PENGELOLAAN KELAS DAN VARIASI MENGAJAR
A.
Tinjauan tentang Pengelolaan Kelas
1.
Pengertian Pengelolaan
Kelas
Sebelum membahas hal-hal yang berkaitan dengan
masalah pengelolaan kelas, terlebih dahulu dikemukakan pengertian pengelolaan
kelas secara definitif, sehingga tidak terjadi pengertian yang verbalisme.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu
pengelolaan dan kelas. Istilah lain dari kata pengelolaan “manajemen” adalah
kata yang aslinya dari bahasa Inggris “management” yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.
Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum
menurut Suharsimi Arikunto (1990 : 2) adalah pengadministrasian, pengaturan
atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik (1987 :
311) adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang
mendapat pengajaran dari guru.[1]
Di dalam membahas pengelolaan kelas ini, perlu
dikemukakan pendapat beberapa ahli yang mendefinisikan dengan redaksi yang
berlainan, di antaranya adalah sebagai berikut :
a.
Menurut Suharsimi Arikunto,
pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi
optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. [2]
b.
Menurut Sudarwan Danim,
pengelolaan atau manajemen kelas adalah seni atau praksis (praktik dan
strategi) kerja yaitu guru bekerja secara individu dengan cara melalui orang
laian (semisal bekerja dengan sejawat atau siswa sendiri). Untuk mengoptimalkan
sumber daya kelas bagi penciptaan proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien.[3]
c.
Menurut Rasdi Ekosiswoyo,
manajemen kelas adalah tahap-tahap dan prosedur untuk menciptakan dan
mempertahankan lingkungan belajar dan pembelajaran yang kondusif.[4]
d.
Menurut Made Pidarta, pengelolaan
kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap
problem dan situasi kelas.[5]
e.
Menurut J.J. Hasibuan, ketrampilan
mengelola kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal, dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika
terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan atau melakukan kegiatan
remedial.[6]
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pengelolaan
kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan
pengajaran. Kesimpulan yang sangat sederhana adalah bahwa pengelolaan kelas
adalah kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
2.
Prinsip-prinsip Pengelolaan
Kelas
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengelolaan
kelas di sini adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman atau pegangan guru di
dalam mengelola, agar menjadi terarah dan efisien.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam
pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan, yaitu
:
a.
Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar
mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan
atusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b.
Tantangan
Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau
bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar
sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
Tambahan lagi akan dapat menarik perhatian anak didik dan dapat mengendalikan
gairah belajar mereka.
c.
Bervariasi
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya
mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi
munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila
penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kevariasian dalam penggunaan
apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas
yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d.
Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik, serta
menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat
mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian,
tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
e.
Penekanan pada hal-hal yang
positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus
menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak
didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu
penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif
dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat
dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk
menghindari kesalahan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.
f.
Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik
dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu
mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri
hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung
jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut
berdisiplin dalam segala hal.[7]
Seorang ahli dari Amerika Serikat bernama L. Gulick
mengemukakan adanya 7 (tujuh) unsur administrasi seperti disebutkan dalam buku
administrasi seperti disebutkan dalam buku “Administrasi Pendidikan” (1969 :
1). Sebagai landasan manajemen adalah :
a. Perencanaan (planning).
b. Pengorganisasian
(organizing).
c. Kepegawaian
(staffing).
d. Pengarahan
(directing).
e. Pengkoordinasian
(coordinating).
f. Pengawasan
(controlling).
g. Pelaporan (reporting).[8]
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
mengatasi masalah untuk membuat iklim kelas yang sehat dan efektif adalah
sebagai berikut :
a.
Bila situasi kelas memungkinkan
anak-anak belajar secara maksimal, fungsi kelompok harus diminimalkan.
b.
Manajemen kelas harus memberi
fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan bekerjasama.
c.
Anggota-anggota kelompok harus
diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi efek
kepada hubungan dan kondisi belajar atau kerja.
d.
Anggota-anggota kelompok harus
dibimbing dalam menyelesaikan kebimbingan, ketegangan dan perasaan tertekan.
e.
Perlu diciptakan persahabatan dan
kepercayaan yang kuat antar siswa.[9]
Thomas Gardon (1990 : 29) mengatakan bahwa hubungan
guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat atau
prinsip-pinsip sebagai berikut :
a)
Keterbukaan, sehingga baik guru
maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka diri satu sama lain.
b)
Tanggap bilamana seseorang tahu
bahwa dia dinilai oleh orang lain.
c)
Saling ketergantungan antara satu
dengan yang lain.
d)
Kebebasan, yang memperbolehkan
setiap orang tumbuh dan berkembang mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya
dan kepribadiannya.
e)
Saling memenuhi kebutuhan,
sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak terpenuhi.[10]
Prinsip-prinsip di atas memberikan hubungan positif
interaksi edukatif antara guru dan siswa.
3.
Faktor-faktor Pengelolaan
Kelas
Beberapa faktor yang mempengaruhi perwujudan
manajemen atau pengelolaan kelas adalah :
a.
Kurikulum
Rancangan kurikulum untuk sekolah lanjutan atau
menengah adalah kurikulum pada tingkat ini harus dirancangkan untuk
memungkinkan diselenggarakannya kegiatan kelas dalam memenuhi kebutuhan
melakukan eksplorasi dan eksperimen guna memberikan pengalaman intelektual dan
sosial yang terpadu dalam rangka realisasi diri.
b.
Gedung dan sarana kelas/ sekolah
Perencanaan dalam
membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas
setiap rungan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan kurikulum
yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah sedang
ruangan atau gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas dalam
mengatur pendayagunaan ruang atau gedung yang tersedia berdasarkan kurikulum
yang dipergunakan.
c.
Guru
Kompetensi guru meliputi kompetensi pribadi,
kompetensi profesional dan kompetensi kemasyarakatan. Kompetensi itu berkenaan
dengan kemampuan dasar teknik edukatif dan administratif sebagai berikut :
1)
Penguasaan bahan.
2)
Mengelola program belajar
mengajar.
3)
Mengelola kelas.
4)
Penggunaan media atau sumber.
5)
Mampu mengelola dan mempergunakan
interaksi belajar mengajar untuk perkembangan fisik dan psikis yang sehat bagi
siswa.
6)
Memiliki kemampuan penilaian
prestasi belajar siswa secara obyektif dan mempergunakan hasilnya untuk
kepentingan proses pendidikan siswa.
7)
Memahami fungsi dan program
layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
d.
Murid/ siswa
Sikap bertanggung jawab (sense of responbility)
dan sikap merasa memiliki (sense of belonging) atau membership di
kalangan siswa-siswa, akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila dilakukan
tindakan-tindakan pengelolaan (management) kelas sebagai berikut :
1)
Setiap siswa diberi kesempatan
untuk ikut dalam proses perencanaan kegiatan kelas yang akan melibatkan dirinya
dalam pelaksanaannya.
2)
Setiap siswa diberi kesempatan
dalam pembagian tugas-tugas untuk kepentingan kelasnya.
3)
Bilamana guru atau wali kelas
berhalangan, bagi dan serahkanlah kepercayaan berupa tanggung jawab mengatur
rumah tangga dan disiplin kelas.
4)
Doronglah agar setiap siswa selalu
bersedia mengatur kelasnya melalui kegiatan rutin sehari-hari.
5)
Kembangkanlah kesediaan bekerja
sama dalam setiap kegiatan untuk kepentingan kelas dan sekolah atau kepentingan
bersama.
6)
Susunlah bersama siswa, tata
tertib, dan disiplin kelas.
7)
Musyawarah kepada siswa jika akan
mengadakan kegiatan kelas dan membentuk tim atau panitia diantara siswa
jika itu dibutuhkan.
8)
Membentuk bersama siswa suatu
pengurus kelas yang akan bekerja sama sekama satu tahun.
e.
Dinamika kelas
Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas
yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui
kreativitas dan inisiatif siswa sebagai suatu kelompok.
Dinamika kelas dipengaruhi oleh cara wali atau guru kelas menerapkan
administrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan serta dalam mempergunakan
pendekatan (approach) pengelolaan kelas.
1)
Kegiatan administrasi manajemen
a)
Perencanaan kelas.
b)
Pengorganisasian kelas.
c)
Pengarahan kelas.
d)
Koordinasi kelas.
e)
Komunikasi kelas.
f)
Kontrol kelas.
2)
Kegiatan operatif manejemen kelas
a)
Tata usha kelas.
b)
Kegiatan perbekalan kelas.
c)
Kegiatan keuangan kelas.
d)
Kegiatan pembinaan personal atau
kepegawaian di kelas.
e)
Humas (hubungan masyarakat) di
lingkungan kelas yaitu kerjasama memberikan informasi dan penjelasan di kelas
lain dengan antar siswa atau pada guru.
f.
Lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar adalah lingkungan yang mendukung
kelancaran proses belajar mengajar.[11]
Faktor-faktor tersebut menjadi suatu sistem yang
saling terikat satu dengan yang lain sebagai pondasi yang kokoh. Beberapa
faktor-faktor penentu efektifitas manajemen kelas, yaitu :
a.
Pengembangan soliditas pemahaman
personal atau psikologis siswa dan kebutuhan-kebutuhan belajar.
b.
Pemparan hubungan positif antara
guru dan siswa dan serta antara siswa untuk membantu menemukan kebutuhan dasar
psikologi siswa.
c.
Pengimplementasian metodologi
pengajaran yang memfasilitasi belajar optimal dengan jalan memberi respon
terhadap kebutuhan-kebutuhan akademik (academic needs) siswa dan
kelompok kelas.
d.
Penggunaan metode organisasi dan
pengelolaan kelompok yang dapat memaksimalkan perilaku tugas (on task
behaviour) siswa dan kelompok kelas.
e.
Penggunaan metode-metode konseling
dan penataan perilaku yang diperluas untuk membantu siswa yang tidak tepat
dalam menjawab soal-soal ujian atau mengalami mis perilaku.[12]
Beberapa faktor-faktor dalam pengelolaan kelas dan
siswa, yaitu :
a. Penataan ruang kelas.
b.
Pengaturan tempat duduk.
c.
Pengaturan alat-alat pengajaran.
d.
Penataan keindahan dan kebersihan
kelas.
e.
Pengaturan siswa.[13]
Faktor-faktor
tersebut perlu diperhatikan oleh guru sebagai manajer di dalam kelas. Sebagai
manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar
senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing
proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya.
4.
Pendekatan dalam
Pengelolaan Kelas
Pendekatan yang secara
umum dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah dengan pendekatan
humanistik dalam kurikulum (Psikologi Humanistik) di dasarkan atas
asumsi-asumsi sebagai berikut :
a.
Siswa akan lebih giat belajar dan
bekerja bila harga dirinya dikembangkan sepenuhnya.
b.
Siswa yang diturut sertakan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pengajaran akan merasa bertanggung jawab atas
keberhasilannya.
c.
Hasil belajar akan meningkatkan
dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa saling mempercayai, saling
membantu, saling memperdulikan dan bebas dari ketegangan yang berlebihan.
d.
Guru yang berperan sebagai
fasilitator belajar memberi tanggung jawab kepada siswa atas kegiatannya
belajar dan memupuk sikap positif terhadap “apa sebab” dan “bagaimana” mereka
belajar.
e.
Kepedulian siswa akan pelajaran
memegang peranan penting dalam penguasaan bahan pelajaran itu.
f.
Evaluasi diri bagian penting dalam
proses belajar yang memupuk rasa harga diri.[14]
Lahirnya interaksi yang
optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka
pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut antara lain :
a.
Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan kelas
diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
menaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas, melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
b.
Pendekatan ancaman
Dari pendekatan ancaman
atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak
didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan,
sindiran dan memaksa.
c.
Pendekatan kebebasan
Pengelolaan diartikan
sebagai suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
d.
Pendekatan resep
Pendekatan resep (cook
book) ini dilakukan dengan memberi suatu daftar yang dapat menggambarkan
apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi
semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas.
e.
Pendekatan pengajaran
Pendekatan ini didasarkan
atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah
munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila
tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam
mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang
baik. Peranan guru adalah meramalkan dan mengimplementasikan pelajaran yang
baik.
f.
Pendekatan perubahan tingkah laku
Pengelolaan diartikan
sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Pendekatan ini
berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach)
bertolak dari sudut pandang psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi
sebagai berikut :
1)
Semua tingkah laku yang baik dan
kurang baik merupakan hasil proses belajar. Asumsi ini mengharuskan wali/ guru
kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang
terwujudnya proses belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang
baik menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
2)
Di dalam proses belajar terdapat
proses psikologis yang fundamental berupa penguatan yang positif (positive
reinforcement). Asumsi ini mengharuskan seorang wali/ guru kelas melakukan
usaha-usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik
(perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu terutama di kalangan siswa
(respons).
g.
Pendekatan suasana emosi dan
hubungan sosial (sosio-emotional climate approach)
Pendekatan pengelolaan
kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial di dalam kelas sebagai
sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologis iklim dan konseling
(penyuluhan). Terdapat dua asumsi pokok yang dipergunakan dalam pengelolaan
kelas sebagai berikut :
1)
Iklim sosial dan emosional yang
baik adalah dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang harmonis, antara
guru dengan guru, guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, merupakan kondisi
yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.
2)
Iklim sosial dan emosional yang
baik tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, yang disadari dengan hubungan manusiawi yang efektif.
h.
Pendekatan proses kelompok
Pengelolaan kelas
diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem
sosial, dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Dasar dari group
process approach ini adalah psikologi sosial dan dinamis kelompok yang
mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut :
1)
Pengalaman belajar di sekolah bagi
siswa berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
2)
Tugas guru terutama adalah
memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok yang efektif dan produktif.
i.
Pendekatan electis atau pluralistik
Pendekatan electis (electis approach) ini
menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif wali/ guru kelas dalam
memilih berbagai pendekatan tersebut di atas berdasarkan situasi yang
dihadapinya.[15]
Untuk menerapkan
pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas agar kondisi belajar dapat optimal
diperlukan komponen ketrampilan yang efektif. Komponen ketrampilan antara lain
adalah :
a. Ketrampilan yang berhubungan dengan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
1)
Menunjukkan sikap tanggap
a)
Memandang secara seksama.
b)
Gerak mendekati.
c)
Memberikan pernyataan.
d)
Memberi reaksi terhadap gangguan
dan ketakacuhan siswa.
2)
Memberi perhatian
a)
Visual : mengalihkan pandangan
dari satu kegiatan kepada kegiatan yang lain dengan kontak pandang terhadap
kelompok siswa atau seorang siswa secara individual.
b)
Verbal : guru dapat memberikan
komentar, penjelasan, prtolongan, dan sebagainya terhadap aktivitas siswa
sementara ia meminjam kegiatan yang lain.
3)
Memusatkan perhatian kelompok
a) Menyiagakan siswa.
b)
Menuntut tanggung jawab siswa.
4)
Memberikan petunjuk-petunjuk yang
jelas
5)
Menegur
a)
Tegas dan jelas tertuju kepada
siswa yang mengganggu serta kepada tingkahlakunya yang menyimpang.
b)
Menghindari peringatan yang kasar
dan mengakibatkan atau yang mengandung penghinaan.
c)
Menghindari ocehan atau ejekan,
lebih-lebih yang berkepanjangan.
6)
Memberi Penguatan
a)
Guru dapat memberikan penguatan
kepada siswa yang mengganggu dengan jalan “menangkap” siswa tersebut ketika ia
sedang melakukan tingkah laku yang tidak wajar, kemudian menegurnya.
b)
Guru dapat memberikan penguatan
kepada siswa yang bertingkah laku wajar dan dengan demikian menjadi contoh atau
teladan tentang tingkah laku positif bagi siswa yang suka mengganggu.
b. Ketrampilan yang berhubungan dengan
pengembalian kondisi belajar yang optimal
1)
Modifikasi tingkah laku
Guru
hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau kesulitan
dan berusaha memodifikasi tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau
kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan
mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
2)
Guru dapat menggunakan pendekatan
pemecahan masalah kelompok dengan cara :
a)
Memperlancar tugas-tugas.
b)
Memelihara kegiatan-kegiatan
kelompok.
3)
Menemukan dan memecahkan tingkah
laku yang menimbulkan masalah.[16]
Pendekatan-pendekatan di atas adalah cara yang
efektif dalam meningkatkan perilaku yang positif dan menghentikan perilaku yang
negatif.
B.
Tinjauan tentang
Pengembangan Variasi Mengajar
1.
Pengertian Variasi Mengajar
Mengajar dikatakan berhasil apabila anak-anak belajar
sebagai akibat usaha itu. Variasi mengajar adalah sebagai perbuatan guru dalam
konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa,
sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan,
keantusiasan, serta berperan serta secara aktiv.[17]
Beberapa definisi tentang mengajar :
a.
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan
pada anak
b.
Mengajar adalah menyampaikan
kebudayaan pada anak
c.
Mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan nya
dengan anak sehingga terjadi proses belajar. [18]
Pada definisi point (c) mengajar itu suatu usaha dari
pihak guru, yakni mengatur lingkungan sehingga terbentuklah suasana yang
sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar. Jadi belajar berarti membimbing
aktivitas anak, membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada
lingkungan dan membimbing pengalaman anak.
Sukses dalam mengajar hendaknya dinilai berdasarkan
hasil-hasil yang mantap atau tahan lama dan yang dapat dipergunakan oleh si
pelajar dalam hidupnya.[19]
Dengan demikian pengembangan variasi mengajar
merupakan suatu upaya dan seorang guru untuk mengembangkan gaya personalnya
untuk meningkatkan perhatian, motivasi, minat siswa terhadap pelajaran dalam
kegiatan belajar yang memerlukan keanekaragaman agar tidak membosankan. Dalam
hadits Rasulullah SAW menyebutkan :
عن عائشة رضي الله عنها قالت
: فقال : ياايهاالنّاس حدوا من الاعمال ماتطيقون فإنّ الله لا يملّ حتى تملّوا
وإنّ احبّ الاعمال الى الله مادام وإن قل.ّ [20]
Artinya : “Dari Aisyah ra, ia berkata : “Rasulullah SAW bersabda :
“Wahai manusia, lakukanlah perbuatan-perbuatan yang sanggup kamu lakukan dengan
kemampuan kamu, karena Allah tidak bosan sampai kamu sendiri yang bosan dan
sesunggnya usaha-usaha yang paling dicintai Allah yaitu yang dikerjakan terus
menerus walaupun sedikit” (HR. Bukhari).
Hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah SAW
memerintahkan kepada manusia untuk berbuat sesuai kemampuannya agar tidak cepat
bosan.
Pengembangan variasi mengajar adalah tugas guru yang
ditunjang dengan pengelolaan kelas yang tepat. Variasi stimulus adalah suatu
kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan
untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar murid
senantiasa menunjukkan ketekunan, antusias, serta penuh partisipasi.[21]
Dalam hadits Rasulullah SAW tentang belajar efektif
adalah :
عن عائشة انّ رسول الله
صلىالله عليه وسلم قال : سدّد وا وقاربوا واعلموا اب لن يذ خل احد كم عمله الجنّة
وأنّ احبّ الاعمال الى الله اد ومها وان قلّ. [22]
Artinya : “Dari Aisyah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda :
Lakukanlah yang benar dan berusahalah melakukan perbuatan yang baik dan
ketahuilah bahwa seseorang diantara kamu tidaklah akan masuk surga karena
amalnya dan sesungguhnya usaha-usaha yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang
berkelanjutan sekalipun sedikit”.
Hadits di atas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW
memerintahkan kita untuk melakukan perbuatan yang benar dan tepat serta baik
secara berkelanjutan walaupun sedikit.
Maka seorang guru diharapkan mampu menciptakan
situasi belajar mengajar yang efektif dengan benar dan tepat. Pengembangan
variasi mengajar merupakan salah satu syarat kalau corak proses belajar
mengajar untuk meningkatkan potensi-potensi siswa dan motivasi pada diri siswa.
2.
Tujuan Variasi Mengajar
Tujuan merupakan suatu yang esensi sebab besar
maknanya. Tujuan pengajaran harus dirumuskan secara jelas, tepat dan terarah.
Tujuan pengajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pengajaran.[23]
Aspek-aspek perkembangan yang menjadi tujuan
peraturan pendidikan menengah adalah :
a.
Meningkatkan pengetahuan agar
dapat diterima pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
b.
Mengembangkan diri agar dapat
mengikuti perkembangan ilmu teknologi dan seni.
c.
Menjadi anggota masyarakat yang
responsif terhadap sosial, buadya dan alam.
d.
Mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan kerja serta sikap profesional.
e.
Mengembangkan perilaku keagamaan.
f.
Melaksanakan tugas-tugas kedinasan
dengan baik.[24]
Perkembangan
tersebut mencakup perkembangan kognisi, afeksi dan psikomotor.
Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap
perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud
adalah :
a.
Meningkatkan dan memelihara
perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar
mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat
dituntut.
b.
Memberikan kesempatan kemungkinan
berfungsinya motivasi.
Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak
ada motivasi di dalam dirinya.
c.
Membentuk sikap positif terhadap
guru dan sekolah.
Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada
siswa tertentu yang kurang senang terhadap guru.
d.
Memberikan kemungkinan pilihan dan
fasilitas belajar individual
Sebagai seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai ketrampilan yang
mendukung tugasnya dalam mengajar.
e.
Mendorong anak didik untuk
belajar.
Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu
mendorong anak didik untuk selalu belajar sehingga berakhirnya kegiatan belajar
mengajar.[25]
Tujuan dan Manfaat
a. Untuk menimbulkan
dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang
relevan.
b.
Untuk memberikan kesempatan bagi
perkembangannya bakat ingin mengetahui dan menyelidiku pada siswa tentang
hal-hal yang baru.
c.
Untuk memupuk tingkah laku yang
positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih
hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
d.
Guna memberi kesempatan kepada
siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi.[26]
Kegunaan variasi di dalam kelas :
a.
Memelihara dan meningkatkan
perhatian siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek belajar.
b.
Meningkatkan kemungkinan
berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan
eksplorasi.
c.
Membentuk sikap positif terhadap
guru dan sekolah.
d.
Kemungkinan dilayaninya siswa
secara individual sehingga memberi kemudahan belajar.
e.
Mendorong aktifitas belajar dengan
cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang
menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.[27]
Demikianlah tujuan variasi mengajar yang pada
dasarnya untuk mengaktualisasikan potensi-potensi siswa, sehingga menumbuhkan
motivasi dan kegairahan belajar dalam rangka mencapai keberhasilan belajar
mengajar.
3.
Prinsip Penggunaan Variasi
Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa
untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang
kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan cara memperhatikan
beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar.
Prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah
sebagai berikut :
a.
Dalam penggunaan ketrampilan
variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi
penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi semua itu untuk mencapai tujuan
belajar.
b.
Mengguanakan variasi secara lancar
dan berkesinambungan, sehingga moment proses belajar mengajar yang utuh tidak
rusak, perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu.
c.
Penggunaan komponen variasi harus
benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan
yang luwes, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa.
Biasanya bentuk umpan balik ada dua yaitu :
1)
Umpan balik tingkah laku yang
mentangkut perhatian dan keterlibatan siswa.
2)
Umpan balik informasi tentang
pengetahuan dan pelajaran.[28]
Prinsip-prinsip yang perlu dipahami adalah :
a. Perubahan
yang digunakan harus bersifat efektif.
b.
Penggunaan teknik variasi harus
lancar dan tepat.
c.
Penggunaan komponen-komponen
variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan sebelumnya.
d.
Penggunaan komponen variasi harus
luwes dan spontan berdasarkan balikan siswa.[29]
Prinsip penggunaan yang efektif yaitu :
a. Variasi hendaknya
digunakan dengan maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak
dicapai.
b. Variasi
harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak
perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
c. Direncanakan
secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau
satuan pelajaran.[30]
Demikianlah pembahasan mengenai prinsip-prinsip
penggunaan variasi mengajar, tinggal guru saja yang harus menggunakannya secara
tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan belajar mengajar yang tercipta untuk
mencapai tujuan, yaitu keberhasilan belajar mengajar dari segi proses maupun
produk.
4.
Komponen-komponen Variasi
Mengajar
Komponen-komponen variasi mengajar itu dibagi ke
dalam tiga kelompok besar yaitu gaya mengajar, variasi media dan bahan, serta
variasi interaksi.
a.
Variasi gaya mengajar, meliputi :
1)
Variasi suara
Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan.
2)
Penekanan (focusing)
Untuk memfokuskan perhatian anak didik pada suatu aspek yang penting atau
aspek kunci, guru dapat menggunakan penekanan secara verbal, misalnya perhatian
baik-baik.
3)
Pemberian waktu (pausing)
Untuk menarik perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang
bersuara menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam
dari akhir bagian pelajaran kebagian berikutnya.
4)
Kontak pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya
mengarahkan pandangannya keseluruh kelas, menatap mata setiap anak didik untuk
dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.
5)
Gerakan anggota badan (gesturing)
Variasi dalam mimik gerak kepala atau badan merupakan bagian yang penting
dalam komunikasi.
6)
Pindah posisi
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik
perhatian anak didik, dapat meningkatkan kepribadian guru.
b.
Variasi media dan bahan ajaran
Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media,
yaitu media pandang, media dengar dan media taktil. Bila guru dalam menggunakan
media bervariasi dari satu ke yang lain atau variasi bahan ajaran dalam satu
komponen media, akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra anak didik,
membuat perhatian anak didik menjadi lebih tinggi, memberi motivasi untuk
belajar, mendorong berfikir, dan meningkatkan kemampuan belajar. Variasi
tersebut adalah sebagai berikut :
1)
Variasi media pandang
Penggunaan media dipandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan
bahan ajaran. Khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta,
mading, film, film strip, TV, radio, recorder, gambar grafik, model,
demonstrasi dan lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut
akan memiliki keuntungan, yaitu :
a)
Membantu secara kongkret konsep
berfikir, dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.
b)
Memiliki secara potensial
perhatian anak didik pada tingkat yang tinggi.
c)
Dapat membuat hasil belajar yang
riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak didik.
d)
Mengembangkan cara berfikir
berkesinambungan, seperti halnya dalam film.
e)
Memberi pengalaman yang tidak
mudah dicapai oleh alat yang lain.
f)
Menambah frekuensi kerja, lebih
dalam dan variasi belajar.
2)
Variasi media dengar
Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas, suara guru adalah
alat utama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaan media dengar memerlukan
sekali saling bergantian atau kombinasi dengan media pandangan dan media
taktil. Media dengar yang dapat dipakai ialah pembicaraan anak didik, rekaman
bunyi dan rekaman suara musik, drama, wawancara, bahkan rekaman suara ikan
lumba-lumba yang semua relevan.
3)
Variasi media taktil
Komponen terakhir dari ketrampilan menggunakan variasi media dan bahan
ajaran adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran.
Dalam hal ini akan melibatkan anak didik dalam kegiatan penyusunan atau
pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai “media taktil”. Kegiatan
tersebut dapat dilakukan secara individu atau kelompok kecil. Contoh : dalam
bidang studi sejarah dapat membuat maket desa zaman Majapahit; dalam bidang
studi geografi dapat membuat model lapisan tanah; mengumpulkan berbagai jenis
mata uang logam contoh untuk bidang studi ekonomi.
c.
Variasi interaksi
Variasi dalam pola
interaksi antara guru dengan anak didiknya memiliki rentangan yang bergerak
dari dua kutub, yaitu :
1)
Anak didik bekerja atau belajar
secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
2)
Anak didik mendengarkan dengan
pasif, situasi di dominasi oleh guru, di mana guru berbicara kepada anak didik.
Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat
terjadi. Misalnya guru berbicara dengan sekelompok kecil anak didik melalui
mengajukan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan anak didik secara
individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar anak
didik dapat saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi
atau diskusi.[31]
Pergantian posisi guru di dalam kelas dan gerak guru
(teachers movement). Pergantian posisi guru di dalam kelas dapat
digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Terutama sekali bagi calon guru
dalam menyajikan pelajaran di dalam kelas, biasakan bergerak bebas, tidak kikuk
atau kaku, dan menghindari tingkah laku negatif. Berikut hal yang harus
diperhatikan adalah :
a.
Biasakan bergerak bebas di dalam
kelas. Gunanya untuk menanamkan rasa dekat kepada murid sambil mengontrol
tingkah laku murid.
b.
Jangan membiaskan menerangkan
sambil menulis menghadap ke papan tulis.
c.
Jangan membiasakan menerangkan
dengan arah pandang ke langit-langit, ke arah lantai, atau keluar, tetapi
arahkan pandangan menjelajahi seluruh kelas.
d.
Bila diinginkan untuk
mengobservasi seluruh kelas, bergeraklah perlahan-lahan dari belakang ke arah
depan untuk mengetahui tingkah laku murid.[32]
Interaksi ini dapat meningkatkan perhatian siswa
sehingga siswa selalu aktif dan guru dapat memahami masalah yang dihadapi
siswa.
C.
Pengelolaan Kelas dan
Hubungannya dengan Pengembangan Variasi Mengajar
Pengelolaan kelas dapat berdampak positif bagi suatu
pengembangan variasi mengajar, karena pengelolaan kelas memberikan fasilitas
bagi proses belajat mengajar.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar
agar mencapai hasil yang baik.[33]
Suasana kelas yang kondusif akan tercipta jika
pengelolaan kelas sudah diterapkan secara tepat oleh guru. Di sini seorang guru
sebagai manajer dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengelola kelas yang besar atau yang banyak
diperlukan manajer yang profesional. Seorang manajer yang profesional Squire
Hutt dan Segars (1983) mengemukakan bahwa guru yang efektif adalah guru yang
mampu menciptakan wahana bagi siswa untuk mendemonstrasikan secara konsisten
prestasi level tinggi (high level of achievement) di tuntut memiliki
tiga area keahlian, yaitu :
1.
Perencanaan yaitu penciptaan
kondisi kesiapan bagi aktivitas kelas. Perencanaan dimaksud mencakup satuan
acara pembelajaran media dan sumber pembelajaran dan pengorganisasian
lingkungan belajar.
2.
Manajemen, berupa kemampuan guru
dalam mengendalikan perilaku siswa. Semakin besar jumlah rombongan belajar
makin banyak sumber daya yang digunakan. Semakin berat materi atau bahan ajar,
semakin dituntut pula kemampuan manajemen kelas dari kalangan guru.
3.
Pengajaran yaitu kemampuan guru
menciptakan kondisi dan membimbing siswa dalam belajar. Prakarsa ini amat
terasa pada proses pembelajaran yang diindividualisasikan dan beragamnya latar
belakang sosiologikal siswa.[34]
Hampir seluruh hasil survey mengenai keefektifan guru
melaporkan bahwa ketrampilan manajemen kelas menduduki psosisi primer dalam
menentukan keberhasilan proses pembelajaran (teaching success) yang
diukur dari efektifitas proses belajar siswa atau peringkat yang dicapainya.[35]
Tattum (1986) menyatakan bahwa manajemen kelas
dirumitkan oleh kebutuhan tentang alokasi waktu, ruang, materi pembelajaran dan
pencatatan perilaku siswa. Siswa telah melaporkan mengenai cara-cara
memanipulasi variabel-variabel tersebut di dalam menstrukturkan interaksi di
kelas. Gaya personal guru mempengaruhi cara merancang dan mengorganisir
kegiatan pembelajaran untuk memperlancar belajar.[36]
Dengan peran guru dalam menciptakan sumber daya kelas
yang berupa faktor manusia, prosedur atau sistem, materi, peralatan, dan
lingkungan merupakan suatu langkah yang harus dilakukan bagi keberlangsungan
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sehingga guru di sini akan
lebih mudah menggunakan kemampuannya dalam menentukan metode pengajaran yang
tepat dan kecenderungan siswa akan lebih bergairah di dalam suasana kelas yang
menimbulkan kebervariasian pengajaran guru akan berkembang dengan pesat, karena
dukungan motivasi dari para siswa yang selalu aktif dan kreatif memberikan umpan
balik yang positif.
Dengan demikian ketrampilan manajemen kelas sangat
fundamental dalam mendukung proses pembelajaran termasuk pengembangan variasi
mengajar guru di dalam kelas.
[1]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 196.
[2]Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa
Sebuah Pendekatan Evaluatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm.
67.
[3]Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya
Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Pustaka Setia, Bandung,
2002, hlm. 167.
[4]Rasdi Ekosiswoyo, et.al, Manajemen Kelas Suatu
Upaya untuk Memperlancar Kegiatan Belajar, IKIP Semarang Press, Semarang,
1996, hlm. 5.
[5]Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam
Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 172.
[6]Hasibuan JJ. Moedjiono, Proses Belajar Mengajar,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 82.
[7]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 208.
[8]Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm. 13.
[9]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 239.
[10]Ibid, hlm.
240.
[11]Hadari Nawawi, Pengelolaan Kelas dan Organisasi
Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995, hlm. 123.
[12]Sudarwan Danim, Op.cit, hlm. 188.
[13]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 227-238.
[14]Nasution S., Kurikulum dan Pengajaran, Bumi
Aksara, Jakarta, 1999, hlm. 49-50.
[15]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 205-206.
[16]Moh. Uzer Ustman, Menjadi Guru Profesional,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 98-100.
[17]Hasibuan JJ. Moedjiono, Op.cit, hlm. 64.
[18]S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Bumi
Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 4.
[19]J. Mursell dan S. Nasution, Mengajar dengan Sukses
(Succesful Teaching), Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hlm. 1.
[20]Muhammad Thalib, 25 Tuntutan Belajar Islam,
Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2001, hlm. 62.
[21]Moh. Uzer Usman, Op.cit, hlm. 84.
[22]Muhammad Thalib, Loc.cit.
[23]Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm. 109.
[24]Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Rineka
Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 14.
[25]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 181-185.
[26]Moh. Uzer Usman, Loc.cit.
[27]Hasibuan J.J. Moedjiono, Op.cit, hlm. 65.
[28]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 187.
[29]Hasibuan JJ Modjiono, Op.cit, hlm. 66.
[30]Moh. Uzer Usman, Op.cit, hlm. 85.
[31]Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 188-193.
[32]Moh. Uzer Usman, Op.cit, hlm. 86.
[33]Ibid, hlm.
10.
[34]Sudarwan Danim, Op.cit, hlm. 185.
[35]Ibid, hlm.
190.
0 Response to "PENGELOLAAN KELAS DAN VARIASI MENGAJAR"
Post a Comment