ANALISIS METODE PENGAJARAN DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP PEMBENTUKAN KREATIFITAS ANAK DI RA MATHOLI’UL HUDA SOKOPULUHAN PUCAKWANGI

ANALISIS METODE PENGAJARAN DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP PEMBENTUKAN KREATIFITAS ANAK DI RA MATHOLI’UL HUDA SOKOPULUHAN PUCAKWANGI
Warta Madrasah – Sahabat warta madrasah pada kesempatan ini kita akan membahas tentang analisis metode pengajaran dan implementasinya terhadap pembentukan kreatifitas anak di RA Matholi’ul Huda Sokopuluhan Pucakwangi. Berikut selengkapnya
Proses Kegiatan Belajar Mengajar di RA Matholi’ul Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati
1.   Kegiatan Pembukaan
Dalam kegiatan pembukaan guru menggunakan metode antara lain :
a.   Metode pembiasaan dan metode keteladanan
Urutan kegiatan yang dilakukan guru adalah :
-          Berbaris
-          Mengucapkan doa dan salam
-          Mendiskusikan dengan anak-anak tentang tema atau subtema yang akan diberikan, misalnya tentang pekerjaan.
-          Guru memberi penjelasan tentang macam pekerjaan, tugas-tugas pekerjaan dan tempat bekerja.[1]
2.   Kegiatan Inti
Dalam kegiatan ini guru menggunakan metode bermain dan metode pemberian tugas.
Urutan kegiatan yang dilakukan antara lain :
-          Kegiatan yang mengacu pada kemampuan dan sedapat mungkin dikaitkan dengan tema.
-          Dalam kegiatan ini guru membagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama yaitu kegiatan pemberian tugas menggabungkan gambar kendaraan dengan nama kendaraan yang sesuai. Kelompok yang kedua yaitu dengan kegiatan mewarnai. Kelompok ketiga yaitu dengan kegiatan membentuk sebuah kendaraan dengan plastik.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini anak akan mengikuti kegiatan semua kelompok. Misalnya, kelompok satu sudah menjelaskan kegiatannya dan pindah mengikuti kelompok lain.[2]
3.   Kegiatan Istirahat dan Makan
Dalam kegiatan ini anak melakukan makan bersama. Sebelum makan dimulai anak diharapkan cuci tangan dan berdoa. Setelah kegiatan makan selesai anak bisa bermain bebas di dalam ruangan atau di kelas.
4.   Kegiatan Penutup
Kegiatan-kegiatannya sebagai berikut :
-          Menyanyi mengulang lagu lama dengan kemampuan yang diharapkan.
-          Tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan hari itu.
-          Berdoa sebelum pulang.
-          Pulang sambil bersalaman dengan guru.
Setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru mengadakan tanya jawab kepada anak didik. Ternyata yang bisa menjawab pertanyaan guru hanya sebagian yang bisa, kira-kira 90%.
Namun dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang kedua dengan guru yang berbeda-beda dalam pelaksanaan menggunakan metode yang sama seperti hari pertama. Seperti biasa sebelum selesai kegiatan belajar mengajar, guru mengadakan tanya jawab tema yang diajarkan, namun hasilnya berbeda dengan hari pertama. Anak yang bisa menjawab hanya 80% dari semua.
Dilihat dari pelaksanaan kegiatan belajar di RA Matholi’ul Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati di atas bahwa implementasi metode pengajaran yang dilakukan sudah berjalan dengan baik, ini berdasarkan di dalam buku pedoman metodik khusus mengajar di TK. Di dalam buku tersebut menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ada 4 pokok kegiatan yaitu pembukaan dengan waktu kurang lebih 30 menit, inti kurang lebih 60 menit, istirahat kurang lebih 30 menit dan kegiatan penutup kurang lebih 30 menit.
Bila dalam kegiatan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terlepas dari 4 pokok kegiatan, maka kegiatan belajar mengajar di RA Matholi’ul Huda Sokopuluhan Pucakwangi Patimengarah 4 pokok kegiatan dimana kegiatan tersebut sudah tersusun rapi karena sebelum pelaksanaan belajar mengajar sudah menentukan suatu kegiatan harian yang akan dicapai.
Tetapi yang paling penting dalam kegiatan tersebut adalah kegiatan yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.   Kegiatan yang mengacu pada kemampuan
b.   Kegiatan bermain yang memberi kesempatan anak untuk bereksploitasi.
c.    Kegiatan yang dipilih anak untuk dapat memunculkan inisiatif.
d.   Kegiatan yang meningkatkan pengertian dan konsentrasi
e.   Kegiatan yang dapat memantau dan mengembangkan kebiasaan berkerja dengan baik.
Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar di RA Matholi’ul Huda Sokopuluhan Pucakwangi Patiterfokus pada tujuan atau kemampuan yang akan dicapai, tetapi masih ada kekurangan yaitu terhadap penguasaan guru dalam pengelolaan metode yang ada sehingga hasil yang ditentukan masih ada yang kurang.
Jadi kegiatan belajar mengajar bila ingin berhasil tidak lupa kepada suatu 3 faktor yaitu guru, metode dan anak didik. Guru profesional, metode yang digunakan baik, tetapi anak didik tidak aktif, maka hasil yang diperoleh tidak memuaskan. Begitu pula sebaliknya. Sehingga dalam implementasi di RA Matholi’ul Huda Sokopuluhan Pucakwangi Patiterlaksana dengan baik sebagaimana mestinya. Dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan terlepas oleh sebuah metode yang digunakan dalam proses tersebut. Selain itu, guru dituntut untuk berperan aktif dalam proses belajar.
Dengan demikian metode yang efektif dan efisien di RA Matholi’ul Huda Sokopuluhan Pucakwangi Patiadalah metode pembahasan, bermain, dan pemberian tugas.
Dengan kegiatan bermain pula anak belajar mengenal dan mencintai lingkungan sosial. Lingkungan belajar yang baik bersifat informal akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak, juga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

B.   Metode Pengajaran di RA Matholi’ul Huda Sokopuluhan Pucakwangi Patidapat Menumbuhkan Kreatifitas

Telah dijelaskan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang bertumpu pada tujuan. Untuk mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan suatu metode. Dalam memilih metode mengajar harus tepat. Tidak tepatnya pada metode yang digunakan dalam proses pendidikan membawa dampak kegiatan serius bagi tercapainya tujuan pendidikan sebagai standar optimal. Ada beberapa faktor yang harus dijadikan dasar pemilihan metode mengajar diantaranya :
1.    Berpedoman pada Tujuan
Metode mengajar yang guru pilih tidak boleh dipertentangkan dengan tujuan yang telah dirumuskan. Metode mengajar yang dipilih harus mendukung tema kegiatan interaksi, edukatif berproses guna mencapai tujuan.
2.    Perbedaan Individual Anak Didik
Aspek-aspek perbedaan anak didik yang perlu dipegang adalah aspek biologis dan psikologis.
3.    Kemampuan Guru
Kemampuan guru bermacam-macam, disebabkan latar belakang pendidikan dan pengalaman belajar. Seorang guru dengan latar belakang pendidikan keguruan akan lain kemampuannya bila dibandingkan dengan seseorang dengan latar belakang pendidikan bukan keguruan. Kemampuan guru yang berpengalaman tentu lebih berkualitas dibandingkan dengan kemampuan guru yang kurang berpengalaman dalam pendidikan dan pengajaran.
4.    Sifat dan Bahan Pelajaran
Setiap mata pelajaran mempunyai sifat masing-masing. Paling tidak sifat mata pelajaran ini adalah mudah, sedang dan sukar. Ketiga sifat ini tidak bisa diabaikan begitu saja dalam mempertimbangkan pemilihan metode mengajar. Untuk metode tertentu barangkali cocok untuk mata pelajaran tertentu, tetapi belum tentu pas untuk mata pelajaran lain. 

5.    Situasi Kelas
Situasi kelas adalah sisi lain yang patut diperhatikan dan dipertimbangkan guru ketika akan melakukan pilihan terhadap metode mengajar. Guru yang berpengalaman tahu benar bahwa kelas dari hari ke hari dan dari waktu ke waktu selalu berubah sesuai dengan kondisi psikologis anak didik.
Ketika berusaha membagi anak didik ke dalam beberapa kelompok, guru akan menciptakan situasi kelas kepada situasi yang harus dipilih sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai.
6.    Kelengkapan Fasilitas
Penggunaan metode perlu didiukung fasilitas. Ada metode mengajar tertentu tidak dapat digunakan karena ketidakadaan fasilitas di suatu kelas. Sekolah yang maju biasanya mempunyai fasilitas yang lengkap sehingga membantu guru dalam melaksanakan pengajaran dalam kelas.
7.    Kelebihan dan Kelemahan Metode
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dua sisi ini perlu diperhatikan guru. Metode yang tepat untuk pengajaran tergantung dari kecermatan guru dalam memilih metode. Pemilihan yang terbaik adalah mencari titik kelemahan suatu metode kemudian dicari metode yang dapat menutupi kelemahan tersebut.[3]
Di RA Matholi’ul Huda Sokopuluhan Pucakwangi Patiguru sangat memperhatikan akan penggunaan metode yang digunakan. Berdasarkan pengamatan, pemilihan metode sering dipengaruhi bahan pelajaran, situasi kelas dan kelengkapan fasilitas.[4]
Dalam menghadapi sifat bahan pelajaran yang telah sukar, guru berusaha untuk membuat mudah dan berusaha untuk melaksanakan KBM.
Di RA Matholi’ul Huda, situasi kelas setiap harinya sangat berbeda. Kadang anak dapat tenang, kadang anak tidak bisa diam. Seperti sewaktu guru memberikan metode bermain, anak sangat ribut sehingga guru berusaha mengajak bercakap-cakap atau tanya jawab.[5]
Sedangkan untuk kelengkapan fasilitas yang kurang mencukupi guru dapat mengganti dengan fasilitas yang ada. Dengan berpedoman faktor-faktor di atas, guru sebagai pengajar dapat menyediakan suatu aktifitas belajar mengajar yang efektif. Menurut Rob Norris, mengajar efektif tergantung pada :
1)    Kepribadian guru dan metode yang dipilih
2)    Kompetensi yang relevan
3)    Pola dan tingkah laku.[6]
Dalam membangun dan menumbuhkan kreatifitas, guru harus menggunakan metode-metode yang tepat. Berdasarkan wawancara dengan guru RA Matholi’ul Huda Sokopuluhan Pucakwangi Patimetode yang dapat digunakan dalam mengembangkan kreatifitas antara lain :
1)    Pemberian tugas
2)    Demonstrasi
3)    Tanya jawab
4)    Eksperimen
5)    Bermain
6)    Bercerita
7)    Pembiasaan dan keteladanan.[7]
Dalam menggunakan metode tersebut di atas, guru dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa metode yang sesuai dengan kemampuan, fasilitas, bahan pengembangan dan lingkungan.
Bila guru TK menggunakan metode bermain, guru selalu menyediakan bahan dan alat-alat yang diperlukan sesuai dengan tujuan pengembangan meliputi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa soccial dan emosi. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan Ibu Nur Handayani sekalu kepala sekolah dan guru, bahan dan alat yang dipilih RA Matholi’ul Huda Sokopuluhan Pucakwangi Patiadalah sebagai berikut :
1)    Benda seni : cat, spidol, krayon, gunting, stempel.
2)    Benda konstruktif : balok-balok, puzzle, plasitin
3)    Dan alat bermain bebas di luar kelas serta masih banyak alat yang lain.[8]
Melalui alat-alat bermain yang disediakan, anak akan menunjukkan kreatifitas sesuai ide masing-masing anak dengan berusaha sebaik-baiknya.
Sedangkan ketika guru menggunakan metode pemberian tugas, guru selalu memakai tema-tema sebagai arah pemberian tugas. Setelah itu akan memperoleh pengalaman-pengalaman belajar. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak akan membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak baik di dalam maupun di luar proses belajar mengajar.
Sedangkan ketika guru menggunakan metode pembiasaan dan keteladanan. Dalam pembentukan perilaku, yang dilaksanakan melalui pembiasaan dan keteladanan, bertujuan untuk mempersiapkan anak sedini mungkin untuk mengembangkan sikap dan perilaku sesuai dengan nilai, moral dan agama. Dengan pembiasaan, segala hal yang diajarkan akan membekas pada jiwa mereka dan akan terlihat pengaruhnya seiring dengan bertambahnya usia. Dalam sebuah studi dikaitkan bahwa sikap dan perilaku yang terbentuk sejak dini sifatnya menetap dan hanya mengalami perubahan yang relatif sedikit.[9]
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa perilaku kreatifitas anak anak terwujud bila dirangsang oleh guru melalui metode bermain adalah mengembangkan intelegensi dan tujuan metode pemberian tugas adalah anak dapat mengkomunikasikan isi tugas tersebut melalui perbuatan, sehingga melalui bermain dan tema-tema di dalam pemberian tugas akan memungkinkan anak untuk berfikir dan berbuat sebebas-bebasnya. Metode keteladanan dan pembiasaan bertujuan untuk mempersiapkan anak sedini mungkin untuk mengembangkan sikap perilaku sesuai dengan nilai moral agama sehingga segala yang diajarkan akan membekas pada jiwa mereka.

Metode Pembiasaan, Metode Bermain dan Metode Pemberian Tugas dapat Menumbuhkan Kreatifitas Anak di RA Matholi’ul Huda
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode memiliki arti penting dan patut untuk dipertimbangkan dalam rangka pengajaran. Tanpa menggunakan metode, kegiatan interaksi dan edukatif tidak adakan berproses.
Bedasarkan observasi, guru TK dalam menggunakan metode bermain, metode pembiasaan dan metode pemberian tugas guru cukup kreatif. Pertama, guru menyediakan fasilitas dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan yang akan dilakukan. Kedua, guru memonitor situasi kelas dan mengarahkan anak-anak. Ketiga, guru memberikan waktu dan kebebasan kepada anak untuk memberikan hasil kerja dan keinginan serta pendapat mereka.
Selain perilaku guru dalam menggunakan metode pembiasaan, metode bermain dan metode pemberian tugas dalam mengembangkan kreatifitas menumbuhkan orisinilitas. Untuk itu guru tidak pernah memaksakan dan membatasi minat anak.
RA Matholi’ul Huda, guru selalu memberi hadiah berupa angka nominal 100 atau shohih ketika anak selesai mengerjakan tugas.[10] Menurut Prof. Dr Utami Munandar dapat menumbuhkan kreatifitas, akan tetapi dalam hal ini guru tidak bermaksud mematikan kreatifitas melalui hadiah/persaingan karena guru memberikan hadiah semacam itu netral yaitu guru memberikan pada semua siswa dan mempunyai tujuan motivasi anak agar mau belajar.
Karena dalam mengembangkan kreatifitas anak, guru tidak dapat memaksa kehendak, maka akan dituntut lancar, fleksibel dan orisinil. Legion mengatakan bahwa anak-anak antara 4 sampai 6 tahun memiliki imajinasi yang baik. Sepanjang periode ini anak-anak mempelajari kemahiran-kemahiran perancangan untuk pertama kalinya. Dia mulai menikmati kemahiran-kemahiran terlebih dahulu tentang permainan dan pekerjaan. Ia belajar peranan-peranan, pura-pura, kepercayaan diri dapat dikembangkan melalui seni, kreatif, pengalaman-pengalaman baru dan permainan kata-kata. Kesungguhan harus diberi ganjaran, puji-pujian harus diberikan bila anak-anak menggunakan imajinasinya, mengurus diri sendiri atau bermain sendiri.[11]
Anak didik di RA Matholi’ul Huda Sokopuluhan Pucakwangi Patitermasuk anak yang cukup kreatif. Berdasarkan observasi, mereka mempunyai rasa ingin tahu yang luas yaitu merea selalu menanyakan sesuatu yang dilihat atau dibawa guru.[12] Dalam pembelajaran kadang anak menimbulkan permasalahan dengan jalan mengutarakan pengalaman-pengalaman yang tidak diminati guru, bila ditanya guru atau orang tau mereka menjawab apa adanya / orisinil dan mereka berusaha menyelesaikan kegiatan yang diberikan guru.
Adapun implementasi metode bermain dan pemberian tugas dan metode pembiasaan dalam implementasi menumbuhkan kreatifitas adalah sebagai berikut :

Metode Bermain

Alat Bermain
Jenis Aktifitas
-    Bermain anak-anak
-    Peralatan kertas, benda seni
-    Meronce dan merjan
-    Menciptakan sesuatu dengan menggunting
-    Menggambar dengan bebas dengan menggunakan pensil berwarna, krayon dan lain-lain
-    Benda konstruktif (balok, puzzle, plasitin, lidi, dan barang lain)
-    Membentuk tanak liat/plasitin
-    Menciptakan bermacam-macam bangunan
-    Mengecap, melukis
-    Menciptakan kreasi dengan stempel
-    Kegiatan kesenian
-    Bergerak bebas dengan irama
-    Menari
-    Rebana
-    Menggerakkan kepala/tangan/kaki seuai dengan irama musik

Metode Pemberian Tugas

Tema
Kreatifitas
-    Kesustraan
-    Melanjutkan cerita / sajak yang sudah dimulai guru.
-    Melengkapi kalimat sederhana yang sudah dimulai guru
-    Pengetahuan alam
-    Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman yang membunyai warna, bentuk atau menurut ciri-ciri tertentu.
-    Tema keluarga
-    Meronceng merjan
-    Tema menggambar
-    Bercerita tentang gambar yang dibuat sendiri
-    Menggambar bebas
-    Tema binatang
-    Menciptakan kreasi dengan stempel

Metode Pembiasaan

Tema
Jenis Aktifitas
-    Berdoa
-    Berdoa memulai kegiatan
-    Berdoa sebelum dan sesudah makan
-    Berdoa selesai kegaiatan
-    Salam
-    Pembiasaan
-    Berbaris
-    Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
Dalam menggunakan tema-tema, guru dituntut kreatif sehingga guru tidak mengalami kesulita dalam mengembangkan daya cipta. Berdasarkan wawancara dengan guru TK menyatakan tema apapun dapat dikembangkan dalam mengembangkan daya cipta.[13]
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui apapun kegiatan anak baik dalam bermain atau diberi tugas anak selalu mengerjakan dengan penuh ide dan kreatifitas anak masin-masing. Dan juga dapat diketahui metode mengajar guru akan sia-sia karena menimbulkan dampak kepada anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun hasil edukatif yang dapat dicapai anak secara langsung adalah penetahuan dan keterampilan. Sedangkan dampak tidak langsung (pengiring) akan berkenaan dengan affective domain (sikap dan nilai) merupakan hasil dimana anak dapat meniru dan terambisi pengetahuan, keterampilan dan sikap dari kondisi belajar.





[1] Hasil Pengamatan pada tanggal 18 September 2006
[2] Ibid, tanggal 28 September 2006
[3] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 191-193
[4] Hasil Wawancara dengan Kepala RA Matholi’ul Huda, Jekulo Kudus, pada tanggal 25 September 2006
[5] Hasil Observasi, pada tanggal 18-21 September 2006
[6] Drs. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 1947, hal. 14
[7] Hasil Wawancara di RA Matholi’ul Huda, pada tanggal 25 September 2006
[8] Hasil Pengamatan di RA Matholi’ul Huda, tanggal 18-21 September 2006
[9] Elizabet B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jakarta, 1995, hal. 261
[10] Hasil Wawancara, pada tanggal 25 September 2006
[11] Prof. Dr. Haaasan Langgulung, Kreatifitas dan Pendidikan Islam, Radar Jaya Offset, Yogyakarta, 1991, hal. 335
[12] Hasil Pengamatan, pada tanggal 18-21 September 2006
[13] Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah, tanggal 25 September 2006 

0 Response to "ANALISIS METODE PENGAJARAN DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP PEMBENTUKAN KREATIFITAS ANAK DI RA MATHOLI’UL HUDA SOKOPULUHAN PUCAKWANGI"

Post a Comment