PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN PERANANNYA TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR
A.
Sumber Belajar dan Pemanfaatannya
1.
Sumber Belajar
a.
Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Lebih lanjut para
ahli memberi titik tekan yang sama dalam mendefinisikannya yaitu:
1) Nana Sudjana dan A. Rifa'i bahwa "sumber belajar tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan".[1]
2) Mudhofir, berpendapat bahwa "Sumber belajar merupakan suatu departemen yang memberikan fasilitas pendidikan latihan dan pengenalan melalui produksi bahan media (seperti slide, transparansiover head, film, stipe dan lain-lain) dan memberi pelayanan penunjang (seperti sirkulasi peralatan audio visual, pembuatan katalog dan pemanfatan sumber belajar pada perpustakaan".[2]
3) Fred Percival dan Henry Ellington mendefinisikan "sumber belajar adalah suatu sistem, yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat memungkinkan siswa belajar secara individual".[3]
4) Arif S Sadiman dan kawan-kawan, berpendapat bahwa "sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.”[4]
Bila diperhatikan secara cermat, dari
batasan-batasan yang telah diberikan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
sumber belajar itu pada prinsipnya adalah segala sesuatu yang dapat membantu,
memperlancar proses belajar mengajar dan mempermudah tercapainya keberhasilan
belajar. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dalam sumber belajar mengandung
beberapa aspek antara lain:
1) Sumber
belajar terdiri dari segala sesuatu, maka dari itu batasannya luas.
2) Segala
sesuatu itu berfungsi mempermudah, dan memperlancar proses belajar mengajar.
b.
Ciri-ciri Sumber Belajar
Sumber belajar adalah
suatu daya, kekuatan yang dapat memberi sesuatu yang seseorang perlukan dalam
rangka proses belajar mengajar. Oleh karena itu, menurut Ahmad Rohani sumber
belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Sumber belajar harus mampu
memberikan, kekuatan sehingga tujuan
instruksional dapat tercapai secara maksimal
2)
Sumber belajar harus mempunyai
nilai-nilai instruksional edukatif .
3)
Sumber belajar yang dimanfaatkan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Tidak terorganisasi dan tidak
sistematis baik dalam bentuk maupun isi.
b.
Hanya dipergunakan menurut
berbagai tujuan instruksional.
4)
Sumber belajar yang dirancang
mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.[5]
Ciri-ciri di atas jika kita cermati, dapat
disimpulkan bahwa sumber belajar harus mampu memudahkan tercapainya tujuan
belajar atau tercapainya keberhasilan belajar. Karena itu, untuk menunjang
tercapainya keberhasilan belajar, maka sumber belajar haruslah tepat dan sesuai
dengan yang dibutuhkan (proses belajar).
c.
Komponen dan Faktor Sumber Belajar
Sumber belajar dapat dipandang sebagai suatu
sistem karena merupakan satu kesatuan yang ada di dalamnya terdapat
komponen-komponen dan faktor-faktor yang saling berhubungan dan saling
berpengaruh satu sama lainnya. Yang dimaksud dengan komponen sumber belajar
adalah bagian-bagian yang selalu ada di dalam sumber belajar itu, dan
bagian-bagian itu merupakan satu kesatuan yang sulit berdiri sendiri sekalipun
mungkin dapat dipergunakan secara terpisah. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai
menyebutkan komponen-komponen sumber belajar sebagai berikut:
1)
Tujuan, misi atau fungsi sumber belajar
Setiap sumber belajar selalu mempunyai tujuan/misi yang akan dicapai, baik secara eksplisit atau implisit. Tujuan sangat dipengaruhi oleh sifat dan bentuk-bentuk sumber belajar itu sendiri.
2) Bentuk, format atau keadaan fisik sumber belajar wujud sumber belajar secara fisik satu sama lain berbeda-beda maka penggunaan dan pemanfaatannya hendaknya dengan memperhitungkan segi waktu, pembiayaan dan sebagainya.
3)
Pesan yang dibawa oleh sumber belajar
Setiap sumber belajar selaku membawa pesan yang dapat dimanfaatkan atau dipelajari oleh para pemakainya. Komponen pesan merupakan informasi penting. Oleh karena itu, para pemakai sumber belajar hendaknya memperhatikan bagaimana isi pesan disimak.
4)
Tingkat kesulitan atau kompleksitas pemakaian
sumber belajar.
Tingkat kompleksitas penggunaan sumber belajar berkaitan dengan keadaan fisik dan pesan sumber belajar. Sejauh mana kompleksitasnya perlu diketahui guna menentukan apakah sumber belajar itu masih dapat dipergunakan, mengingat waktu dan biaya yang terbatas.[6]
Dengan memperhatikan komponen-komponen sumber
belajar dengan cermat, maka akan menentukan dalam pemilihan sumber belajar yang
tepat pakai. Karena semua sumber
belajar itu baik, tapi belum tentu tepat diterapkan dalam memperlajari suatu mata
pelajaran. Oleh karena itu memperhatikan ketepatan penggunaan sumber belajar,
hal ini bisa dilakukan dengan memperhatikan komponen sumber belajar dengan
seksama.
Agar dapat diketahui hakikat sumber belajar
secara lebih jelas, di samping komponen-komponen, ciri-ciri serta dapat
memanfatkan sumber belajar lebih efektif dan efisien perlu diketahui
faktor-faktor sumber belajar pada umumnya yang
antara lain meliputi:
1)
Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi yang amat cepat dewasa
ini amat berpengaruh terhadap sumber belajar yang dipergunakan. Pada masa
lampau jenis sumber belajar yang tidak dirancang banyak dipergunakan dalam
proses belajar mengajar, tapi sekarang justru sumber belajar yang dirancang
lebih banyak dimanfaatkan.
2)
Nilai-nilai budaya setempat
Sering ditemukan bahan yang diperlukan
sebagai sumber belajar dipengaruhi oleh faktor budaya setempat, antara lain
nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat. Faktor
tersebut terutama berpengaruh pada jenis sumber belajar yang tidak dirancang.
3)
Keadaan ekonomi pada umunya
Sumber belajar juga dipengaruhi oleh keadaan
ekonomi, baik secara makro maupun secara mikro. Keadaan ekonomi tersebut
mempengaruhi sumber belajar dalam hal upaya pengadaannya, jenis dan macamnya,
serta upaya menyebarkannya kepada pemakai.
4)
Keadaan pemakai
Pemakai sumber belajar jelas memegang peranan
penting karena pemakailah yang memanfaatkannya sehingga perlu diketahui. Keadaan dan sifat pemakai
akan turut mempengaruhi sumber belajar yang dimanfaatkan misalnya, berupa
banyak jumlah pemakai sumber belajar, bagaimana motivasi pemakai, apa tujuan
memanfaatkan sumber belajar itu.[7]
Penggunaan sumber belajar
tidaklah terjadi begitu saja, tapi ada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan mengapa seseorang memilih suatu sumber
belajar. Karena dengan memperhatikan faktor-faktor sumber belajar diharapkan
akan mendapatkan hasil belajar yang optimal.
d.
Macam-macam sumber belajar
Membuat klasifikasi sumber belajar tidaklah
mudah. Hal itu disebabkan oleh sulitnya membuat batas yang tegas dan pasti
tentang perbedaan atau ciri-ciri yang
terdapat pada sumber-sumber belajar. Misalnya kegiatan diskusi dapat
diklasifikasikan ke dalam klasifikasi sumber belajar yang dirancang, namun
dapat juga dimasukkan ke dalam klasifikasi sumber belajar yang dimanfaatkan,
sebab kegiatan diskusi yang spontan dalam kegiatan pengajaran bisa terjadi
tanpa dirancangkan sebelumnya.
Peran utama sumber belajar adalah membawa
atau menyalurkan stimulasi dan informsi kepada siswa. Dengan demikian maka
untuk mempermudahkan klasifikasi sumber belajar itu kita dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti "apa", "siapa", "di
mana" dan "bagaimana" pertanyaan-pertanyaan itu bisa dikembangkan
lebih jauh, misalnya.
a) Apa
jenis informasi yang akan disajikan itu ?
b) Siapa
yang melaksanakan penyajian informasi itu ?
c) Bagaimana
cara menyajikannya ?
d) Di
mana informasi disajikan ?
Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut, kemudian dapat disusun klasifikasi sumber belajar sebagai berikut:
1) Pesan,
berita, informasi
2) Manusia,
materi pelajaran
3) Alat
4) Teknik,
metode, prosedur di tempat yang diatur.[8]
AECT (Association of Education Communication
Teknology) melalui karyanya "The Definition of Educational Teknology,
mengklasifikasikan sumber belajar menjai 6 macam:
1)
Message (pesan), yaitu
informasi/ajaran yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk gagasan,
fakta, arti, dan data. Termasuk dalam kelompok pesan adalah semua bidang
studi/bahan pengajaran/mata kuliah yang diajarkan kepada peserta didik dan
sebagainya.
2)
People (orang), yakni manusia
yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji dan penyaji pesan.
Termasuk kelompok ini, misalnya, guru/dosen, tutor, peserta didik dan
sebagainya.
3)
Materials (bahan), yaitu perangkat
lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat/perangkat
ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk kategori
materials, seperti transportasi, slide, film, audio, cideo, model, majalah,
buku dan sebagainya.
4)
Device (alat), yaitu sesuatu
(perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam
bahan. Misalnya overhead proyektor, slide, Video tape/recorder, pesawat
radio/TV dan sebagainya.
5)
Technique (Teknik), yaitu prosedur
atau acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang
lengkungan yang menyampaiakan pesan, misalnya pengajaran berprograma/modul,
simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA dan sebagainya.
6)
Setting (lingkungan), yaitu
situasi atau suasana sekitar dimana pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik,
ruang kelas, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan dan
sebagainya. Juga lingkungan non fisik, misalnya suasana belajar itu sendiri,
tenang, ramai, lelah dan sebagainya.[9]
Sekalipun telah dipisahkan ke dalam 6
golongan tersebut, dalam kenyataan sumber-sumber belajar tersebut satu sama
lain saling berhubungan sehingga kadang-kadang sulit memisahkannya. Paling
tidak ada empat jenis sumber yang berperan di situ: guru, alat yang diperagakan, topik yang dijelaskan yaitu
cara penggunaan peralatan tersebut dan teknik penyajian yaitu dengan peragaan.
Pembagian lain terhadap sumber belajar adalah
sebagi berikut:
1)
Sumber belajar cetak; buku, majalah,
ensiklopedi, brosur, koran, poster, denah dan lain-lain.
2)
Sumber belajar non cetak; film, slide, video,
model, boneka, audio, kaset, dan lain-lain.
3)
Sumber-belajar yang berupa fasilitas:
auditorium, perpustakaan, ruang belajar, meja belajar individual (carrel),
studio, lapangan oleh raga dan lain-lain.
4)
Sumber belajar yang berupa kegiatan, wawancara,
kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan, dan lain-lain.
5)
Sumber belajar yang berupa lingkungan dari
masyarakat, taman, terminal dan lain-lain.[10]
Klasifikasi lain dari sumber belajar
sebagimana telah disinggung ialah sumber belajar yang dirancang atau learning recources by design, yakni
sumber belajar yang disengaja direncanakan, disiapkan untuk tujuan pengajaran
tertentu. Sedangkan jenis sumber belajar yang dimanfaatkan atau learning recources by utilization, yakni
sumber belajar yang tidak direncanakan atau tanpa dipersiapkan terlebih dahulu,
tetapi langsung dipakai guna kepentingan pengajaran, diambil langsung dari
dunia nyata.[11] Kedua
macam sumber belajar itu sama efektifnya, bergantung pada bagaimana
pemanfaatannya dalam proses belajar mengajar.
Kedua macam sumber belajar itu sama-sama
dapat digunakan dalam kegiatan instruksional karena keduannya memberikan
kemudahan belajar kepada siswa.
Dengan uraian dan pernyataan tersebut diatas
maka dapat penulis simpulkan bahwa sumber belajar itu demikian luasnya, bisa
meliputi segala sesuatu yang dipergunakan untuk kepentingan pelajaran, yaitu
segala apa yang ada di sekolah pada masa lalu, sekarang dan pada masa yang akan
datang.
2.
Pemanfaatan Sumber Belajar
a. Fungsi Sumber Belajar
Titik berat proses belajar
mengajar adalah pada siswa sedang guru berfungsi sebagai penunjang atau
stimulator. Dengan demikian maka peranan sumber belajar sangat penting karena
menentukan keberhasilan belajar siswa.
Fungsi utama sumber
belajar yaitu ingin mencapai tujuan belajar seefektif dan seefisien mungkin.
Menurut Yusufhadi Miarso sumber belajar berfungsi sebagai berikut:
1)
Membuat kongkrit konsep yang
abstrak
2)
Memungkinkan siswa berinteraksi
langsung dengan lingkungannya.
3)
Memungkinkan keseragaman
pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa.
4)
Memberi kesan perhatian individual
untuk seluruh anggota kelompok belajar.
5)
Menyajikan informasi belajar
secara konsisten dan dapat diulang menurut kebutuhan.
6)
Menyajikan pesan atau informamsi
belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu maupun ruang.
7)
Membawa obyek yang berbahaya atau sukar di dapat ke
dalam lingkungan belajar.
8)
Membangkitkan motivasi belajar.[12]
Pada dasarnya
pemanfaatan sumber belajar ini dimaksudkan untuk memperoleh kemudahan dalam
mendalami dan memahami pelajaran, sehingga bahan pelajaran akan benar-benar
menjadi milik siswa.
b. Prinsip-prinsip Pemanfaatan Sumber Belajar
Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa sumber belajar
digunakan untuk mencapai tujuan
belajar. Karena itu agar berhasil dengan baik dan tercapai tujuan yang
diinginkan, maka siswa harus mampu memilih dan memanfaatkan sumber belajar yang
ada.
Pemilihan sumber belajar
tidak harus bagus dan mahal, namun harus sumber belajar yang cukp memadai dan
mudah didapat. Berkaitan dengan hal itu Fred Parcial dan Henry E. mengatakan
bahwa “Sumber belajar harus memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri dan
harus bersifat individual.[13]
Sebelum membahas
prinsip-prinsip pemanfaatan sumber belajar terlebih dahulu di sini akan
dijelaskan tentang kriteria tertentu dalam memilih sumber belajar
1)
Kriteria umum
Kriteria ini merupakan
ukuran kasar dalam memilih pelbagai sumber belajar, misalnya:
a)
Ekonomis dalam pengertian murah
b)
Praktis dan sederhana, artinya
tidak memerlukan pelayanan dan pengadaan sampingan yang sulit dan langka,
sederhana maksudnya tidak memerlukan pelayanan yang menggunakan keterampilan
khusus yang rumit.
c)
Mudah diperoleh
d)
Bersifat fleksibel
e)
Komponen-komponen yang sesuai
dengan tujuan
2) Kriteria berdasarkan tujuan
a)
Sumber belajar guna memotifasi
b)
Sumber belajar untuk tujuan
pengajaran
c)
Sumber belajar untuk penelitian
d)
Sumber belajar untuk memecahkan
masalah
e)
Sumber belajar untuk presentasi
Menurut Sudjarwo, adalah sebagai berikut:
a)
Tersedia di pasaran
b)
Cocok dengan karakteristik siswa
c)
Sesuai dengan tujuan
d)
Menarik.[14]
Adapun prinsip-prinsip
pemanfaatan sumber belajar antara lain sebagai berikut:
1)
Menurut Sutari Imam Barnadib, prinsip yang perlu diperhatikan
dalam memanfaatkan sumber belajar antara lain
a)
Tujuan yang hendak dicapai
b)
Alat-alat yang tersedia
c)
Siapa yang menggunakannya
d)
Kepada siapa alat itu digunakan[15]
2) Menurut Sudjarwo, mengatakan bahwa prinsip
umum pemanfaatan sumber belajar adalah:
a)
Mengacu pada tujuan
b)
Berorientasi pada siswa
c)
proses pemanfaatannya berbentang
d)
Sumber belajar harus terkombinasi
dan menyatu dengan proses belajar mengajar.[16]
3)
Menurut Yusufhadi Miarso prinsip-prinsip
pemanfaatan sumber belajar ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a)
Mencari, menemukan dan memilih
media belajar yang memenuhi kebutuhan belajar anak.
b)
Menarik minat dan semangat anak.
c)
Sesuai perkembangan, kematangan
dan pengalaman
d)
Sesuai dengan subyek yang
dipelajari
e)
Penggunaan harus sesuai dengan
tujuan.
f)
Sumber belajar digunakan jika
murid sudah pandai menginterpretasikan materi pelajaran.
g)
Murid harus menggunakan sumber
belajar dan menginterpretasikan tujuan yang hendak dicapai.[17]
Dari beberapa penjelasan
di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam memanfaatkan sumber belajar dapat
dikelompokkan dalam kategori berikut yakni:
1) Sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai
2) Sesuai dengan orang
yang menggunakan
3)
Sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan
4)
Sesuai dengan kondisi jiwa
5)
Sesuai dengan fasilitas yang ada
6)
Menarik dan mudah dijangkau
Di samping itu
pemanfaatan sumber belajar harus sungguh-sungguh karena banyaknya sumber
belajar tidak menjamin hasil yang baik, jika tidak dimanfaatkan dengan
sungguh-sungguh. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Syeh Az-Zarnuji dalam
kitabnya Ta`lim Muta`allim sebagai berikut:
Artinya : “Barang siapa mencari sesuatu dengan
sungguh-sungguh maka akan mendapat dan barang siapa mengetuk pintu dan berusaha
memasukinya maka ia akan masuk”[18]
Bentuk dan cara
pemanfaatan sumber belajar banyak sekali ragamnya, tergantung pada ragam dan
macam sumber belajar itu sendiri. Oleh karena itu penulis mengambil beberapa
macam proses pemanfaatan sumber belajar yakni interaksi terhadap guru,
pamahaman terhadap perpustakaan guru, kunjungan dan pemanfaatan perpustakaan
serta pemanfaatan media.
1)
Interaksi terhadap Guru
Pada dasarnya proses
belajar mengajar berintikan interaksi antara guru dengan anak didik. Interaksi
antara guru dan anak didik sangat penting untuk diketahui, karena hal ini yang
akan menentukan keberhasilan belajar. Maka dari itu, guru mempunyai tanggung
jawab yang utama yakni membina hubungan yang sebaik-baiknya dengan anak
didiknya. Di dalam interaksi ini terjadi proses pengaruh mempengaruhi, guru
memberikan suatu pelajaran tentunya akan mempengaruhi anak didik yang belajar,
dengan demikian pengetahuan anak didik menjadi bertambah.
Peranan guru di sini
sebagai pendidik dan pembimbing. Didikan dan bimbingan tidak hanya diberikan di
dalam kelas, tetapi juga diluar kelas ataupun luar sekolah.[19]
Adanya tujuan yang jelas
sebagai usaha-usaha sadar, maka proses belajar mengajar disebut proses
interaksi edukatif, yaitu proses yang mengandung sejumlah ilmu sebagai medium
untuk mencapai keberhasilan belajar. Menurut Suryosubroto dalam bukunya proses belajar mengajar bahwa:
"Interaksi edukatif adalah hubungan timbal balik antara guru (pendidik)
dan anak didik (murid) dalam suatu sistem pengajaran interaksi edukatif
merupakan faktor penting dalam usaha mencapai terwujudnya situasi belajar dan
mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Tercapainya tujuan
proses belajar mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran
memerlukan usaha tercapainya interaksi yang baik pula antara guru dan anak
didik.[20]
Dengan demikian
interaksi edukatif yang berlangsung, telah terjadi interaksi antara guru dan
anak didik yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan tersebut disebabkan
oleh guru yang memakainya dalam kepentingan anak didik dalam belajar. Guru
ingin memberikan layanan yang terbaik kepada anak didik dengan menyediakan
lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi
pembimbing yang baik dengan arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua
arah yang harmonis antar guru dan anak didik.
Ada tiga pola komunikasi
antara guru dan anak didik dalam interaksi belajar mengajar yaitu: komunikasi
sebagai aksi (guru sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi),
komunikasi sebagai interaksi (guru dan anak didik sama-sama sebagai pemberi dan
penerima aksi) dan komunikasi sebagai transaksi (adanya interaksi guru dengan
anak didik dan anak didik dengan anak didik), demikian menurut Nana Sudjana.[21]
Ketiga pola tersebut
dikemukakan oleh Nana Sudjana tersebut berarti bahwa kegiatan interaksi belajar
mengajar sangat beraneka ragam caranya, mulai dari kegiatan yang didominasi
oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan anak didik. Hal itu tentu saja
tergantung kedua belah pihak antara guru dan murid. Penggunaan variasi pola
komunikasi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan serta untuk
menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan anak didik dalam mencapai
keberhasilan belajar. Dalam jenis pola interaksi ini Zahara Idris, juga
mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
1)
Pola komunikasi satu arah
Yaitu guru menjadi pusat belajar mengajar (teacher centered). Guru menyampaikan
pelajaran dengan berceramah, anak didik mendengarkan dan mencatat. Jadi gurulah
yang merencanakan, mengendalikan dan melaksanakan segala sesuatunya. Komunikasi
ini lebih banyak kelemahannya di balik kebaikannya. Diantara kelemahannya
antara lain, suasana kelas beku, cenderung otoriter, pengertian anak didik
tidak cepat diketahui guru dan membuat bosan anak didik.
2)
Pola komunikasi dua arah
Dalam proses belajar mengajar terjadi suatu proses saling
bertukar pikiran atau saling memberi informasi antara pikiran guru dan anak
didik. Pola komunikasi ini dibagi menjadi tiga jalur diantaranya:
a)
Jalur dua arah, guru dan anak
didik
Pada jalur ini anak didik mempunyai kesempatan bertanya,
mengajukan pendapat dan sebagainya.
b)
Jalur dua arah guru, anak didik
dan anak didik bersampingan
Jalur ini anak didik tidak hanya bertanya kepada guru,
tetapi juga temannya yang ada di sampingnya
c)
Jalur dua arah guru - anak didik
dan antar anak didik
Jalur ini lebih luas daripada di atas, karena siswa juga
dapat berinteraksi antar teman bukan hanya pada teman sebelahnya.[22]
Dari berbagai macam pola
komunikasi tersebut, memberikan bentuk
yang berbeda satu sama lain. Masing-masing mempunyai kelemahan dan
kebaikan. Akan tetapi komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi
dianggap sesuai dengan konsep cara belajar siswa aktif yang dikehendaki oleh
para ahli pendidikan modern.
Dengan demikian jelaslah
peran guru, sebagai sumber belajar yang dilakukan melalui jalur interaksi
dengannnya. Dengan intimnya interaksi antara guru dengan murid, maka murid akan
mendapat banyak informasi terutama hal-hal yang berkaitan dengan bahan
pelajaran. Siswa akan lebih mengetahui atau bahkan menguasai bahan pelajaran,
dan ilmu. Hal ini merupakan indikasi bahwa siswa tersebut berhasil dalam
belajar.
2) Pemahaman terhadap Buku
Informasi dan
pengetahuan bisa diperoleh salah satunya dengan pemahaman terhadap buku, karena
dalam buku tersimpan infomasi dan ilmu pengetahuan. Pemahaman terhadap suatu
buku tidak bisa datang dengan sendirinya, namun perlu usaha dan keterampilan
tersendiri yaitu keterampilan membaca.
Membaca sebenarnya
menjadi kebutuhan hidup. Dengan keterampilan membaca seseorang akan memasuki
dunia keilmuan yang penuh pesona. Menurut The Liang Gie, ”Aktivitas membaca
yang terampil akan membuka jendela pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang
dalam, dan lorong keahlian yang lebar di masa depan.[23]
Kegiatan dan keterampilan membaca itu tidak dapat diganti dengan metode-metode
yang lain.
Membaca adalah ”melihat
tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis”.[24]
Membaca bila diterjemahkan dalam bahasa inggris adalah ”to get the meaning of writing by interpriting the caracters”
(mendapatkan makna dari suatu tulisan dengan cara menafsirkannya).[25]
Menurut The Liang Gie membaca adalah ”serangkaian kegiatan pikiran seseorang
yang dilakukan secara penuh perhatian untuk memahami makna suatu keterangan
yang disajikan kepada indra penglihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda
lainnya.[26]
Dari beberapa definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa membaca bukanlah kegiatan mata memandang
serangkaian kalimat dalam bahan bacaan atau hanya melafalkan kata-kata yang di
lihat, melainkan membaca terutama adalah kegiatan pikiran memahami suatu
keterangan melalui panca indera.
Belajar memang tidak
lepas dari membaca. Ayat Al-Qur'an yang pertama turun dengan perintah membaca
dan menulis, yakni
Artinya: ”Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah”.[27]
Untuk mencapai hasil
yang maksimal dalam kegiatan membaca, maka seseorang harus mempunyai
keterampilan membaca, sehingga ia memiliki kemampuan sebagai seorang pembaca
yang efisien, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Memiliki kebiasaan-kebiasaan baik
dalam membaca
b.
Dapat membaca cepat
c.
Dapat menangkap dan memahami isi
bahan bacaannya.
d.
Seusai membaca dapat mengingat
butir-butir gagasan utama dari bahan bacaanya.[28]
Ciri-ciri tersebut akan
terpenuhi jika pembaca mempunyai kemampuan melakukan konsentrasi secara
intensif sewaktu membaca pelajaran. Dengan demikian kegiatan membaca tersebut
berhasil, dan pada akhirnya akan menambah pengetahuan dan pengalaman seseorang.
3)
Kunjungan dan Peminjaman Buku
Perpustakaan
Perpustakaan merupakan
salah satu alat yang sangat penting dalam setiap program pendidikan. Tujuannya untuk mendukung, memperlancar,
mempertinggi pelaksanaan program kegiatan sekolah melalui pelayanan informasi
dan mempertinggi keberhasilan belajar siswa.
Menurut The Liang Gie
yang mengutip pendapat J.N. Hook dan William F. Ekstrom, menyatakan bahwa
perpustakaan merupakan jantung setiap lembaga pendidikan. Barang siapa yang
ingin mempelajari hampir segala pokok soal apapun yang diketahui oleh manusia
dapat terhimpun keterangan dalam suatu perpustakaan.[29]
Perpustakan adalah:
”Kumpulan buku-buku (bacaan dan sebagainya)”.[30]
The Liang Gie juga memberi definisi perpustakaan adalah sebuah kumpulan atau
tempat penyimpanan fisik yang di da lamnya suatu kumpulan demikian itu
disimpan.[31]
Jadi, perpustakaan
adalah suatu unit kerja yang bertempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang
diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara
berkesinambungan oleh pemakainya sebagai sumber informasi.
Perpustakaan mempunyai
misi mulia yaitu menunjang upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jasa
layanan infomasi. Dengan pengertian lain, semua isi perpustakaan bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan pengguna dalam rangka mencari informasi.[32]
Perpustakaan kini
dianggap sebagai pusat pembacaan yang mempunyai fungsi mencerdaskan pikiran
orang-oang yang menggunakannya. Dengan berkunjung dan meminjam buku
perpustakaan serta membaca buku tersebut maka seseorang akan mendapatkan sejuta
pengetahuan.
Ciri utama suatu
perpustakaan adalah adanya unsur-unsur pemakai (peminjam buku) terhadap koleksi
buku yang ada di dalam perpustakaan tersebut dimanfaatkan maka harus dikelola
dengan baik sesuai dengan aturan yang ada. Oleh karena itu perlu diperhatikan
faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pengelolaan perpustakaan.
Fakto-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu internal dan
eksternal.
a)
Faktor Internal
Faktor internal adalah
segala sesuatu yang ada di perpustakaan yang mempengaruhi terhadap kelancaran
pelayanan dalam melaksanakan fungsi perpustakaan, yang meliputi:
1)
Koleksi bahan pustaka
Koleksi
bahan pustaka di perpustakaan merupakan salah satu faktor vital untuk
keberhasilan perpustakaan. Dalam hal ini Noer Hayati menjelaskan pembinaan
koleksi kerja pelayanan teknis yang harus dilakukan perpustakaan sekolah dalam
usahanya untuk memberikan pelayanan informasi kepada pemakai perpustakaan.[33]
Hal ini berkaitan erat dengan aspek kuantitas dan kualitas dan relevansi bahan
pustaka terhadap proses belajar mengajar.
2)
Petugas perpustakaan merupakan
komponen integral dalam perpustakaan. Untuk melaksanakan tugas hendaknya
petugas mengetahui siapa saja yang boleh diterima menjadi anggota perpustakaan
dan syarat-syaratnya. Dia harus mengetahui buku-buku yang boleh dipinjam
beserta sangsi-sangsinya.[34]
3)
Struktur
Untuk
menjalankan fungsinya, maka perpustakaan harus memiliki struktur organisasi
yang mantap demi memperlancar pelaksanaan perpustakaan.
b)
Faktor ekternal
Faktor ekternal yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang ada di luar perpustakaan yang mempengaruhi
terhadap pelaksanaan fungsi perpustakaan. Faktor ekternal meliputi:
1)
Pemakai perpustakaan
Pemakai
perpustakaan ikut menentukan keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan. Untuk
itu diperlukan sikap sadar akan fungsi, peranan perpustakaan. Kesadaran untuk
memiliki perpustakaan dan melaksanakan tata tertib yang berlaku, perlu atau
wajib petugas perpustakaan itu sendiri maupun para pengguna perpustakaan.
2)
Lokasi perpustakaan
Lokasi
perpustakaan hendaknya diatur sehingga masyarakat pemakai dapat mempergunakan
secara leluasa. Lokasi dijangkau dan harus cukup aman dan tenang bagi pemakai.
Dengan memperhatikan
faktor-faktor tersebut maka akan berpengaruh pada pemakai perpustakaan. Mereka
rajin berkunjung ke perpustakaan, karena keadaanya enak, nyaman serta pelayanan
yang memuaskan. Demikian juga mereka tidak enggan-enggan untuk meminjam
buku-buku perpustakaan dan membaca buku-buku tersebut. Dengan demikian
pengetahuan pemakai perpustakaan dalam hal ini siswa akan bertambah.
4) Pemanfaatan Media
Kata ”media” berasal
dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata ”medium”, yang secara
harfiah berarti ”perantara atau pengantar”.[35]
Menurut Arief S. Sadiman, media berarti perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan.[36]
Media secara luas dapat diartikan sebagai manusia, benda atau peristiwa yang membuat
kondisi siswa untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan sikap.[37]
Menurut M. Ali, ”Media diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (massage),
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong proses belajar. [38]
Jadi media di sini
adalah segala sesuatu yang berfungsi memperlancar dari sumber pesan kepada
penerima pesan (siswa).
Media dapat mempertinggi
proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Menurut Nana Sudjana dan A.Riva’i
alasan mengapa media dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama
berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara
lain :
1)
Pengajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2)
Bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa
menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
3)
Metode mengajar akan lebih
bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata
oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, bila
guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
4)
Siswa lebih banyak melakukan
kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. [39]
Alasan kedua mengapa
penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran
adalah berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Taraf berfikir manusia mengikuti
tahap perkembangan dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks.
Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut
sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal
yang komplek dapat disederhanakan.
Suatu media tidak akan
banyak gunanya, bila media itu tidak dimanfaatkan dengan baik. Supaya media itu
efektif maka pemanfaatan media itu harus direncanakan dan dirancang secara
sistematik. Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran[40]
antara lain:
1)
Pemanfaatan media dalam situasi
kelas (classroom setting).
Dalam
tatanan (setting) ini media
dimanfatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfatannya
dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas. Media yang
dipilih haruslah sesuai dengan ketiga hal yaitu tujuan materi dan strategi
pembelajarannya.
2)
Pemanfaatan media di luar situasi
kelas
Pemanfaatan
media di luar situasi kelas dapat dibedakan dalam dua kelompok utama:
a)
Pemanfatan secara bebas
Yang di maksud dengan
pemanfatan secara bebas ialah bahwa media itu digunakan tanpa dikontrol atau
diawasi. Pemakai media menggunakan media itu menurut kebutuhan masing-masing.
Biasanya mereka menggunakannya secara perorangan. Dalam menggunakan media ini
mereka tidak dituntut untuk mencapai tingkat pemahaman tertentu. Mereka juga
tidak diharapkan untuk memberikan umpan balik kepada siapapun.
b)
Pemanfaatan media secara
terkontrol
Yang dimaksud
pemanfaatan media secara terkontrol adalah media digunakan dalam suatu
rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan
tertentu. Bila media itu berupa media pembelajaran, sasaran didik
diorganisasikan dengan baik sehingga mereka dapat menggunakan media itu secara
teratur berkesinambungan dan mengikuti pola belajar-mengajar tertentu.
3) Pemanfatan media secara perorangan, kelompok
atau massal
(a)
Media dapat digunakan secara
perorangan. Artinya media itu digunakan oleh seseorang sendirian saja. Media
seperti ini biasanya dilengkapi dengan petunjuk pemanfaatan yang jelas sehingga
orang dapat menggunakannya sendiri.
(b)
Media dapat digunakan secara
berkelompok. Kelompok itu dapat berupa kelompok kecil dengan anggota dua sampai
delapan orang atau lebih. Media yang dirancang untuk digunakan secara
berkelompok memerlukan buku petunjuk dan biasannya dan dipandu oleh tutor atau
guru. Keuntungan belajar menggunakan media secara berkelompok ialah dapat
dilakukan diskusi tentang bahan yang dipelajari.
(c)
Media dapat juga digunakan secara
massal. Orang yang jumlahnya ratusan, ribuan dapat menggunakan media itu secara
bersama-sama. Media seperti ini biasanya disiarkan melalui pemancar. Untuk
memudahkan orang yang belajar dengan menggunakan media seperti ini sebaiknya
kepada para peserta diberikan bahan tercetak sebelumnya. Bahan cetakan ini
diberikan jauh sebelum saat peserta dapat menyiapkan diri dalam mengikuti
program media itu.[41]
Apapun jenis pola
pemanfaatan yang ditempuh yang terpenting adalah siswa dapat mengikuti pola
pemanfaatan itu dengan baik, efektif dan efisien, sehingga mereka benar-benar
dapat meraih, mengetahui dan memahami pesan yang disalurkan lewat media
tersebut.
Supaya media dapat
digunakan secara efektif dan efisien, masih menurut Arief. S. Sadiman bahwa ada
tiga langkah utama yang perlu diikuti dalam menggunakan media yaitu persiapan
sebelum menggunakan media, kegiatan selama menggunakan media dan kegiatan lebih
lanjut.[42]
Persiapan dilakukan
pertama-tama mempelajari buku petunjuk, kemudian mengikuti petunjuk itu.
Peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media juga dipersiapkan sebelum
setelah persiapan awal sudah terlaksana, maka dilanjutkan kegiatan selama
menggunakan media. Di sini yang perlu diperhatikan adalah suasana ketenangan,
perhatikan juga perintah dan larangan selama kegiatan ini.
Kegiatan tindak lanjut
di sini ialah untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai dan untuk
memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang disampaikan melalui
media bersangkutan.
B. Keberhasilan Belajar
1. Pengertian
Belajar
Apabila
kita mendengar kata belajar, mungkin pikiran kita terbayang adanya siswa yang
serius, mendengarkan dan memperhatikan guru yang sedang memberikan pelajaran
yang ada di dalam kelas, atau seorang siswa yang membaca buku.
Akan
tetapi yang lebih luas bukanlah demikian. Karena aktivitas belajar bukan hanya
untuk siswa saja dan terbatas ruang kelas. Pengertian yang umum itu tidak
dibatasi kapan saja, di mana saja, dan dari siapa saja.
Berikut
ini akan dipaparkan beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh pakar
pendidikan antara lain:
Menurut M. Ngalim Purwanto yang mengutip dari pendapat
Clifford T Margon: ”Learning is any
relatively permanent change in behavior that is a result of past experience
[43]
(belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan itu
merupakan hasil dari pengalaman).
Sedangkan Sholeh Abdul Aziz dalam bukunya At-Tarbiyah wa Turuqut Tadriss, memberi definisi belajar sebagai
berikut:
Artinya : ”Belajar adalah suatu proses
perubahan dalam pemikiran orang yang belajar berdasarkan atas pengalaman yang lalu
yang kemudian menimbulkan pengalaman atau perubahan baru”.[44]
Dari
dua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu
aktivitas yang antara lain mempunyai ciri:
a.
Menghasilkan perubahan pada individu pada individu yang belajar.
b. Perubahan
itu terjadi karena usaha yang disengaja dan perubahan itu pada pokok adalah
didapatkannya kemampuan atau pengalaman baru yang berlaku dalam waktu yang
relatif lama dan tetap.
Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku seseorang yang dilakukan secara sengaja yaitu usaha melalui latihan dan
pengalaman, sehingga timbullah kecakapan baru dalam dirinya. Kecakapan baru
sebagai pola tingkah laku manusia itu sendiri dari beberapa aspek yang meliputi
pengetahuan, pengertian, sikap, ketrampilan, kebiasaan, emosi, budi pekerti dan
apresiasi.
Karena belajar adalah suatu proses, maka dari
proses tersebut menghasilkan sebuah hasil. Hasil proses belajar adalah prestasi
belajar. Berikut ini beberapa definisi dari para ahli mengenai pengertian prestasi
belajar.
a.
Menurut Mukhtar Bukhori ”Prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukan sebagai hasil belajar, baik
berupa angka maupun huruf serta hasil tindakannya yang mencerminkan hasil yang
telah dicapai masing-masing anak dalam proses tertentu.[45]
b.
Menurut Widodo Supriyono ”Prestasi
belajar adalah hasil belajar yang dicapai dan dapat dinyatakan baik dalam
angka-angka maupun dengan kata-kata.[46]
c.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro
”Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”.[47]
d. Menurut
M.Uzer Usman dan Lilis Setiawati bahwa indikator keberhasilan belajar adalah
tujuan instruksional khusus dapat tercapai.[48]
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka,
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau
ditunjukan oleh murid-murid sebagai hasil belajarnya yang diperoleh melalui
pengalaman dan latihan. Hasil ini bisa merupakan angka huruf serta tindakan,
tujuan belajar yang dicapai masing-masing anak dalam waktu tertentu.
Prestasi belajar siswa yang diraih siswa pada
suatu lembaga pendidikan dalam hal ini, ada gejala yang menyimpang yang hanya
menekankan pada aspek kognitif. Sudirman N memberi penjelasan aspek yang ada
pada bidang kognitif antara lain:
a.
Pengetahuan
Mengingat materi-materi yang telah dipelajari
dari fakta-fakta merupakan teori abstrak dan prestasi belajar terendah.
b.
Pengertian
Kemampuan menangkap arti materi dari
menterjemahkan, menginterprestasikan bahan dan peramalan suatu topik lebih
tinggi dari pengetahuan.
c.
Aplikasi
Kemampuan menggunakan bahan yang telah
dipelajari ke dalam situasi baru dan konkrit, misalnya aturan, metode, konsep
hukum dan teori.
d.
Analisis
Kemampuan memecahkan bahan di dalam
komponen-komponen, bagian-bagian sehingga struktur organisasi jelas bagi yang
menganalisa hubungan dan prinsip organisasinya.
e.
Sintesa
Kemampuan meletakkan bagian-bagian dalam
suatu keseluruhan meliputi penghasilan merencanakan tindakan, menyusun suatu
hubungan akrab, menggunakan tingkatan kreatif dengan tekanan pada fenomena
struktur baru.
f.
Evaluasi
Kemampuan mempertimbangkan nilai dari materi
untuk suatu tujuan tertentu. Pertimbangan ini didasarkan pada kriteria yang
jelas. Ini merupakan hasil belajar tertinggi.[49]
Berkaitan dengan prestasi belajar, di mana
hal ini akan tercapai apabila diusahakan semaksimal mungkin, baik melalui
latihan maupun pengalaman, untuk mencapai apa yang telah dipelajari. Allah SWT
memberikan sinyalemen bahwa menjadi manusia yang baik dan berhasil, sebagaimana
firman Allah:
Artinya: ”...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri...”. (Ar-Ra’ad :11)[50]
Dari ayat di atas jelaslah bahwa keberhasilan
belajar itu bisa diusahakan, atau prestasi belajar yang baik bisa dicapai.
Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar dengan
seefektif mungkin.
2. Prinsip
Belajar
Menurut H. Mustaqim dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”, prinsip-prinsip
belajar antara lain:
a.
Belajar akan berhasil jika
disertai dengan kemauan dan tujuan tertentu.
b.
Belajar akan berhasil jika
disertai berbuat latihan dan ulangan.
c.
Belajar lebih berhasil jika
memberi sukses yang menyenangkan.
d. Belajar lebih berhasil jikatujuan belajar berhubungan dengan
aktifitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.
e. Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dapat
dipahami bukan sekedar dihafal.
f. Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain
g. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si
pelajar.[51]
Setiap orang diharapkan betul-betul memahami
prinsip-prinsip belajar tersebut, agar dalam belajar timbul semangat yang
tinggi dan ia akan berhasil dalam belajarnya.
3. Dasar
dan Tujuan Belajar
Dasar adalah “landasan tempat berpijak atau tempat
berangkat menuju ke arah tujuan, sedangkan tujuan adalah ”sesuatu yang hendak
dicapai”.[52]
Menurut Nur Uhbiyati memberi definisi dasar adalah
“fondamen atau landasan yang diletakkan di atasnya sesuatu”. Fondamen atau
landasan itu harus kuat, sedangkan tujuan adalah suatu titik tertentu.[53]
Dengan demikian segala aktifitas, usaha dan
tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan haruslah mempunyai dasar dan
landasan berpijak yang baik dan kuat Hal ini berarti fondamen atau dasar
merupakan suatu sumber kekuatandan keteguhan pada bangunan. Oleh karena itu
bagi siswa, pendidikan dasarmerupakan mata rantai pendidikan selanjutnya
a) Dasar belajar
Untuk memahami dasar manusia menjalankan aktifitas
belajar dapat dipandang dari tiga segi yaitu segi filosofis yang berdasarkan
hakikat manusia, segi religius yaitu berdasarkan kaidah-kaidah dan dapat
dipandang dari segi yuridis(hukum) yang berlaku
1)
Dasar filosofis
Setiap manusia yang normal mempunyai sifat “ingin
tahu” yang merupakan potensi yang dibawa sejak lahir. Hal ini merupakan
pandangan kemanusiaan yang menyebutkan
bahwa manusia adalah “homo sapien atau
animal rational artinya manusia pada
hakikatnya merupakan makhluk berfikir atau berakal.[54]
Karena hakikat inilah manusia senantiasa ingin
mengetahui dan mempelajari sesuatu yang belim diketahui, keadaan demikian
berlangsung terus-menerus dari masa ke masa, sehingga menjadikan manusia dapat
berkembang sesuai dengan hakikatnya.
2)
Dasar religius
Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran
agama. Masalah belajar atau menuntut ilmu dalam Islam merupakan suatu kewajiban
bagi setiap muslim.
Firman Allah SWT berbunyi:
Artinya: “... Mengapa mereka tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya, apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga diri”.[55]
(At-Taubah:122)
Dan disebutkan juga dalam surat az-Zumar ayat
9 yang berbunyi:
Artinya: “...Katakanlah,
adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui ? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”[56]
Dari dasar dua ayat di atas meninjukkan bukti bahwa
Islam menuntut agar umatnya berilmu, sedangkan sebagai alat untuk
memeperolehnya adalah dengan belajar.
3)
Dasar yuridis
Dasar yuridis ini adalah dasar yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan. Pancasila adalah sumber segala sumber hukum, oleh
karena itu sebagai dasar idiil dalam melakukan kegiatan belajar adalah
berdasarkan pancasila.
Kemudian secara konstitusional disebutkan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1
bahwa “Tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”[57]
Di dalam Undang-Undang RI No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan
Nasional pasal14 ayat 2 mengenai belajar disebutka bahwa “Warga negara berumur
7 tahun berkewajiban mengikuti pendidikan dasar atau yang setara, sampai
tamat”.[58]
b) Tujuan Belajar
Menurut Nur Ukhbiyati ”tujuan belajar adalah
suatu titik tertentu yang akan diraih atau dicapai oleh suatu kegiatan
tertentu”.[59]
Az-Zarnuji mengemukakan tujuan belajar
sebagai berikut:
Artinya: “Sebaiknya di waktu belajar hendaknya berniat mencari ridho
Allah dan kebahagiaan akhirat dan memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum
bodoh dan mengembangkan agama dan melestarikan Islam, sebab Islam hanya bisa
diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak syah jika tanpa dasar”[60]
Berdasarkan beberapa tujuan di atas dapat diuraikan
secara ringkas bahwa tujuan belajar sebagai berikut:
1)
Memperoleh pengetahuan agar tidak
ketinggalan dalam mengikuti perkembangan zaman
2) Agar menjadi peserta didik yang mempunyai konsep, terampil
jasmani maupun rohani
3) Terbentuknya sikap perbuatan yang berjiwa akhlakul karimah
4) Dalam proses belajar mengajar dapat mencapai sasaran yang
diinginkan
5) Untuk mengembangkan dan melestarikan Islam
6) Kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
4. Faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar
dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Adapun faktor-faktor
yang dimaksud.
a. Faktor
yang berasal dari diri sendiri (internal).
Menurut M. Uber Usman faktor ini dibagi
menjadi dua yaitu:
1)
Faktor jasmaniah (Fisiologi) baik yang
bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca
indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat
tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang
tidak normal akan membawa kelainan tingkah laku. Baik berfungsinya panca indra
merupakan syarat dapatnya belajar berlangsung dengan baik.
2)
Faktor psikologis, yang meliputi
faktor intelektual dan non intelektual. Faktor intelektual meliputi faktor
potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu
prestasi yang dimiliki. Faktor non intelektual yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan
penyesuaian diri.[61]
3)
Faktor kematangan fisik maupun
psikis [62]
b. Faktor yang berasal dari luar
diri siswa (ekternal)
Faktor ekternal ini juga terdiri dari dua, yaitu:
1) Faktor sosial
Mengenai faktor ini M. Ngalim Purwanto, mengelompokkan menjadi:
(a)
Interaksi guru dengan murid, di
mana guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara intim menyebabkan proses
belajar-mengajar menjadi kurang lancar.
(b)
Cara penyajian, di sini guru
dituntut agar pandai-pandai cara mengajarkan pengetahuan kepada anak didik.
(c)
Hubungan antar siswa. Dalam hal
ini guru dituntut agar mendekatkan siswa dengan jalan membina kelas supaya
dapat hidup gotong-royong diantara murid dalam belajar bersama.
(d)
Alat-alat yang digunakan dalam
belajar mengajar.
(e)
Lingkungan dan kesmepatan yang
tersedia
(f)
Motivasi sosial. [63]
2) Faktor non sosial
Menurut Sumadi Suryabrata, kelompok faktor ini tak terbilang jumlahnya,
misalnya keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang
dipakai untuk belajar.[64]
Demikian beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi baik
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar siswa, oleh
karena itu perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut.
C. Pengaruh Pemanfaatan Sumber Belajar terhadap Keberhasilan Belajar
Segala
sesuatu yang ada disekitar kita dapat dimafaatkan sebagai sumber belajar.
Karena manfaat sumber belajar sangat besar sekali, yaitu memberi banyak
informasi dan pengetahuan, maka sumber belajar dapat memberi pengalaman belajar
secara langsung dan konkret kepada peserta didik.
Jadi peserta didik diharapkan benar-benar
mengetahui manfaat pemanfaat sumber belajar, sehingga siswa mampu memanfaatkan
sumber-sumber belajar secara mandiri atau individual, karena titik berat proses
belajar mengajar adalah siswa, atau dengan kata lain proses pemanfaatan sumber
belajar akan mempertinggi kegiatan belajar siswa. Dengan demikian maka peranan
sumber belajar sangat penting karena menentukan keberhasilan belajar.
Dengan banyak bertanya kepada guru dan
berkonsultasi tentang masalah-masalah pelajaran dan hal-hal yang berkaitan
dengan pelajaran, siswa akan mendapat jawaban dan masalah-masalah yang
dihadapi. Dengan demikian siswa akan memperoleh banyak informasi dari guru, di
samping hal itu akan menambah akrab hubungannya dengan guru tersebut.
Demikian juga, dengan membaca dan memahami
buku, pengetahuan siswa terutama pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaran
akan bertambah. Oleh karena itu membaca buku terutama buku pelajaran diharapkan
menjadi kewajiban rutin siswa, karena dengan membaca akan menambah wawasan,
ilmu dan pengetahuan.
Di samping membaca buku-buku pelajaran, siswa
jangan lupa untuk menjadwal berkunjung dan meminjam buku-buku atau koleksi
bahan-bahan perpustakaan, karena perpustakaan merupakan jantung setiap lembaga
pendidikan. Dapat dikatakan bahwa buku sebagai sumber ilmu pengetahuan, sedang
satu-satunya koleksi buku yang paling lengkap adalah perpustakaan. Dengan
demikian, peranan perpustakaan dalam pembinaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi mempunyai peranan yang sangat penting, karena
perpustakaan mencakup berbagai aspek disiplin ilmu pengetahuan dan
keterampilan.
Dengan hanya membaca buku saja, siswa mungkin
mengalami verbalisme karena apa yang ia baca belum jelas, karena ini bisa
disampaikan melalui penggunaan media. Dengan memakai media, kerumitan bahan
yang akan disampaikn kepada anak didik, dapat disederhanakan. Bahkan
keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian
anak didik lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media.
Jadi setelah memanfaatkan sumber-sumber
belajar siswa betul-betul menguasai bahan-bahan pelajaran yang dipelajari. Di
sinilah letak peranan pemanfatan sumber-sumber belajar yang mempunyai arti
cukup penting dalam menentukan keberhasilan belajar. Siswa yang benar-benar
memanfaatkan sumber belajar maka akan mempengaruhi prestasi belajarnya yang
berarti prestasi belajarnya akan meningkat, sebaliknya siswa yang tidak
memanfaatkan sumber belajar maka prestasi belajarnya akan menurun.
[1]
Nana Sudjana dan A.Rifa'i, Teknologi
Pengajaran, Sinar Baru, Bandung, 1989, hlm.76
[2]
Mudhoffir, Prinsip-prinsip Pengelolaan
Pusat Sumber Belajar, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1992, hlm.13.
[3]
Fred Percival dan Henry Ellington, Teknologi
Pendidikan, Erlangga, Jakarta, 1988, hlm.125.
[4]
Arief S Sadiman, Beberapa Aspek
Pengembangan Sumber Belajar, PT Mediyatama, Sarana Perkasa, Jakarta, 1989,
hlm. 141.
[5]
Ahmad Rohani, Op. cit. 104.
[6]
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Op.Cit. hlm.
83.
[7] Ibid., hlm.
84.
[8]
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi Op. Cit. hlm.155.
[9]
AECT, Definisi Teknologi Pendidikan ,
Rajawali Press, Jakarta, 1986, hlm.
86.
[10]
Ahmad Rohani, Op. Cit. hlm.112.
[11]
Arief S sadiman, Op.Cit. hlm.143.
[12]
Yusufhadi Miarso, Teknologi Komunikasi
Pendidikan, CV. Rajawali, 1986, hlm. 51
[13]
Fred Paricial, Op. Cit., hlm. 125
[14]
Arif S. Sadiman, Op. Cit., hlm. 140
[15]
Sutari Imam Barnadib,,Op. Cit., hlm.
98
[16]
Arif S. Sadiman, Op. Cit., hlm. 151
[17]
Yusufhadi Miarso, Op. Cit., hlm. 105
[18]
Az_Zarnuji, Ta’limul Muta’alim, Alih
bahasa H. Ali As’ad, Menara Kudus, Kudus, t.t., hlm. 31
[19]
R. Ibrahim dan Nana Saudih, Perencanaan
Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hlm.34.
[20] B
Suryosubroto, Proses Belajar di Sekolah, Rineka
Cipta, Jakarta, 1997, hlm.156.
[21]
Lihat Nana Sudjana, Cara Belajar siswa
Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1989.
[22] H.
Zahara Idris, Dasar-dasar Pendidikan I, Angkasa
Raya, Padang, 1987, hlm. 43.
[23]
The Liang Gie, Cara Belajar Efisien Jilid
I, Pusat Belajar Ilmu Berguna, Yogyakarta, 1994, hlm. 58.
[24]
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,1994, hlm. 72.
[25]
J.B. Sykes, The Concise Oxford Dictionary Current English, Sixth Edition, The
Clarendom Press, New York, 1976, hlm.
929.
[26]
The Liang Gie, Op.Cit. hlm. 61.
[27]
Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya,
CV. Toha Putra, Semarang, 1996, hlm. 479.
[28]
The Liang Gie, Op.Cit., 60
[29]
The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien,
Jilid II, Liberty, Yogyakarta, 1998, hlm. 42.
[30]
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op
Cit.., hlm., 802.
[31]
The Liang Gie, Op.Cit. hlm. 41.
[32]
Pawit M.Yusuf, Komunikasi Pendidikan dan
Komunikasi Instruksional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hlm. 85.
[33] Noer
Hayati, S., Pengelolaan Perpustakaan, Penerbit
Alumni, 1987, hlm. 135.
[34]
P. Sumardji, Pelayanan Perpustakaan, Penerbit
Yayasan Kanisus, Yogyakarta, t.th, hlm. 35.
[35]
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, Rineka Cipta. Jakarta, 1998, hlm. 136.
[36]
Arief. S. Sadiman, Media Pendidikan, Rajawali,
Jakarta. 1986, hlm.6.
[37]
Mudhofir, Teknologi Instruksional, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 1990, hlm.81.
[38]
M.Ali, Guru dalam Proses Belajar
Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1987, hlm.89.
[39]
Nana Sudjana dan A. Riva’i, Media
Pengajaran, Sinar Baru Algesindo, Bandung., 2001, hlm.3.
[40] Arief
S. Sadiman, Op.Cit., 191.
[41]
Arif S. Sadiman, Op. cit., hlm. 191
[42] Ibid, hlm.201.
[43]
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 84
[44]
Sholeh Abdul Aziz, At-Tarbiyah wa Turuqut
Tadriis, Daarul Ma’arif, Mesir, 1979, hlm. 169.
[45]
M. Bukhori, Teknik-teknik Evaluasi dalam
Pendidikan, Jammers, Bandung, 1983, hlm.178.
[46]
Widodo Supriyono, Media Edisi VII, Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang, 1991, hlm. 16.
[47]
Sutratinah Tirtonegoro, Op.Cit, hlm.
[48]
M. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi
Kegiatan Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hlm. 7.
[49]
Sudirman N, Ilmu Pendidikan, Remaja
Rosda Karya, Bandung, 1987 hlm. 55.
[50]
Depag, Op.Cit., hlm. 199.
[51]
H. Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm. 69
[52]
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, Ramadhani,
Solo, 1993, hlm. 15
[53]
Nur Uhbiyati, Pengantar Ilmu Pendidikan, Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1986, hlm. 1-2
[54]
M. Sholeh Nur, Ilmu Pendidikan., IAIN
Walisongo, 1988, hlm. 22
[55]
Depag RI, Op. Cit., hlm. 164
[56] Ibid, hlm. 367
[57]
Undang-Undang Dasar 1945, Apollo, Surabaya, hlm,
9
[58]
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Aneka Ilmu, Semarang, 1992, hlm. 7
[59]
Nur Uhbiyati Op. Cit. hlm.1
[60]
Az-Zarnuji, Op. Cit., hlm. 10
[61]
M. Uzer usman dan Lilis setiawati, Op.Cit.,
hlm.10.
[62]
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi
Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm.131.
[63]
M. Ngalim Purwanto, Op. Cit., hlm.102.
[64]
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Rajawali
Pers, Jakarta, 1995, hlm.249
0 Response to "PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN PERANANNYA TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR"
Post a Comment