METODE TANYA JAWAB DAN MOTIVASI BELAJAR

METODE TANYA JAWAB DAN MOTIVASI BELAJAR


A.    Tinjauan Tentang Metode Tanya Jawab
  1.   Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ialah metode mengajar dengan menggunakan komunikasi dua arah (two way traffic), guru bertanya murid menjawab dan sebaliknya terjadi dialog dari kedua belah pihak.[1] Atau cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajarkan pertanyaan dan murid memberikan jawaban dan sebaliknya murid bertanya guru memberikan jawaban.[2]
Metode tanya jawab ini lebih sesuai jika dipakai untuk mengulang atau mengingatkan kembali pelajaran tertentu, membangkitkan semangat atau motivasi belajar, ukuran kelasnya tidak terlalu besar dan juga dapat digunakan sebagai selingan metode lain.[3]
Selain itu metode ini dimaksudkan untuk mengamalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang minat dan perhatian murid dengan berbagai cara sebagai bahan appersepsi, selingan, evaluasi.
Metode ini telah dipakai sejak dahulu kala, ia berpengaruh amat besar dalam pengajaran, pertanyaan-pertanyaan yang baik akan sangat bermanfaat dan menguntungkan para siswa dan pertanyaan-pertanyaan itu tidak harus dari guru, bisa dari antar siswa.[4] Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab adalah :
a.       Untuk mengetahui sampai sejauhmana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
b.      Untuk merangsang siswa berfikir.
c.       Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami.[5]
2.   Jenis dan Bentuk Pertanyaan
Pada dasarnya ada dua jenis pertanyaan yang perlu diajukan yakni pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran.[6]
a.   Pertanyaan ingatan
Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauhmana pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya pertanyaan berpangkal kepada apa, kapan, di mana, berapa dan yang selanjutnya. Di samping pada ingatan pertanyaan juga dapat bersifat mendorong untuk berfikir secara kritis.[7]
Contoh pertanyaan ingatan :
-          Faktor-faktor apakah yang menyebabkan cepatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia ?
-          Berapakah jumlah penduduk Indonesia sekarang ?
b.   Pertanyaan Pikiran
Pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauhmana cara berfikir anak dalam menanggapi suatu persoalan sehingga menimbulkan kesan, pendapat dan tanggapan.
Biasanya pertanyaan ini dimulai dengan kata mengapa, bagaimana, seberapa, uraikan dan jabarkan.
Contoh pertanyaan pikiran :
-          Bagaimana pendapatmu bila pertumbuhan penduduk di Indonesia dibiarkan terus meningkat ?
Pertanyaan mempunyai jenis dan macam yang tidak sedikit jumlahnya, maka dari itu dalam tulisan ini selain jenis pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran ada juga jenis pertanyaan ditinjau dari maksudnya, bentuk kata yang dipergunakan dan tingkatannya (Taxonomi bloom).[8]
a.   Jenis pertanyaan menurut maksudnya
Jenis pertanyaan ini dijawab menurut arti atau maksud kalimatnya atau intonasi kalimatnya (kalimat tanya)
Jenis pertanyaan ini antara lain :
1).  Pertanyaan Permintaan (Compliance Question)
Pertanyaan permintaan adalah jenis pertanyaan yang harus mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan guru.
Misal : Maukah anda memperhatikan ?
Jadi pertanyaan yang bersifat meminta adalah jenis pertanyaan yang tidak menuntut untuk dijawab, akan tetapi mengharapkan untuk dipatuhi permintaannya (untuk tenang memperhatikan dan sebagainya).
2).   Pertanyaan Retoris (Rhetorical Question)
Segala pertanyaan yang bermaksud tidak mengharapkan atau menghadapi jawaban disebut pertanyaan retoris. Biasanya pertanyaan semacam ini dijawab sendiri oleh orang yang mengajukan pertanyaan, dengan maksud hendak menyampaikan suatu informasi atau pesan kepada orang lain dimana dengan pertanyaan ini subyek hendak menjelaskannya. Dengan kata lain pertanyaan yang mereka ajukan sebagai topik pembicaraannya.
b.   Pertanyaan menurut jenis kata yang dipergunakan
Segala pertanyaan yang ditinjau dari segi jenis kata yang dipergunakan terdapat dua macam diantaranya :


1).   Menggunakan kata 5 W dan I H (WH Question)
Kata 5 W dan 1 H adalah bentuk kata tanya yang dipergunakan dalam menyusun kalimat tanya, yaitu : what, why, when, where dan how. Keenam kata itu di dalam bahasa Inggris sering disebut dengan jawaban panjang. Artinya bila jawaban tanya yang dipergunakan keenam kata tersebut tidak boleh dijawab secara singkat seperti yes atau no, (ya atau tidak).[9] Hal itu sebaiknya dicegah, karena pertanyaan yang dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak” hanya mengukur perilaku kognitif taraf rendah.
2).   Menggunakan kata selain 5 W dan I H (Yes or No Question)
Kalimat tanya selamanya tidak menggunakan kata-kata yang khusus untuk bertanya, akan tetapi dapat juga menggunakan kata-kata yang lain seperti : boleh tidak, dapatkah, maukah dan sebagainya. Kalimat tanya semacam itu (menggunakan selain 5 W dan I H) dalam bahasa Inggris dinamakan “Yes or No Question” artinya pertanyaan mengharapkan jawaban ya atau tidaknya sesuatu. Jadi pertanyaan jenis jawaban terletak pada dua alternatif (ya atau tidak).[10]
Misal :    -   Bolehkah makan daging anjing laut ?
                    Jawabannya boleh atau tidak boleh
-       Maukah kamu mengambil uang ?
     Jawabannya mau atau tidak mau
c.   Pertanyaan menurut tingkatannya (Taxonomi Bloom)
Pertanyaan dapat dilihat tingkatan tinggi rendahnya menurut Taxonomi Bloom. Tingkatan itu secara berurutan adalah sebagai berikut :
1).  Pertanyaan Pengetahuan (Recall Question)
Pertanyaan pengetahuan (knowledge question) adalah pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan saja. Ini biasanya jawaban yang diminta adalah singkat, jelas dan tegas, tanpa mengharapkan keterangan (jawaban) yang panjang lebar dan cukup jawaban yang bersifat teks book. Dalam kalimat tanya dalam tingkatan ini biasanya (sering) menggunakan kata-kata seperti apa, siapa, kapan, dimana dan sebutkan. 
2).  Pertanyaan Pemahaman (Comprehention Question)
Pertanyaan tingkatan ini menurut jawaban dengan jalan mengorganisir beberapa pendapatan informasi-informasi yang pernah diperoleh dengan kalimat sendiri atau membandingkan dan membedakan antara persoalan yang satu dengan yang lainnya.
3).  Pertanyaan Penerapan (Aplication Question)
Pertanyaan penerapan adalah pertanyaan yang menurut jawaban tunggal dengan jalan mengaplikasikan atau menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-aturan dan sebagainya yang telah diperoleh di masa sebelumnya. Sesuatu sesudah mendengarkan ceramah atau belajar sesuatu hal yang masih diragukan kebenarannya.
4).  Pertanyaan Analisis (Analisis Question)
Pertanyaan analisis artinya pertanyaan yang menurut jawaban dengan cara :
-          Mengindetifikasikan motif masalah yang ditampilkan.
-          Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan atau generaliasi yang ditampilkan.
-          Menarik kesimpulan berdasarkan informasi-informasi yang ada atau membuat generalisasi berdasarkan hal-hal ada.
Pertanyaan seperti ini tergolong pada pertanyaan tingkat tinggi yang kedua setelah pertanyaan aplikasi. Oleh karena itu jawaban yang dituntutnya memang betul-betul berat atau tinggi cara berfikirnya. Biasanya pertanyaan seperti ini di dalam aktivitas mengajar sering dipergunakan oleh mahasiswa dan aktivitas dakwah sering dipergunakan oleh orang-orang muallaf yang mempunyai pola berfikir tinggi (berpendidikan tinggi).

5).  Pertanyaan Sintesa (Synthesia Question)
Kelompok pertanyaan tingkat tinggi yang ketiga adalah pertanyaan Sistesa (Systesis Question). pertanyaan ini merupakan kebalikan daripada pertanyaan analisis, di mana pertanyaan ini diharapkan jawaban tidak cukup satu atau jawaban tunggal, melainkan beberapa alternatif jawaban sesuai dengan kemampuan dan daya nalarnya. Sehubungan dengan ciri daripada pertanyaan sintesis tersebut, pertanyaan ini menuntut jawaban tentang :
a)      Membuat produksi, artinya membuat ramalan atas dasar fakta, ilmu pengetahuan atau teknologi dan dalil dan naqliyah.
Contoh :   - Apa yang akan terjadi jika Tuhan lebih dari satu ?
-    Rahasia apakah yang dikandung dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW ?
b)      Memecahkan masalah, artinya suatu pertanyaan yang berbentuk problematika (masalah) yang mengharapkan pemecahannya.
Contoh :   Kemungkaran merajalela bagaimana konsepun tentang pemberantasannya ?
6)      Pertanyaan Evaluasi (Evaluation Question)
Pertanyaan evaluasi merupakan jenis pertanyaan yang paling tinggi dan sebagai puncak tertinggi segala pertanyaan (menurut Taxonomi Bloom) pertanyaan seperti ini mengehendaki jawaban dengan cara menilai sesuatu issu atau memberi tanggapan atau pendapat tentang sesuatu hal.
Contoh :   Menurut pendapatmu mana yang lebih afdhol tentang sholat khusuf ?
3.   Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya Jawab
a.       Kelebihannya metode tanya jawab
1)      Suasana atau situasi kelas akan lebih hidup, karena murid dirangsang aktif berfikir dan menyampaikan fikirannya dengan melalui pemberian jawaban dari pertanyaan guru.
2)      Sangat positif untuk melatih keberanian murid mengemukakan pendapatnya dengan lisan.
3)      Terdapatnya perbedaan jawaban diantara murid akan membawa kelas pada situasi diskusi.
4)      Memberikan dorongan aktivitas dan kesungguhan murid, dalam arti murid yang biasanya segan mencurahkan perhatian akan lebih berhati-hati dan aktif mengikuti pelajaran.
5)      Walaupun prosesnya agak lambat, namun secara pasti guru dapat mengontrol pemahaman atau pengertian murid pada masalah yang dibicarakan.
6)      Bila dibandingkan dengan metode ceramah yang monoton, metode tanya jawab dapat membangkitkan aktifitas murid.[11]
7)      Memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga Bapak atau Ibu guru dapat mengulang kembali.
8)      Perbedaan pendapat antara siswa dapat dikompromikan atau diarahkan pada suatu diskusi.[12]
b.   Kekurangan Metode Tanya Jawab
1)      Akan menimbulkan penyimpangan pembicaraan.
2)      Dapat meghambat cara berfikir anak bila tidak atau kurang pandai membawakan. Misalnya guru meminta siswa-siswanya untuk menjawab persis seperti yang ia kehendaki , kalau tidak dinilai salah.
3)      Terdapat perbedaan pendapat atau jawaban akan memerlukan waktu yang banyak untuk menyelesaikannya dan lebih dari itu kadang terjadi murid dapat menyalahkan pendapat guru, sehingga sangat risau apabila guru kurang menguasai permasalahan.
4)      Relatif memerlukan waktu yang lebih banyak, karena kurang dapat secara cepat merangkum bahan-bahan pelajaran.
Untuk mengurangi kelemahan-kelemahannya maka beberapa saran berikut perlu diperhatikan :
1.   Hendaknya pertanyaan dipilih sedemikian rupa sehingga dapat membangkitkan siswa atau minat, inisiatif dan dapat merangsang murid untuk bekerja sama, serta mengasosiasikan permasalahan lain.
2.   Merumuskan tujuan tanya jawab yang jelas dalam bentuk khusus dan berpusat pada tingkah laku murid secara realistik.
3.   Menetapkan kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang akan dikemukakan dan menentukan alternatif jawaban untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan dari pokok permasalahan.
4.   Teknis pengajaran pertanyaan hendaknya ditujukan kepada seluruh kelas dan memberikan giliran menjawab secara merata, tidak terpusat pada murid tertentu saja, serta menyediakan kesempatan bertanya balik dari murid kepada guru.
4.   Dasar-dasar Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dipakai sejak dahulu kala, ia berpengaruh amat besar dalam pengajaran. Socrates seorang filosof Yunani sering sekali menggunakan metode ini dan jarang menggunakan metode-metode lainnya. Dimaksudkan dengan metode ini agar para siswa dapat mencapai hakikat kebenaran sesuatu, membiasakan mereka senang membaca dan menelaah sesuatu.
Jauh sebelum itu 15 abad yang silam Al-Qur’an telah mendidik kita untuk menggunakan metode tanya jawab.[13] Al-Qur’an menggunakan metode tersebut dengan cara yang indah, baik, menarik dan memuaskan. Allah Ta’ala berfirman : Katakanlah “segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambanya yang terpilih. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan-Nya”.
Metode tanya jawab ini dapat digunakan bila guru ingin :
a.       Meninjau bahan pelajaran yang lampau.
b.      Membimbing atau memusatkan perhatian pelajar.
c.       Mengikutsertakan semua pelajaran dalam interaksi belajar.
d.      Mengarahkan pengamatan dan pemikiran pelajar.
e.       Melatih daya pemikiran siswa sehingga dapat mengambil kesimpulan dengan baik dan tepat.
Selain itu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa hendaklah:
a.   Mendorong atau mengajak mereka berpiir.
b.   Jelas dan mudah dipahami.
c.   Sesuai dengan taraf  kecerdasan mereka.
d.   Umum dan menyeluruh untuk semua siswa.
e.   Berisi satu problematika.
Dan jawaban-jawaban tersebut haruslah
a.       Teliti dan tepat, menunjukkan bahwa murid benar-benar memahami pertanyaan.
b.      Lengkap dan sempurna, tidak sekedar menunjukkan jawaban.
c.       Singkat dan mudah dipahami.
d.      Pikirlah lebih dahulu, maka dari itu murid-murid harus diberi kesempatan untuk berfikir, mereka tidak tergesa-gesa atau terlalu lambat untuk menjawab.
e.       Terdengar oleh semua siswa, tidak terlalu keras sehingga memekakkan telinga dan tidak terlalu lemah sehingga tidak terdengar.
Dan jawaban itu tidak baik bila :
a.       Berdasarkan perkiraan.
b.      Tidak menyasar atau tidak sesuai dengan yang ditanyakan.
c.       Melebihi yang ditanyakan.
d.      Disampaikan oleh siswa yang tidak ditanya.
Oleh sebab itu, guru harus mempunyai sikap terhadap jawaban murid diantaranya sebagai berikut :
a.       Selalu menghargai jawaban murid.
b.      Terhadap jawaban yang salah guru harus memberi kesempatan kepada penjawabnya untuk membetulkan.
c.       Menyadari kemungkinan adanya kesalahan pada dirinya sendiri jika kebetulan menghadapi murid yang tidak dapat menjawab pertanyaan.
d.      Mungkin sebagian murid mengagumi atau bangga akan kebaikan atau kebenaran jawabannya. Untuk itu janganlah guru menunjukkan kebaikannya sebab menjadikan anak sombong dan ini bukan memuji anak dan tidak boleh. Boleh dan baik dilakukan jika membawa manfaat dan menjadikannya lebih maju.

B.     Tinjauan Tentang Motivasi Belajar
1.      Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari bahasa Inggris “motivation” yang artinya alasan, sedangkan dalam kamus ilmiah populer diartikan dorongan (dengan dorongan moril), alasan, dorongan, tujuan, tindakan.[14] Atau motivasi adalah suatu tenaga (dorongan, alasan, kemauan) dari dalam yang menyebabkan kita berbuat atau bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu.[15]
Sedangkan belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkaitan pengalaman dan latihan.[16] Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang belajar tetapi intinya sama yaitu belajar adalah perubahan perilaku.[17] Senada dengan pendapat tersebut, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strenghening of behafiour through experencing).[18] Hasil belajar bukan suatu  penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.[19] Oleh sebab itu belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Bukan suatu tujuan, jadi merupakan langkah-langkah yang ditempuh atau prosedur yang ditempuh.
Jadi yang dimaksud motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Atau motivasi belajar adalah dorongan yang kuat pada diri siswa, baik berupa minat atau kemampuan belajar keaktifan belajar, tujuan atau hasrat belajar, dorongan guru atau orang tua dan teman maupun fasilitas keluarganya dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai secara optimal.
Dalam hal ini motivasi belajar mempunyai fungsi antara lain :
1.   Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan dan tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perubahan seperti belajar.
2.   Motivasi berfungsi sebagai pengaruh, artinya mengarahkan perbuatan dan pencapaian tujuan yang diinginkan.
3.   Motivasi berfungsi sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.[20]
Di dalam prilaku belajar terdapat motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang instrinsik atau ekstrinsik. Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada ditangan guru atau pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas sebagai memperkuat motivasi. Belajar siswa selama minimal 9 tahun pada usia wajib belajar, orang tua memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.
2.   Tehnik dan Bentuk Motivasi
a.   Jenis Motivasi
Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi yang telah diuraikan di atas, maka pada prinsipnya motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis :
1).  Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.[21] Atau motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni atau motivasi yang timbul dalam diri siswa sendiri.[22] Misalnya keinginan untuk memperoleh ketrampilan tertentu.
2).  Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.[23] Atau motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar.[24] Seperti angka ijazah dan lain-lain. Menurut Dimyati; Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya.[25]


b.   Bentuk-bentuk Motivasi belajar
Dalam proses interaksi belajar mengajar baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik diperlukan untuk mendorong siswa agar tekun melakukan aktivitas belajar. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan minat atau motivasi belajar siswa di sekolah. Untuk itu rumusan yang dikemukakan Sardiman A.M., perlu difahami sebagai berikut :[26]
    1. Memberi angka
Angka yang dimaksud adalah sebagai simbul atau nilai dari hasil aktivitas belajar siswa. Angka yang diberikan kepada setiap siswa biasanya bervariasi sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberi rangsangan kepada siswa untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka.
Angka ini biasanya terdapat dalam buku raport sesuai dengan jumlah mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum. Angka atau nilai yang baik memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. Akhirnya guru dapat memberikan penilaian berupa angka dengan mempertimbangkan untung ruginya dalam segala pendidikan.
    1. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan (cinderamata). Hadiah yang diberikan kepada orang lain bisa berupa apa saja, tergantung dari keinginan pemberi, atau bisa juga disesuaikan dengan prestasi yang dicapai oleh seseorang. Penerima hadiah tidak tergantung dari jabatan, profesi, usia seseorang. Semua orang berhak menerima hadiah dari seseorang dengan motif-motif tertentu.
Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada siswa yang berprestasi  tertinggi atau rangking satu, dua dan tiga dari siswa lainnya. Dalam pendidikan modern siswa yang berprestasi tertinggi pasti akan memperoleh beasiswa. Pemberian hadiah bisa juga diberikan bukan bentuk beasiswa tetapi bisa berbentuk lain, seperti buku-buku tulis, pensil, balpoint dan buku-buku bacaan lainnya yang dibungkus dengan rapi. Pemberian hadiah seperti itu dapat dilakukan jika setiap kenaikan kelas. Dengan cara siswa itu akan termotivasi belajar guna mempertahankan prestasi belajar yang telah mereka capai. Dan tidak menutup kemungkinan akan mendorong siswa lainnya untuk berkompetisi dalam belajar.
    1. Saingan atau Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong siswa agar bergairah belajar. Persaingan, baik berbentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan. Kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk menjadikan proses interakasi belajar mengajar yang kondusif. Untuk suasana yang demikian metode mengajar memegang peranan, guru bisa membentuk siswa kedalam bentuk kelompok belajar dalam kelas, jika telah terbentuk maka setiap siswa telah terlihat dalam kompetisi. Untuk menguasai bahan pelajaran yang telah disampaikan, selanjutnya setiap siswa melibatkan diri.
    1. Ego-Invoivement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri. Hal ini merupakan bentuk maotivasi yang sangat penting, sebab para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
    1. Memberi ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi, siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar untuk menghadapi ulangan. Oleh karena itu ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi agar lebih giat belajar. Ulangan yang dilakukan guru setiap hari dengan tak terprogram akan membosankan siswa. Perubahan ini yang menyebabkan siswa bukan giat belajar tetapi malas belajar, sebab bosan dengan soal-soal yang diberikan.
Oleh karena itu ulangan akan menjadi alat motivasi bisa dilakukan secara akurat dengan cara dan strategi yang sistematis dan berencana.
    1. Mengetahui hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan alat motivasi belajar bagi siswa, dengan mengetahui hasil siswa terdorong untuk belajar lebih giat.
    1. Pujian
Pujian bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan suatu pekerjaan di sekolah maupun di rumah.
    1. Hukuman
Hukuman akan menjadi alat motivasi bisa dilakukan dengan pendekatan edukatif bukan serampangan. Kesalahan yang dilakukan siswa harus diberi hukuman dengan pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif ini dikonotasikan sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan untuk memperbaiki sikap dan perbuatan siswa yang dianggap salah.
    1. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa atau anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
    1. Minat
Minat besar berpengaruh terhadap aktivitas belajar, siswa yang berminat terhadap pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. Ada bermacam-macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat siswa sebagai berikut :
a.   Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b.   Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c.   Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d.   Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
3.   Ciri-ciri Motivasi Belajar
Motivasi yang ada pada diri seseorang memang sukar untuk diketahui dan diukur, namun demikian dapat diinterprestasikan dari bentuk tingkah lakunya dengan ciri-ciri menurut Sardiman A.M sebagai berikut :
1.   Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2.   Alat menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi baik (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3.   Menunjukkkan minat terhadap macam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberontakan korupsi, penentangan terhadap setiap tindakan kriminal, amoral dan sebagainya).
4.   Lebih senang bekerja sendiri.
5.   Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang relatif).
6.   Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin sesuatu)
7.   Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8.   Senang mencari dan meresahkan sesuatu.[27]
Apabila seseorang memiliki sebagaimana tersebut, berarti ia mempunyai motivasi yang cukup kuat, oleh karena itu ia harus berusaha memelihara dan mempertahankannya.
Oleh sebab itu guru harus dapat menggunakan berbagai cara untuk mengerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut :

1.   Memberi agama.
2.   Pujian.
3.   Hadiah.
4.   Kerja kelompok.
5.   Persaingan.
6.   Tujuan dan Level of aspiration.
7.   Sarkasme.
8.   Penilaian.
9.   Karyawisata
10. Film pendidikan.
11. Belajar melalui radio.
4.   Pentingnya Motivasi Belajar.
a.   Kebutuhan dan motivasi sebagai dasar aktivitas siswa
Motivasi adalah suatu doorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas. Seseorang bergerak untuk melakukan sesuatu itu karena berhubungan dengan kebutuhannya. Karena kebutuhan terhadap suatu obyek seseorang bermotivasi untuk berbuat dan bertindak guna memenuhi tuntutan kebutuhan tersebut. Oleh karena itu seseorang akan termotivasi untuk melakukan sesuatu bila terkait dengan kebutuhannya. Dengan kata lain kebutuhan inilah sebagai pendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas.
Seseorang yang melakukan suatu aktivitas tidak selamanya mempunyai motivasi yang sama, walaupun apa yang dilakukan itu pada obyek yang sama. Kebutuhan seseorang yang berbeda menyebabkan motivasi yang berbeda pula antara yang lain. Timbulnya motivasi oleh karena seseorang merasakan sesuatu kebutuhan tertentu dan karenanya perbuatan tadi terarah kepada pencapaian tujuan tertentu pula. Apabila tujuan telah tercapai maka ia akan merasa puas, jadi timbulnya kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada kelakuan seseorang.
b.   Fungsi Motivasi
Dari uraian diatas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi fungsi motivasi itu antara lain :
-          Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
-          Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan.
-          Motivasi berfungsi sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan keberhasilan belajar.[28]

C.    Metode Tanya Jawab dan Hubungannya dengan Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
Sebagaimana telah disebutkan bahwa dalam proses belajar mengajar terdapat kesatuan antara belajar siswa dengan mengajar guru terutama dalam penggunaan metode mengajar. Keduanya tersebut terjalin hubungan yang saling menunjang. Proses mengajar seorang guru tidak akan berarti tanpa diikuti dengan motivasi belajar siswa begitu pula sebaliknya. Motivasi belajar siswa sulit mengarah pada tujuan jika tanpa adanya bimbingan dari guru dengan segala kompetensi yang dimiliki.
Apalagi guru pendidikan agama Islam yang termasuk didalamnya ada sejarah kebudayaan Islam. Guru sangat dituntut untuk selalu berperan baik dalam proses belajar mengajar disekolah maupun di masyarakat. Untuk itu guru pendidikan agama Islam harus pandai-pandai menerapkan metode belajar.[29] Dengan demikian pendidikan agama Islam tidak disampaikan dengan menggunakan metode ceramah monoton karena siswa perlu dilatih untuk lebih kreatif sehingga diharapkan siswa memiliki ketrampilan.[30]
Sardiman A.M mengatakan bahwa aktivitas belajar yang disertai motivasi yang kuat akan menghasilkan prestasi yang baik, karena semakin tepat metode yang diberikan maka semakin berhasil pengajaran, sebab motivasi menentukan intensitas usaha anak belajar.[31] Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun terutama didasari dengan motivasi, maka seseorang yang belajar itu dapat melahirkan prestasi yang baik.[32] Dengan demikian semakin pandai guru menerapkan metode maka motivasi belajar semakin kuat dimiliki oleh siswa.
Hal ini dikatakan oleh Sardiman A.M bahwa motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi seseorang melakukan sesuatu karena motivasi. Adanya motivasi seseorang baik dalam belajar maka akan menunjukkan hasil yang baik dengan adanya usaha yang tekun terutama didasari motivasi. Maka seorang tersebut akan melahirkan prestasi yang baik. Intensitas seorang siswa akan menentukan tingkat prestasi belajarnya.[33] Apabila dengan usaha-usaha tersebut belum atau tidak menghasilkan dalam upaya mengembangkan motivasi sebagai siswa. Maka guru dapat memotivasi intrinsik sebagai stimulan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti memberi ulangan, memberi hadiah, memberi angka, memberi pujian dan sebagainya.
Belajar sebagai aktivitas, banyak dipengaruhi oleh faktor baik yang berasal dari dalam individu, misalnya kesiapan belajar anak, motivasi, minat, keteraturan mempunyai tujuan yang jelas. Sedangkan faktor dari luar adalah lingkungan tempat siswa belajar, contoh ruang kelas, penerangan, alat belajar, termasuk guru. Karena itu sebagai faktor sosial yang banyak mewarnai aktivitas belajar siswa. Kemampuan guru memiliki peranan yang sangat berarti bagi keberhasilan belajar siswa, termasuk pula dalam belajar bidang studi sejarah kebudayaan Islam.
Berdasarkan pemikiran di atas, jelaslah bahwa metode tanya jawab mempunyai hubungan dengan motivasi belajar sejarah kebudayaan Islam.











[1]IAIN Walisongo Semarang, PBM-PAI Sekolah (Eksistensi dan PBM-PAI), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hal. 230.

[2]Zuhairini, et.al, Metodologi Pendidikan Agama, Ramadhani, Surabaya, 1993, hal. 76.

[3]Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Algensindo, Bandung, 2002, hal. 79.

[4]Sriyono, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal. 102.
[5]Nana Sudjana, Op. Cit, hal. 78.

[6]Ibid.

[7]IAIN Walisongo, Op. Cit, hal. 231.
[8]Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al-Ihlas, Surabaya, 1983, hal. 128.
[9]James Popham, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, Kanisius, Yogyakarta, 1981, hal. 106.

[10]Asmuni Syukir, Op. Cit, hal. 132.
[11]Zuhairini, et.al., Op. Cit, hal. 77.

[12]Sriyono, et. al., Op.Cit, hal. 103.
[13] Sriyono, Op. Cit, hal. 102.
[14]Pins A. Partanto, M. dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1997, hal. 59.

[15]Syaiful Bahri Jamari, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Surabaya, 1994, hal. 34.

[16] Sumarno, Ilmu Jiwa Belajar, STAIN Kudus.

[17]S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jemmars, Bandung, 1986, hal. 39.

[18]Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengar, Bumi Aksara, Bandung, 2001, hal. 27.

[19]Tarbiyah IAIN Walisongo, Op. Cit, hal. 216.

[20]Oemar Hamalik, Op. Cit, hal. 161.
[21]Syaiful Bahri Djamaroh, Op. Cit, hal. 35.

[22]Oemar Hamalik, Op.Cit, hal. 162.

[23]Ibid, hal. 88.

[24]Ibid, hal. 163.

[25]Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Cet. I, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hal. 91.
[26]Saiful Bahri Djamaroh, Op. Cit, hal. 41.
[27]Sardiman AM., Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rajawali, Jakarta, 1996, hal. 161.
[28]Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Rosdakarya, Bandung, hal. 70.

[29]Cece Wijaya A. Tabrani, Op. Cit, hal. 14.
[30]Cony R. Semiawan, Op. Cit, hal. 14.

[31]Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali, Jakarta, 1990, hal. 95.

[32] Ibid, hal. 85.

[33] Ibid, hal. 86.

0 Response to "METODE TANYA JAWAB DAN MOTIVASI BELAJAR"

Post a Comment