PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN PERANANNYA TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR


PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN PERANANNYA TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR




  A.    Sumber Belajar dan Pemanfaatannya

 1.      Sumber Belajar

 a.       Pengertian Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Lebih lanjut para ahli memberi titik tekan yang sama dalam mendefinisikannya yaitu:

1)      Nana Sudjana dan A. Rifa'i bahwa "sumber belajar tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan".[1]

2)      Mudhofir, berpendapat bahwa "Sumber belajar merupakan suatu departemen yang memberikan fasilitas pendidikan latihan dan pengenalan melalui produksi bahan media (seperti slide, transparansiover head, film, stipe dan lain-lain) dan memberi pelayanan penunjang (seperti sirkulasi peralatan audio visual, pembuatan katalog dan pemanfatan sumber belajar pada perpustakaan".[2]

3)      Fred Percival dan Henry Ellington mendefinisikan "sumber belajar adalah suatu sistem, yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat memungkinkan siswa belajar secara individual".[3]

4)      Arif S Sadiman dan kawan-kawan, berpendapat bahwa "sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi  sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.”[4]

Bila diperhatikan secara cermat, dari batasan-batasan yang telah diberikan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar itu pada prinsipnya adalah segala sesuatu yang dapat membantu, memperlancar proses belajar mengajar dan mempermudah tercapainya keberhasilan belajar. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dalam sumber belajar mengandung beberapa aspek antara lain:

1)      Sumber belajar terdiri dari segala sesuatu, maka dari itu batasannya luas.

2)      Segala sesuatu itu berfungsi mempermudah, dan memperlancar proses belajar mengajar.


b.      Ciri-ciri Sumber Belajar

Sumber belajar adalah suatu daya, kekuatan yang dapat memberi sesuatu yang seseorang perlukan dalam rangka proses belajar mengajar. Oleh karena itu, menurut Ahmad Rohani sumber belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Sumber belajar harus mampu memberikan, kekuatan  sehingga tujuan instruksional dapat tercapai secara maksimal
2)      Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif .
3)      Sumber belajar yang dimanfaatkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Tidak terorganisasi dan tidak sistematis baik dalam bentuk maupun isi.
b.      Hanya dipergunakan menurut berbagai tujuan instruksional.
4)      Sumber belajar yang dirancang mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.[5]

Ciri-ciri di atas jika kita cermati, dapat disimpulkan bahwa sumber belajar harus mampu memudahkan tercapainya tujuan belajar atau tercapainya keberhasilan belajar. Karena itu, untuk menunjang tercapainya keberhasilan belajar, maka sumber belajar haruslah tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan (proses belajar).

c.       Komponen dan Faktor Sumber Belajar

Sumber belajar dapat dipandang sebagai suatu sistem karena merupakan satu kesatuan yang ada di dalamnya terdapat komponen-komponen dan faktor-faktor yang saling berhubungan dan saling berpengaruh satu sama lainnya. Yang dimaksud dengan komponen sumber belajar adalah bagian-bagian yang selalu ada di dalam sumber belajar itu, dan bagian-bagian itu merupakan satu kesatuan yang sulit berdiri sendiri sekalipun mungkin dapat dipergunakan secara terpisah. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai menyebutkan komponen-komponen sumber belajar sebagai berikut:

1)      Tujuan, misi atau fungsi sumber belajar

Setiap sumber belajar selalu mempunyai tujuan/misi yang akan dicapai, baik secara eksplisit atau implisit. Tujuan sangat dipengaruhi oleh sifat dan bentuk-bentuk sumber belajar itu sendiri.

2)      Bentuk, format atau keadaan fisik sumber belajar wujud sumber belajar secara fisik satu sama lain berbeda-beda maka  penggunaan dan pemanfaatannya hendaknya dengan memperhitungkan segi waktu, pembiayaan dan sebagainya.

3)      Pesan yang dibawa oleh sumber belajar

Setiap sumber belajar selaku membawa pesan yang dapat dimanfaatkan atau dipelajari oleh para pemakainya. Komponen pesan merupakan informasi penting. Oleh karena itu, para pemakai sumber belajar hendaknya memperhatikan bagaimana isi pesan disimak.

4)      Tingkat kesulitan atau kompleksitas pemakaian sumber belajar.

Tingkat kompleksitas penggunaan sumber belajar berkaitan dengan keadaan fisik dan pesan sumber belajar. Sejauh mana kompleksitasnya perlu diketahui guna menentukan apakah sumber belajar itu masih dapat dipergunakan, mengingat waktu dan biaya yang terbatas.[6]

Dengan memperhatikan komponen-komponen sumber belajar dengan cermat, maka akan menentukan dalam pemilihan sumber belajar yang tepat pakai.   Karena semua sumber belajar itu baik, tapi belum tentu tepat diterapkan dalam memperlajari suatu mata pelajaran. Oleh karena itu memperhatikan ketepatan penggunaan sumber belajar, hal ini bisa dilakukan dengan memperhatikan komponen sumber belajar dengan seksama.

Agar dapat diketahui hakikat sumber belajar secara lebih jelas, di samping komponen-komponen, ciri-ciri serta dapat memanfatkan sumber belajar lebih efektif dan efisien perlu diketahui faktor-faktor sumber belajar pada umumnya yang  antara lain meliputi:

1)      Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi yang amat cepat dewasa ini amat berpengaruh terhadap sumber belajar yang dipergunakan. Pada masa lampau jenis sumber belajar yang tidak dirancang banyak dipergunakan dalam proses belajar mengajar, tapi sekarang justru sumber belajar yang dirancang lebih banyak dimanfaatkan.

 

2)      Nilai-nilai budaya setempat

Sering ditemukan bahan yang diperlukan sebagai sumber belajar dipengaruhi oleh faktor budaya setempat, antara lain nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat. Faktor tersebut terutama berpengaruh pada jenis sumber belajar yang tidak dirancang.

 

3)      Keadaan ekonomi pada umunya

Sumber belajar juga dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, baik secara makro maupun secara mikro. Keadaan ekonomi tersebut mempengaruhi sumber belajar dalam hal upaya pengadaannya, jenis dan macamnya, serta upaya menyebarkannya kepada pemakai.

 

4)      Keadaan pemakai

Pemakai sumber belajar jelas memegang peranan penting karena pemakailah yang memanfaatkannya sehingga  perlu diketahui. Keadaan dan sifat pemakai akan turut mempengaruhi sumber belajar yang dimanfaatkan misalnya, berupa banyak jumlah pemakai sumber belajar, bagaimana motivasi pemakai, apa tujuan memanfaatkan sumber belajar itu.[7]

 

Penggunaan  sumber belajar tidaklah terjadi begitu saja, tapi ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan mengapa seseorang memilih suatu sumber belajar. Karena dengan memperhatikan faktor-faktor sumber belajar diharapkan akan mendapatkan hasil belajar yang optimal.

 

d.      Macam-macam sumber belajar

Membuat klasifikasi sumber belajar tidaklah mudah. Hal itu disebabkan oleh sulitnya membuat batas yang tegas dan pasti tentang   perbedaan atau ciri-ciri yang terdapat pada sumber-sumber belajar. Misalnya kegiatan diskusi dapat diklasifikasikan ke dalam klasifikasi sumber belajar yang dirancang, namun dapat juga dimasukkan ke dalam klasifikasi sumber belajar yang dimanfaatkan, sebab kegiatan diskusi yang spontan dalam kegiatan pengajaran bisa terjadi tanpa dirancangkan sebelumnya.

Peran utama sumber belajar adalah membawa atau menyalurkan stimulasi dan informsi kepada siswa. Dengan demikian maka untuk mempermudahkan klasifikasi sumber belajar itu kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti "apa", "siapa", "di mana" dan "bagaimana" pertanyaan-pertanyaan itu bisa dikembangkan lebih jauh, misalnya.

a)      Apa jenis informasi yang akan disajikan itu ?

b)      Siapa yang melaksanakan penyajian informasi itu ?

c)      Bagaimana cara menyajikannya ?

d)     Di mana informasi disajikan ?

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kemudian dapat disusun klasifikasi sumber belajar sebagai berikut:

1)      Pesan, berita, informasi

2)      Manusia, materi pelajaran

3)      Alat

4)      Teknik, metode, prosedur di tempat yang diatur.[8]

AECT (Association of Education Communication Teknology) melalui karyanya "The Definition of Educational Teknology, mengklasifikasikan sumber belajar menjai 6 macam:

1)      Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti, dan data. Termasuk dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi/bahan pengajaran/mata kuliah yang diajarkan kepada peserta didik dan sebagainya.

 

2)      People (orang), yakni manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini, misalnya, guru/dosen, tutor, peserta didik dan sebagainya.

 

3)      Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat/perangkat ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk kategori materials, seperti transportasi, slide, film, audio, cideo, model, majalah, buku dan sebagainya.

 

4)      Device (alat), yaitu sesuatu (perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya overhead proyektor, slide, Video tape/recorder, pesawat radio/TV dan sebagainya.

 

5)      Technique (Teknik), yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang lengkungan yang menyampaiakan pesan, misalnya pengajaran berprograma/modul, simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA dan sebagainya.

 

6)      Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar dimana pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik, ruang kelas, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan dan sebagainya. Juga lingkungan non fisik, misalnya suasana belajar itu sendiri, tenang, ramai, lelah dan sebagainya.[9]

 

Sekalipun telah dipisahkan ke dalam 6 golongan tersebut, dalam kenyataan sumber-sumber belajar tersebut satu sama lain saling berhubungan sehingga kadang-kadang sulit memisahkannya. Paling tidak ada empat jenis sumber yang berperan di situ: guru, alat  yang diperagakan, topik yang dijelaskan yaitu cara penggunaan peralatan tersebut dan teknik penyajian yaitu dengan peragaan.

 

Pembagian lain terhadap sumber belajar adalah sebagi berikut:

1)      Sumber belajar cetak; buku, majalah, ensiklopedi, brosur, koran, poster, denah dan lain-lain.

2)      Sumber belajar non cetak; film, slide, video, model, boneka, audio, kaset, dan lain-lain.

3)      Sumber-belajar yang berupa fasilitas: auditorium, perpustakaan, ruang belajar, meja belajar individual (carrel), studio, lapangan oleh raga dan lain-lain.

4)      Sumber belajar yang berupa kegiatan, wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan, dan lain-lain.

5)      Sumber belajar yang berupa lingkungan dari masyarakat, taman, terminal dan lain-lain.[10]

 

Klasifikasi lain dari sumber belajar sebagimana telah disinggung ialah sumber belajar yang dirancang atau learning recources by design, yakni sumber belajar yang disengaja direncanakan, disiapkan untuk tujuan pengajaran tertentu. Sedangkan jenis sumber belajar yang dimanfaatkan atau learning recources by utilization, yakni sumber belajar yang tidak direncanakan atau tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, tetapi langsung dipakai guna kepentingan pengajaran, diambil langsung dari dunia nyata.[11] Kedua macam sumber belajar itu sama efektifnya, bergantung pada bagaimana pemanfaatannya dalam proses belajar mengajar.

Kedua macam sumber belajar itu sama-sama dapat digunakan dalam kegiatan instruksional karena keduannya memberikan kemudahan belajar kepada siswa.

Dengan uraian dan pernyataan tersebut diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa sumber belajar itu demikian luasnya, bisa meliputi segala sesuatu yang dipergunakan untuk kepentingan pelajaran, yaitu segala apa yang ada di sekolah pada masa lalu, sekarang dan pada masa yang akan datang.

 

 



2.      Pemanfaatan Sumber Belajar

a.       Fungsi Sumber Belajar
Titik berat proses belajar mengajar adalah pada siswa sedang guru berfungsi sebagai penunjang atau stimulator. Dengan demikian maka peranan sumber belajar sangat penting karena menentukan keberhasilan belajar siswa.

Fungsi utama sumber belajar yaitu ingin mencapai tujuan belajar seefektif dan seefisien mungkin. Menurut Yusufhadi Miarso sumber belajar berfungsi sebagai berikut:
1)      Membuat kongkrit konsep yang abstrak
2)      Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan  lingkungannya.
3)      Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa.
4)      Memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar.
5)      Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang menurut kebutuhan.
6)      Menyajikan pesan atau informamsi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu maupun ruang.
7)      Membawa  obyek yang berbahaya atau sukar di dapat ke dalam lingkungan belajar.
8)      Membangkitkan motivasi belajar.[12]

Pada dasarnya pemanfaatan sumber belajar ini dimaksudkan untuk memperoleh kemudahan dalam mendalami dan memahami pelajaran, sehingga bahan pelajaran akan benar-benar menjadi milik siswa.

 b. Prinsip-prinsip Pemanfaatan Sumber Belajar
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sumber belajar  digunakan  untuk mencapai tujuan belajar. Karena itu agar berhasil dengan baik dan tercapai tujuan yang diinginkan, maka siswa harus mampu memilih dan memanfaatkan sumber belajar yang ada.

Pemilihan sumber belajar tidak harus bagus dan mahal, namun harus sumber belajar yang cukp memadai dan mudah didapat. Berkaitan dengan hal itu Fred Parcial dan Henry E. mengatakan bahwa “Sumber belajar harus memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri dan harus bersifat individual.[13]
Sebelum membahas prinsip-prinsip pemanfaatan sumber belajar terlebih dahulu di sini akan dijelaskan tentang kriteria tertentu dalam memilih sumber belajar
1) Kriteria umum
Kriteria ini merupakan ukuran kasar dalam memilih pelbagai sumber belajar, misalnya:
a)      Ekonomis dalam pengertian murah
b)      Praktis dan sederhana, artinya tidak memerlukan pelayanan dan pengadaan sampingan yang sulit dan langka, sederhana maksudnya tidak memerlukan pelayanan yang menggunakan keterampilan khusus yang rumit.
c)      Mudah diperoleh
d)     Bersifat fleksibel
e)      Komponen-komponen yang sesuai dengan tujuan

2)  Kriteria berdasarkan tujuan
a)      Sumber belajar guna memotifasi
b)      Sumber belajar untuk tujuan pengajaran
c)      Sumber belajar untuk penelitian
d)     Sumber belajar untuk memecahkan masalah
e)      Sumber belajar untuk presentasi

Menurut Sudjarwo,  adalah sebagai berikut:
a)      Tersedia di pasaran
b)      Cocok dengan karakteristik siswa
c)      Sesuai dengan tujuan
d)     Menarik.[14]

Adapun prinsip-prinsip pemanfaatan sumber belajar antara lain sebagai berikut:
1)      Menurut Sutari Imam  Barnadib, prinsip yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan sumber belajar antara lain
a)      Tujuan yang hendak dicapai
b)      Alat-alat yang tersedia
c)      Siapa yang menggunakannya
d)     Kepada siapa alat itu digunakan[15]

2)  Menurut Sudjarwo, mengatakan bahwa prinsip umum pemanfaatan sumber belajar adalah:
a)      Mengacu pada tujuan
b)      Berorientasi pada siswa
c)      proses pemanfaatannya berbentang
d)     Sumber belajar harus terkombinasi dan menyatu dengan proses belajar mengajar.[16]

3) Menurut Yusufhadi Miarso prinsip-prinsip  pemanfaatan sumber belajar ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a)      Mencari, menemukan dan memilih media belajar yang memenuhi kebutuhan belajar anak.
b)      Menarik minat dan semangat anak.
c)      Sesuai perkembangan, kematangan dan pengalaman
d)     Sesuai dengan subyek yang dipelajari
e)      Penggunaan harus sesuai dengan tujuan.
f)       Sumber belajar digunakan jika murid sudah pandai menginterpretasikan materi pelajaran.
g)      Murid harus menggunakan sumber belajar dan menginterpretasikan tujuan yang hendak dicapai.[17]

Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam memanfaatkan sumber belajar dapat dikelompokkan dalam kategori berikut yakni:
1)  Sesuai dengan tujuan yang  akan dicapai
2)  Sesuai dengan orang yang menggunakan


3)      Sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan
4)      Sesuai dengan kondisi jiwa
5)      Sesuai dengan fasilitas yang ada
6)      Menarik dan mudah dijangkau

Di samping itu pemanfaatan sumber belajar harus sungguh-sungguh karena banyaknya sumber belajar tidak menjamin hasil yang baik, jika tidak dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Syeh Az-Zarnuji dalam kitabnya Ta`lim Muta`allim sebagai berikut:



Artinya : “Barang siapa mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh maka akan mendapat dan barang siapa mengetuk pintu dan berusaha memasukinya maka ia akan masuk”[18]

Bentuk dan cara pemanfaatan sumber belajar banyak sekali ragamnya, tergantung pada ragam dan macam sumber belajar itu sendiri. Oleh karena itu penulis mengambil beberapa macam proses pemanfaatan sumber belajar yakni interaksi terhadap guru, pamahaman terhadap perpustakaan guru, kunjungan dan pemanfaatan perpustakaan serta pemanfaatan media.
1)      Interaksi terhadap Guru
Pada dasarnya proses belajar mengajar berintikan interaksi antara guru dengan anak didik. Interaksi antara guru dan anak didik sangat penting untuk diketahui, karena hal ini yang akan menentukan keberhasilan belajar. Maka dari itu, guru mempunyai tanggung jawab yang utama yakni membina hubungan yang sebaik-baiknya dengan anak didiknya. Di dalam interaksi ini terjadi proses pengaruh mempengaruhi, guru memberikan suatu pelajaran tentunya akan mempengaruhi anak didik yang belajar, dengan demikian pengetahuan anak didik menjadi bertambah.

Peranan guru di sini sebagai pendidik dan pembimbing. Didikan dan bimbingan tidak hanya diberikan di dalam kelas, tetapi juga diluar kelas ataupun luar sekolah.[19]
Adanya tujuan yang jelas sebagai usaha-usaha sadar, maka proses belajar mengajar disebut proses interaksi edukatif, yaitu proses yang mengandung sejumlah ilmu sebagai medium untuk mencapai keberhasilan belajar. Menurut Suryosubroto  dalam bukunya proses belajar mengajar bahwa: "Interaksi edukatif adalah hubungan timbal balik antara guru (pendidik) dan anak didik (murid) dalam suatu sistem pengajaran interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha mencapai terwujudnya situasi belajar dan mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Tercapainya tujuan proses belajar mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran memerlukan usaha tercapainya interaksi yang baik pula antara guru dan anak didik.[20]
Dengan demikian interaksi edukatif yang berlangsung, telah terjadi interaksi antara guru dan anak didik yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan tersebut disebabkan oleh guru yang memakainya dalam kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik kepada anak didik dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antar guru dan anak didik.
Ada tiga pola komunikasi antara guru dan anak didik dalam interaksi belajar mengajar yaitu: komunikasi sebagai aksi (guru sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi), komunikasi sebagai interaksi (guru dan anak didik sama-sama sebagai pemberi dan penerima aksi) dan komunikasi sebagai transaksi (adanya interaksi guru dengan anak didik dan anak didik dengan anak didik), demikian menurut Nana Sudjana.[21]
Ketiga pola tersebut dikemukakan oleh Nana Sudjana tersebut berarti bahwa kegiatan interaksi belajar mengajar sangat beraneka ragam caranya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan anak didik. Hal itu tentu saja tergantung kedua belah pihak antara guru dan murid. Penggunaan variasi pola komunikasi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan anak didik dalam mencapai keberhasilan belajar. Dalam jenis pola interaksi ini Zahara Idris, juga mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
1)      Pola komunikasi satu arah
Yaitu guru menjadi pusat belajar mengajar (teacher centered). Guru menyampaikan pelajaran dengan berceramah, anak didik mendengarkan dan mencatat. Jadi gurulah yang merencanakan, mengendalikan dan melaksanakan segala sesuatunya. Komunikasi ini lebih banyak kelemahannya di balik kebaikannya. Diantara kelemahannya antara lain, suasana kelas beku, cenderung otoriter, pengertian anak didik tidak cepat diketahui guru dan membuat bosan anak didik.

2)      Pola komunikasi dua arah
Dalam proses belajar mengajar terjadi suatu proses saling bertukar pikiran atau saling memberi informasi antara pikiran guru dan anak didik. Pola komunikasi ini dibagi menjadi tiga jalur diantaranya:
a)      Jalur dua arah, guru dan anak didik
Pada jalur ini anak didik mempunyai kesempatan bertanya, mengajukan pendapat dan sebagainya.
b)      Jalur dua arah guru, anak didik dan anak didik bersampingan
Jalur ini anak didik tidak hanya bertanya kepada guru, tetapi juga temannya yang ada di sampingnya
c)      Jalur dua arah guru - anak didik dan antar anak didik
Jalur ini lebih luas daripada di atas, karena siswa juga dapat berinteraksi antar teman bukan hanya pada teman sebelahnya.[22]

Dari berbagai macam pola komunikasi tersebut, memberikan bentuk  yang berbeda satu sama lain. Masing-masing mempunyai kelemahan dan kebaikan. Akan tetapi komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi dianggap sesuai dengan konsep cara belajar siswa aktif yang dikehendaki oleh para ahli pendidikan modern.
Dengan demikian jelaslah peran guru, sebagai sumber belajar yang dilakukan melalui jalur interaksi dengannnya. Dengan intimnya interaksi antara guru dengan murid, maka murid akan mendapat banyak informasi terutama hal-hal yang berkaitan dengan bahan pelajaran. Siswa akan lebih mengetahui atau bahkan menguasai bahan pelajaran, dan ilmu. Hal ini merupakan indikasi bahwa siswa tersebut berhasil dalam belajar.

2)  Pemahaman terhadap Buku
Informasi dan pengetahuan bisa diperoleh salah satunya dengan pemahaman terhadap buku, karena dalam buku tersimpan infomasi dan ilmu pengetahuan. Pemahaman terhadap suatu buku tidak bisa datang dengan sendirinya, namun perlu usaha dan keterampilan tersendiri yaitu keterampilan membaca.
Membaca sebenarnya menjadi kebutuhan hidup. Dengan keterampilan membaca seseorang akan memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona. Menurut The Liang Gie, ”Aktivitas membaca yang terampil akan membuka jendela pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam, dan lorong keahlian yang lebar di masa depan.[23] Kegiatan dan keterampilan membaca itu tidak dapat diganti dengan metode-metode yang lain.
Membaca adalah ”melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis”.[24] Membaca bila diterjemahkan dalam bahasa inggris adalah ”to get the meaning of writing by interpriting the caracters” (mendapatkan makna dari suatu tulisan dengan cara menafsirkannya).[25] Menurut The Liang Gie membaca adalah ”serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian untuk memahami makna suatu keterangan yang disajikan kepada indra penglihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda lainnya.[26]
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca bukanlah kegiatan mata memandang serangkaian kalimat dalam bahan bacaan atau hanya melafalkan kata-kata yang di lihat, melainkan membaca terutama adalah kegiatan pikiran memahami suatu keterangan melalui panca indera.
Belajar memang tidak lepas dari membaca. Ayat Al-Qur'an yang pertama turun dengan perintah membaca dan menulis, yakni



Artinya: ”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah”.[27]

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam kegiatan membaca, maka seseorang harus mempunyai keterampilan membaca, sehingga ia memiliki kemampuan sebagai seorang pembaca yang efisien, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Memiliki kebiasaan-kebiasaan baik dalam membaca
b.      Dapat membaca cepat
c.       Dapat menangkap dan memahami isi bahan bacaannya.
d.      Seusai membaca dapat mengingat butir-butir gagasan utama dari bahan bacaanya.[28]
Ciri-ciri tersebut akan terpenuhi jika pembaca mempunyai kemampuan melakukan konsentrasi secara intensif sewaktu membaca pelajaran. Dengan demikian kegiatan membaca tersebut berhasil, dan pada akhirnya akan menambah pengetahuan dan pengalaman seseorang.

3)      Kunjungan dan Peminjaman Buku Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu alat yang sangat penting dalam setiap program pendidikan.  Tujuannya untuk mendukung, memperlancar, mempertinggi pelaksanaan program kegiatan sekolah melalui pelayanan informasi dan mempertinggi keberhasilan belajar siswa.
Menurut The Liang Gie yang mengutip pendapat J.N. Hook dan William F. Ekstrom, menyatakan bahwa perpustakaan merupakan jantung setiap lembaga pendidikan. Barang siapa yang ingin mempelajari hampir segala pokok soal apapun yang diketahui oleh manusia dapat terhimpun keterangan dalam suatu perpustakaan.[29]


Perpustakan adalah: ”Kumpulan buku-buku (bacaan dan sebagainya)”.[30] The Liang Gie juga memberi definisi perpustakaan adalah sebuah kumpulan atau tempat penyimpanan fisik yang di da lamnya suatu kumpulan demikian itu disimpan.[31]
Jadi, perpustakaan adalah suatu unit kerja yang bertempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara berkesinambungan oleh pemakainya sebagai sumber informasi.
Perpustakaan mempunyai misi mulia yaitu menunjang upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jasa layanan infomasi. Dengan pengertian lain, semua isi perpustakaan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pengguna dalam rangka mencari informasi.[32]
Perpustakaan kini dianggap sebagai pusat pembacaan yang mempunyai fungsi mencerdaskan pikiran orang-oang yang menggunakannya. Dengan berkunjung dan meminjam buku perpustakaan serta membaca buku tersebut maka seseorang akan mendapatkan sejuta pengetahuan.
Ciri utama suatu perpustakaan adalah adanya unsur-unsur pemakai (peminjam buku) terhadap koleksi buku yang ada di dalam perpustakaan tersebut dimanfaatkan maka harus dikelola dengan baik sesuai dengan aturan yang ada. Oleh karena itu perlu diperhatikan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pengelolaan perpustakaan. Fakto-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu internal dan eksternal.


a)      Faktor Internal
Faktor internal adalah segala sesuatu yang ada di perpustakaan yang mempengaruhi terhadap kelancaran pelayanan dalam melaksanakan fungsi perpustakaan, yang meliputi:
1)      Koleksi bahan pustaka
Koleksi bahan pustaka di perpustakaan merupakan salah satu faktor vital untuk keberhasilan perpustakaan. Dalam hal ini Noer Hayati menjelaskan pembinaan koleksi kerja pelayanan teknis yang harus dilakukan perpustakaan sekolah dalam usahanya untuk memberikan pelayanan informasi kepada pemakai perpustakaan.[33] Hal ini berkaitan erat dengan aspek kuantitas dan kualitas dan relevansi bahan pustaka terhadap proses belajar mengajar.
2)      Petugas perpustakaan merupakan komponen integral dalam perpustakaan. Untuk melaksanakan tugas hendaknya petugas mengetahui siapa saja yang boleh diterima menjadi anggota perpustakaan dan syarat-syaratnya. Dia harus mengetahui buku-buku yang boleh dipinjam beserta sangsi-sangsinya.[34]
3)      Struktur
Untuk menjalankan fungsinya, maka perpustakaan harus memiliki struktur organisasi yang mantap demi memperlancar pelaksanaan perpustakaan.

b)      Faktor ekternal
Faktor ekternal yang dimaksud adalah segala sesuatu yang ada di luar perpustakaan yang mempengaruhi terhadap pelaksanaan fungsi perpustakaan. Faktor ekternal meliputi:
1)      Pemakai perpustakaan
Pemakai perpustakaan ikut menentukan keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan. Untuk itu diperlukan sikap sadar akan fungsi, peranan perpustakaan. Kesadaran untuk memiliki perpustakaan dan melaksanakan tata tertib yang berlaku, perlu atau wajib petugas perpustakaan itu sendiri maupun para pengguna perpustakaan.
2)      Lokasi perpustakaan
Lokasi perpustakaan hendaknya diatur sehingga masyarakat pemakai dapat mempergunakan secara leluasa. Lokasi dijangkau dan harus cukup aman dan tenang bagi pemakai.

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut maka akan berpengaruh pada pemakai perpustakaan. Mereka rajin berkunjung ke perpustakaan, karena keadaanya enak, nyaman serta pelayanan yang memuaskan. Demikian juga mereka tidak enggan-enggan untuk meminjam buku-buku perpustakaan dan membaca buku-buku tersebut. Dengan demikian pengetahuan pemakai perpustakaan dalam hal ini siswa akan bertambah.

4)  Pemanfaatan Media

Kata ”media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata ”medium”, yang secara harfiah berarti ”perantara atau pengantar”.[35] Menurut Arief S. Sadiman, media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.[36] Media secara luas dapat diartikan sebagai manusia, benda atau peristiwa yang membuat kondisi siswa untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan sikap.[37] Menurut M. Ali, ”Media diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. [38]
Jadi media di sini adalah segala sesuatu yang berfungsi memperlancar dari sumber pesan kepada penerima pesan (siswa).
Media dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Menurut Nana Sudjana dan A.Riva’i alasan mengapa media dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain :
1)      Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2)      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
3)      Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
4)      Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. [39]

Alasan kedua mengapa penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Taraf berfikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal yang komplek dapat disederhanakan.
Suatu media tidak akan banyak gunanya, bila media itu tidak dimanfaatkan dengan baik. Supaya media itu efektif maka pemanfaatan media itu harus direncanakan dan dirancang secara sistematik. Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran[40] antara lain:
1)      Pemanfaatan media dalam situasi kelas (classroom setting).
Dalam tatanan (setting) ini media dimanfatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas. Media yang dipilih haruslah sesuai dengan ketiga hal yaitu tujuan materi dan strategi pembelajarannya.
2)      Pemanfaatan media di luar situasi kelas
Pemanfaatan media di luar situasi kelas dapat dibedakan dalam dua kelompok utama:
a)      Pemanfatan secara bebas
Yang di maksud dengan pemanfatan secara bebas ialah bahwa media itu digunakan tanpa dikontrol atau diawasi. Pemakai media menggunakan media itu menurut kebutuhan masing-masing. Biasanya mereka menggunakannya secara perorangan. Dalam menggunakan media ini mereka tidak dituntut untuk mencapai tingkat pemahaman tertentu. Mereka juga tidak diharapkan untuk memberikan umpan balik kepada siapapun.
b)      Pemanfaatan media secara terkontrol
Yang dimaksud pemanfaatan media secara terkontrol adalah media digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu. Bila media itu berupa media pembelajaran, sasaran didik diorganisasikan dengan baik sehingga mereka dapat menggunakan media itu secara teratur berkesinambungan dan mengikuti pola belajar-mengajar tertentu.
3)  Pemanfatan media secara perorangan, kelompok atau massal
(a)    Media dapat digunakan secara perorangan. Artinya media itu digunakan oleh seseorang sendirian saja. Media seperti ini biasanya dilengkapi dengan petunjuk pemanfaatan yang jelas sehingga orang dapat menggunakannya sendiri.

(b)   Media dapat digunakan secara berkelompok. Kelompok itu dapat berupa kelompok kecil dengan anggota dua sampai delapan orang atau lebih. Media yang dirancang untuk digunakan secara berkelompok memerlukan buku petunjuk dan biasannya dan dipandu oleh tutor atau guru. Keuntungan belajar menggunakan media secara berkelompok ialah dapat dilakukan diskusi tentang bahan yang dipelajari.

(c)    Media dapat juga digunakan secara massal. Orang yang jumlahnya ratusan, ribuan dapat menggunakan media itu secara bersama-sama. Media seperti ini biasanya disiarkan melalui pemancar. Untuk memudahkan orang yang belajar dengan menggunakan media seperti ini sebaiknya kepada para peserta diberikan bahan tercetak sebelumnya. Bahan cetakan ini diberikan jauh sebelum saat peserta dapat menyiapkan diri dalam mengikuti program media itu.[41]

Apapun jenis pola pemanfaatan yang ditempuh yang terpenting adalah siswa dapat mengikuti pola pemanfaatan itu dengan baik, efektif dan efisien, sehingga mereka benar-benar dapat meraih, mengetahui dan memahami pesan yang disalurkan lewat media tersebut.
Supaya media dapat digunakan secara efektif dan efisien, masih menurut Arief. S. Sadiman bahwa ada tiga langkah utama yang perlu diikuti dalam menggunakan media yaitu persiapan sebelum menggunakan media, kegiatan selama menggunakan media dan kegiatan lebih lanjut.[42]


Persiapan dilakukan pertama-tama mempelajari buku petunjuk, kemudian mengikuti petunjuk itu. Peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media juga dipersiapkan sebelum setelah persiapan awal sudah terlaksana, maka dilanjutkan kegiatan selama menggunakan media. Di sini yang perlu diperhatikan adalah suasana ketenangan, perhatikan juga perintah dan larangan selama kegiatan ini.
Kegiatan tindak lanjut di sini ialah untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai dan untuk memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang disampaikan melalui media bersangkutan.

B.     Keberhasilan Belajar

1.      Pengertian Belajar

Apabila kita mendengar kata belajar, mungkin pikiran kita terbayang adanya siswa yang serius, mendengarkan dan memperhatikan guru yang sedang memberikan pelajaran yang ada di dalam kelas, atau seorang siswa yang membaca buku.
Akan tetapi yang lebih luas bukanlah demikian. Karena aktivitas belajar bukan hanya untuk siswa saja dan terbatas ruang kelas. Pengertian yang umum itu tidak dibatasi kapan saja, di mana saja, dan dari siapa saja.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh pakar pendidikan antara lain:
Menurut M. Ngalim Purwanto yang mengutip dari pendapat Clifford T Margon: ”Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience [43] (belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan itu merupakan hasil dari pengalaman).
Sedangkan Sholeh Abdul Aziz dalam bukunya At-Tarbiyah wa Turuqut Tadriss, memberi definisi belajar sebagai berikut:

Artinya : ”Belajar adalah suatu proses perubahan dalam pemikiran orang yang belajar berdasarkan atas pengalaman yang lalu yang kemudian menimbulkan pengalaman atau perubahan baru”.[44]

Dari dua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang antara lain mempunyai ciri:
a.  Menghasilkan perubahan pada individu pada individu yang belajar.
b.  Perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja dan perubahan itu pada pokok adalah didapatkannya kemampuan atau pengalaman baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan tetap.
Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara sengaja yaitu usaha melalui latihan dan pengalaman, sehingga timbullah kecakapan baru dalam dirinya. Kecakapan baru sebagai pola tingkah laku manusia itu sendiri dari beberapa aspek yang meliputi pengetahuan, pengertian, sikap, ketrampilan, kebiasaan, emosi, budi pekerti dan apresiasi.
Karena belajar adalah suatu proses, maka dari proses tersebut menghasilkan sebuah hasil. Hasil proses belajar adalah prestasi belajar. Berikut ini beberapa definisi dari para ahli mengenai pengertian prestasi belajar.
a.       Menurut Mukhtar Bukhori ”Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukan sebagai hasil belajar, baik berupa angka maupun huruf serta hasil tindakannya yang mencerminkan hasil yang telah dicapai masing-masing anak dalam proses tertentu.[45]
b.      Menurut Widodo Supriyono ”Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai dan dapat dinyatakan baik dalam angka-angka maupun dengan kata-kata.[46]



c.       Menurut Sutratinah Tirtonegoro ”Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”.[47]

d.      Menurut M.Uzer Usman dan Lilis Setiawati bahwa indikator keberhasilan belajar adalah tujuan instruksional khusus dapat tercapai.[48]

 

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukan oleh murid-murid sebagai hasil belajarnya yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan. Hasil ini bisa merupakan angka huruf serta tindakan, tujuan belajar yang dicapai masing-masing anak dalam waktu tertentu.

Prestasi belajar siswa yang diraih siswa pada suatu lembaga pendidikan dalam hal ini, ada gejala yang menyimpang yang hanya menekankan pada aspek kognitif. Sudirman N memberi penjelasan aspek yang ada pada bidang kognitif antara lain:

a.       Pengetahuan

Mengingat materi-materi yang telah dipelajari dari fakta-fakta merupakan teori abstrak dan prestasi belajar terendah.

b.      Pengertian

Kemampuan menangkap arti materi dari menterjemahkan, menginterprestasikan bahan dan peramalan suatu topik lebih tinggi dari pengetahuan.

c.       Aplikasi

Kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi baru dan konkrit, misalnya aturan, metode, konsep hukum dan teori.

d.      Analisis

Kemampuan memecahkan bahan di dalam komponen-komponen, bagian-bagian sehingga struktur organisasi jelas bagi yang menganalisa hubungan dan prinsip organisasinya.

e.       Sintesa

Kemampuan meletakkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan meliputi penghasilan merencanakan tindakan, menyusun suatu hubungan akrab, menggunakan tingkatan kreatif dengan tekanan pada fenomena struktur baru.


f.       Evaluasi

Kemampuan mempertimbangkan nilai dari materi untuk suatu tujuan tertentu. Pertimbangan ini didasarkan pada kriteria yang jelas. Ini merupakan hasil belajar tertinggi.[49]

 

Berkaitan dengan prestasi belajar, di mana hal ini akan tercapai apabila diusahakan semaksimal mungkin, baik melalui latihan maupun pengalaman, untuk mencapai apa yang telah dipelajari. Allah SWT memberikan sinyalemen bahwa menjadi manusia yang baik dan berhasil, sebagaimana firman Allah:

 


 

Artinya: ”...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...”. (Ar-Ra’ad :11)[50]

 

Dari ayat di atas jelaslah bahwa keberhasilan belajar itu bisa diusahakan, atau prestasi belajar yang baik bisa dicapai. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar dengan seefektif mungkin.


2.      Prinsip Belajar

Menurut H. Mustaqim dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”, prinsip-prinsip belajar antara lain:
a.       Belajar akan berhasil jika disertai dengan kemauan dan tujuan tertentu.
b.      Belajar akan berhasil jika disertai berbuat latihan dan ulangan.
c.       Belajar lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan.
d.      Belajar lebih berhasil jikatujuan belajar berhubungan dengan aktifitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.
e.       Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dapat dipahami bukan sekedar dihafal.
f.       Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain
g.      Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar.[51]

Setiap orang diharapkan betul-betul memahami prinsip-prinsip belajar tersebut, agar dalam belajar timbul semangat yang tinggi dan ia akan berhasil dalam belajarnya.


3.      Dasar dan Tujuan Belajar

Dasar adalah “landasan tempat berpijak atau tempat berangkat menuju ke arah tujuan, sedangkan tujuan adalah ”sesuatu yang hendak dicapai”.[52]
Menurut Nur Uhbiyati memberi definisi dasar adalah “fondamen atau landasan yang diletakkan di atasnya sesuatu”. Fondamen atau landasan itu harus kuat, sedangkan tujuan adalah suatu titik tertentu.[53]
Dengan demikian segala aktifitas, usaha dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan haruslah mempunyai dasar dan landasan berpijak yang baik dan kuat Hal ini berarti fondamen atau dasar merupakan suatu sumber kekuatandan keteguhan pada bangunan. Oleh karena itu bagi siswa, pendidikan dasarmerupakan mata rantai pendidikan selanjutnya

a)   Dasar belajar

Untuk memahami dasar manusia menjalankan aktifitas belajar dapat dipandang dari tiga segi yaitu segi filosofis yang berdasarkan hakikat manusia, segi religius yaitu berdasarkan kaidah-kaidah dan dapat dipandang dari segi yuridis(hukum) yang berlaku
1)      Dasar filosofis
Setiap manusia yang normal mempunyai sifat “ingin tahu” yang merupakan potensi yang dibawa sejak lahir. Hal ini merupakan pandangan   kemanusiaan yang menyebutkan bahwa manusia adalah “homo sapien atau animal rational artinya manusia pada hakikatnya merupakan makhluk berfikir atau berakal.[54]
Karena hakikat inilah manusia senantiasa ingin mengetahui dan mempelajari sesuatu yang belim diketahui, keadaan demikian berlangsung terus-menerus dari masa ke masa, sehingga menjadikan manusia dapat berkembang sesuai dengan hakikatnya.
2)      Dasar religius
Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran agama. Masalah belajar atau menuntut ilmu dalam Islam merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim.
Firman Allah SWT berbunyi:





Artinya: “... Mengapa mereka tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya, apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga diri”.[55] (At-Taubah:122)

Dan disebutkan juga dalam surat az-Zumar ayat 9 yang berbunyi:

 

 

Artinya: “...Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”[56]


Dari dasar dua ayat di atas meninjukkan bukti bahwa Islam menuntut agar umatnya berilmu, sedangkan sebagai alat untuk memeperolehnya adalah dengan belajar.
3)      Dasar yuridis
Dasar yuridis ini adalah dasar yang bersumber dari peraturan perundang-undangan. Pancasila adalah sumber segala sumber hukum, oleh karena itu sebagai dasar idiil dalam melakukan kegiatan belajar adalah berdasarkan pancasila.
Kemudian secara konstitusional disebutkan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa “Tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”[57]
Di dalam Undang-Undang RI No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal14 ayat 2 mengenai belajar disebutka bahwa “Warga negara berumur 7 tahun berkewajiban mengikuti pendidikan dasar atau yang setara, sampai tamat”.[58]

b)  Tujuan Belajar

Menurut Nur Ukhbiyati ”tujuan belajar adalah suatu titik tertentu yang akan diraih atau dicapai oleh suatu kegiatan tertentu”.[59]

Az-Zarnuji mengemukakan tujuan belajar sebagai berikut:




Artinya: “Sebaiknya di waktu belajar hendaknya berniat mencari ridho Allah dan kebahagiaan akhirat dan memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh dan mengembangkan agama dan melestarikan Islam, sebab Islam hanya bisa diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak syah jika tanpa dasar”[60]

Berdasarkan beberapa tujuan di atas dapat diuraikan secara ringkas bahwa tujuan belajar sebagai berikut:
1)      Memperoleh pengetahuan agar tidak ketinggalan dalam mengikuti perkembangan zaman
2)      Agar menjadi peserta didik yang mempunyai konsep, terampil jasmani maupun rohani
3)      Terbentuknya sikap perbuatan yang berjiwa akhlakul karimah
4)      Dalam proses belajar mengajar dapat mencapai sasaran yang diinginkan
5)      Untuk mengembangkan dan melestarikan Islam
6)      Kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
 

4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang dimaksud.

a.       Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal).

Menurut M. Uber Usman faktor ini dibagi menjadi dua yaitu:

1)      Faktor jasmaniah (Fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang tidak normal akan membawa kelainan tingkah laku. Baik berfungsinya panca indra merupakan syarat dapatnya belajar berlangsung dengan baik.


2)      Faktor psikologis, yang meliputi faktor intelektual dan non intelektual. Faktor intelektual meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki. Faktor non intelektual yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.[61]

3)      Faktor kematangan fisik maupun psikis [62]

b.   Faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekternal)
Faktor ekternal ini juga terdiri dari dua, yaitu:
1)  Faktor sosial
Mengenai faktor ini M. Ngalim Purwanto, mengelompokkan menjadi:
(a)    Interaksi guru dengan murid, di mana guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara intim menyebabkan proses belajar-mengajar menjadi kurang lancar.
(b)   Cara penyajian, di sini guru dituntut agar pandai-pandai cara mengajarkan pengetahuan kepada anak didik.
(c)    Hubungan antar siswa. Dalam hal ini guru dituntut agar mendekatkan siswa dengan jalan membina kelas supaya dapat hidup gotong-royong diantara murid dalam belajar bersama.
(d)   Alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar.
(e)    Lingkungan dan kesmepatan yang tersedia
(f)    Motivasi sosial. [63]

2)  Faktor non sosial
Menurut Sumadi Suryabrata, kelompok faktor ini tak terbilang jumlahnya, misalnya keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar.[64]
Demikian beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar siswa, oleh karena itu perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut.
 
C. Pengaruh Pemanfaatan Sumber Belajar terhadap Keberhasilan Belajar

 Segala sesuatu yang ada disekitar kita dapat dimafaatkan sebagai sumber belajar. Karena manfaat sumber belajar sangat besar sekali, yaitu memberi banyak informasi dan pengetahuan, maka sumber belajar dapat memberi pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada peserta didik.

Jadi peserta didik diharapkan benar-benar mengetahui manfaat pemanfaat sumber belajar, sehingga siswa mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar secara mandiri atau individual, karena titik berat proses belajar mengajar adalah siswa, atau dengan kata lain proses pemanfaatan sumber belajar akan mempertinggi kegiatan belajar siswa. Dengan demikian maka peranan sumber belajar sangat penting karena menentukan keberhasilan belajar.


Dengan banyak bertanya kepada guru dan berkonsultasi tentang masalah-masalah pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran, siswa akan mendapat jawaban dan masalah-masalah yang dihadapi. Dengan demikian siswa akan memperoleh banyak informasi dari guru, di samping hal itu akan menambah akrab hubungannya dengan guru tersebut.

Demikian juga, dengan membaca dan memahami buku, pengetahuan siswa terutama pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaran akan bertambah. Oleh karena itu membaca buku terutama buku pelajaran diharapkan menjadi kewajiban rutin siswa, karena dengan membaca akan menambah wawasan, ilmu dan pengetahuan.

Di samping membaca buku-buku pelajaran, siswa jangan lupa untuk menjadwal berkunjung dan meminjam buku-buku atau koleksi bahan-bahan perpustakaan, karena perpustakaan merupakan jantung setiap lembaga pendidikan. Dapat dikatakan bahwa buku sebagai sumber ilmu pengetahuan, sedang satu-satunya koleksi buku yang paling lengkap adalah perpustakaan. Dengan demikian, peranan perpustakaan dalam pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai peranan yang sangat penting, karena perpustakaan mencakup berbagai aspek disiplin ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Dengan hanya membaca buku saja, siswa mungkin mengalami verbalisme karena apa yang ia baca belum jelas, karena ini bisa disampaikan melalui penggunaan media. Dengan memakai media, kerumitan bahan yang akan disampaikn kepada anak didik, dapat disederhanakan. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian anak didik lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media.

Jadi setelah memanfaatkan sumber-sumber belajar siswa betul-betul menguasai bahan-bahan pelajaran yang dipelajari. Di sinilah letak peranan pemanfatan sumber-sumber belajar yang mempunyai arti cukup penting dalam menentukan keberhasilan belajar. Siswa yang benar-benar memanfaatkan sumber belajar maka akan mempengaruhi prestasi belajarnya yang berarti prestasi belajarnya akan meningkat, sebaliknya siswa yang tidak memanfaatkan sumber belajar maka prestasi belajarnya akan menurun.








[1] Nana Sudjana dan A.Rifa'i, Teknologi Pengajaran, Sinar Baru, Bandung, 1989, hlm.76
[2] Mudhoffir, Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1992, hlm.13.
[3] Fred Percival dan Henry Ellington, Teknologi Pendidikan, Erlangga, Jakarta, 1988, hlm.125.
[4] Arief S Sadiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, PT Mediyatama, Sarana Perkasa, Jakarta, 1989, hlm. 141.
[5] Ahmad Rohani, Op. cit. 104.
[6] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Op.Cit. hlm. 83.
[7]  Ibid., hlm. 84.
[8] Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi Op. Cit. hlm.155. 
[9] AECT, Definisi Teknologi Pendidikan , Rajawali Press, Jakarta, 1986, hlm. 86.
[10] Ahmad Rohani, Op. Cit. hlm.112.
[11] Arief S sadiman, Op.Cit. hlm.143.
[12] Yusufhadi Miarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan, CV. Rajawali, 1986, hlm. 51
[13] Fred Paricial, Op. Cit., hlm. 125
[14] Arif S. Sadiman, Op. Cit., hlm. 140
[15] Sutari Imam Barnadib,,Op. Cit., hlm. 98
[16] Arif S. Sadiman, Op. Cit., hlm. 151
[17] Yusufhadi Miarso, Op. Cit., hlm. 105
[18] Az_Zarnuji, Ta’limul Muta’alim, Alih bahasa H. Ali As’ad, Menara Kudus, Kudus, t.t., hlm. 31
[19] R. Ibrahim dan Nana Saudih, Perencanaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hlm.34.
[20] B Suryosubroto, Proses Belajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm.156.
[21] Lihat Nana Sudjana, Cara Belajar siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1989.

[22] H. Zahara Idris, Dasar-dasar Pendidikan I, Angkasa Raya, Padang, 1987, hlm. 43. 
[23] The Liang Gie, Cara Belajar Efisien Jilid I, Pusat Belajar Ilmu Berguna, Yogyakarta, 1994, hlm. 58.
[24] Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,1994, hlm.  72. 
[25] J.B. Sykes,  The Concise Oxford Dictionary Current English, Sixth Edition, The Clarendom Press, New York, 1976,  hlm. 929.
[26] The Liang Gie, Op.Cit. hlm. 61.
[27] Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, CV. Toha Putra, Semarang, 1996, hlm. 479.
[28] The Liang Gie, Op.Cit., 60
[29] The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, Jilid II, Liberty, Yogyakarta, 1998, hlm. 42.
[30] Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op Cit.., hlm., 802.
[31] The Liang Gie, Op.Cit. hlm. 41.
[32] Pawit M.Yusuf, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hlm. 85.

[33] Noer Hayati, S., Pengelolaan Perpustakaan, Penerbit Alumni, 1987, hlm. 135.  
[34] P. Sumardji, Pelayanan Perpustakaan, Penerbit Yayasan Kanisus, Yogyakarta, t.th, hlm. 35.  
[35] Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta. Jakarta, 1998, hlm. 136.
[36] Arief. S. Sadiman, Media Pendidikan, Rajawali, Jakarta. 1986, hlm.6.
[37] Mudhofir, Teknologi Instruksional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hlm.81.
[38] M.Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1987, hlm.89.
[39] Nana Sudjana dan A. Riva’i, Media Pengajaran, Sinar Baru Algesindo, Bandung., 2001, hlm.3.

[40] Arief S. Sadiman, Op.Cit., 191.
[41] Arif S. Sadiman, Op. cit., hlm. 191

[42] Ibid, hlm.201.
[43] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 84
[44] Sholeh Abdul Aziz, At-Tarbiyah wa Turuqut Tadriis, Daarul Ma’arif, Mesir, 1979, hlm. 169.
[45] M. Bukhori, Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan, Jammers, Bandung, 1983, hlm.178.
[46] Widodo Supriyono, Media Edisi VII, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang, 1991, hlm. 16.
[47] Sutratinah Tirtonegoro, Op.Cit, hlm. 
[48] M. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hlm. 7.

[49] Sudirman N, Ilmu Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1987 hlm. 55.
[50] Depag, Op.Cit., hlm. 199.
[51] H. Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm. 69
[52] Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, Ramadhani, Solo, 1993, hlm. 15
[53] Nur Uhbiyati, Pengantar Ilmu Pendidikan, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1986, hlm. 1-2
[54] M. Sholeh Nur, Ilmu Pendidikan., IAIN Walisongo, 1988, hlm. 22
[55] Depag RI, Op. Cit., hlm. 164
[56] Ibid, hlm. 367
[57] Undang-Undang Dasar 1945, Apollo, Surabaya,           hlm,  9
[58] Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Aneka Ilmu, Semarang, 1992, hlm. 7
[59] Nur Uhbiyati Op. Cit. hlm.1
[60] Az-Zarnuji, Op. Cit., hlm. 10
[61] M. Uzer usman dan Lilis setiawati, Op.Cit., hlm.10.
[62] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm.131.
[63] M. Ngalim Purwanto, Op. Cit., hlm.102.

[64] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta, 1995, hlm.249 

0 Response to "PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN PERANANNYA TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR"

Post a Comment