitkan oleh kebutuhan tentang alokasi waktu, ruang, materi pembelajaran dan pencatatan perilaku siswa. Siswa telah melaporkan mengenai cara-cara memanipulasi variabel-variabel tersebut di dalam menstrukturkan interaksi di kelas. Gaya personal guru mempengaruhi cara merancang dan mengorganisir kegiatan pembelajaran untuk memperlancar belajar.[36]
Dengan peran guru dalam menciptakan sumber daya kelas yang berupa faktor manusia, prosedur atau sistem, materi, peralatan, dan lingkungan merupakan suatu langkah yang harus dilakukan bagi keberlangsungan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sehingga guru di sini akan lebih mudah menggunakan kemampuannya dalam menentukan metode pengajaran yang tepat dan kecenderungan siswa akan lebih bergairah di dalam suasana kelas yang menimbulkan kebervariasian pengajaran guru akan berkembang dengan pesat, karena dukungan motivasi dari para siswa yang selalu aktif dan kreatif memberikan umpan balik yang positif.
Dengan demikian ketrampilan manajemen kelas sangat fundamental dalam mendukung proses pembelajaran termasuk pengembangan variasi mengajar guru di dalam kelas.





[1]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 196.

[2]Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 67.
[3]Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hlm. 167.

[4]Rasdi Ekosiswoyo, et.al, Manajemen Kelas Suatu Upaya untuk Memperlancar Kegiatan Belajar, IKIP Semarang Press, Semarang, 1996, hlm. 5.

[5]Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 172.

[6]Hasibuan JJ. Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 82.
[7]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 208.

[8]Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm. 13.
[9]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 239.

[10]Ibid, hlm. 240.
[11]Hadari Nawawi, Pengelolaan Kelas dan Organisasi Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995, hlm. 123.
[12]Sudarwan Danim, Op.cit, hlm. 188.

[13]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 227-238.
[14]Nasution S., Kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hlm. 49-50.
[15]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 205-206.
[16]Moh. Uzer Ustman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 98-100.
[17]Hasibuan JJ. Moedjiono, Op.cit, hlm. 64.

[18]S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 4.

[19]J. Mursell dan S. Nasution, Mengajar dengan Sukses (Succesful Teaching), Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hlm. 1.

[20]Muhammad Thalib, 25 Tuntutan Belajar Islam, Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2001, hlm. 62.
[21]Moh. Uzer Usman, Op.cit, hlm. 84.

[22]Muhammad Thalib, Loc.cit.
[23]Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm. 109.

[24]Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 14.
[25]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 181-185.

[26]Moh. Uzer Usman, Loc.cit.
[27]Hasibuan J.J. Moedjiono, Op.cit, hlm. 65.
[28]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 187.

[29]Hasibuan JJ Modjiono, Op.cit, hlm. 66.

[30]Moh. Uzer Usman, Op.cit, hlm. 85.
[31]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 188-193.
[32]Moh. Uzer Usman, Op.cit, hlm. 86.

[33]Ibid, hlm. 10.
[34]Sudarwan Danim, Op.cit, hlm. 185.

[35]Ibid, hlm. 190.

[36]Rasdi Ekosiswoyo, Op.cit, hlm. 192. 

0 Response to "PENGELOLAAN KELAS DAN VARIASI MENGAJAR"

Post a Comment