Pengertian Strategi Pembelajaran Gasing

Pengertian Strategi Pembelajaran GasingPengertian Strategi Pembelajaran Gasing

Warta Madrasah – sahabat warta madrasah pada kesempatan ini kita akan mengupas  tuntas mengenai Pengertian Strategi Pembelajaran Gasing. Gasing merupakan akronim dari gampang, asyik dan menyenangkan. Fisika Gasing adalah suatu metode pembelajaran  fisika yang diciptakan dan dikembangkan pada tahun 1996 oleh Prof. Yohanes Surya Ph.D, agar fisika dapat dipelajari dan diajarkan secara gampang, asyik dan menyenangkan. Strategi pembelajaran Gasing merupakan terobosan reformasi dalam pembelajaran fisika. Strategi pembelajaran Gasing mengajarkan bagaimana berfikir seperti seorang fisikawan dalam menyelesaikan soal-soal fisika dengan pendekatan logika dan hampir tanpa rumus, karena strategi pembelajaran Gasing  ini menggunakan metode logika biasa berdasarkan konsep dasar fisika dan kemampuan hitung dasar matematika yang meliputi tambah, kurang, bagi, dan kali, siswa dapat mengerjakan soal dengan cepat dan
benar.10 Jadi, strategi pembelajaran           Gasing  melatih    bagaimana
mengungkapkan atau memecahkan berbagai persoalan fisika dengan logika kata-kata, sementara rumus bisa menyesuaikan setelahnya.

Strategi pembelajaran Gasing dikembangkan dan diprakarsai oleh Prof.  Yohanes  Surya,  Ph.D,  ilmuan  fisika  yang  lahir  di  Jakarta,  





November 1963 dan saat ini menjabat sebagai ketua TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia), guru besar di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dan juga sebagai rektor UMN (Universitas Multimedia Nusantara). Menurut Prof. Yohanes Surya, jika siswa diharuskan menghafal rumus untuk belajar fisika justru akan membuat siswa semakin membenci pelajaran fisika. Oleh karena itu idealnya harus dimulai dari mengerti konsep, membangun logika, setelah itu baru menuangkannya dalam bentuk rumus. Dengan adanya pembelajaran Gasing peserta didik diharapkan lebih menyukai pelajaran fisika dan tidak lagi menganggap bahwa fisika adalah pelajaran  yang  sulit,  membosankan,  dan  hanya  bisa  dikuasai   oleh
orang-orang yang memiliki IQ tinggi.11
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya, untuk membuat fisika itu gampang, asyik dan menyenangkan (Gasing) beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1)                Hindari matematika yang sulit, kalau perlu cari alternatif solusi yang menggunakan matematika lebih sederhana.
2)                Manfaatkan pengertian konsep fisika yang benar dan lebih menekankan pada logika dibandingkan dengan menggunakan rumus-rumus turunan.
3)                Gunakan angka-angka yang mudah dan bulat seperti 1, 2, atau 10 ketika sedang mengajarkan konsep melalui berbagai contoh soal. Hindari angka-angka koma atau pecahan agar konsentrasi siswa tidak disimpangkan dari solusi fisika ke solusi matematika.
4)                Perbanyak dialog langsung dengan siswa terutama tentang konsep- konsep fisika yang baru diajarkan. Meminta siswa mengeluarkan pendapatnya untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan konsep yang diberikan.



11www.ypk.or.id/in/berita-a-artikel/artikel/168-metode-fisika-gasing-htm,        Diakses          pada tanggal 18 Desember 2010 jam 13.30.




5)                Perbanyak eksperimen dan demonstrasi fisika sehingga setiap  siswa menikmati asyiknya fisika dan siswa bisa merasakan bahwa fisika itu sungguh menyenangkan.
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran Gasing dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
1)                Tahap pertama: Dialog Sederhana
Dialog merupakan bentuk komunikasi dua arah, dalam hal  ini yang terlibat adalah guru dan siswa. Menurut teori belajar connectionism atau bond hypothesis yang dikemukakan oleh Thorndike, belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara S (stimulus) dan R (respon) sehingga antara S dan R terjadi suatu hubungan (bond) yang bertambah erat bila sering dilatih. Berkat latihan hubungan antara S dan R harus memberikan ”satisfaction” atau kepuasan. Rasa kepuasan merupakan reinforcement atau penguat. Tentang hubungan S dan R, Thorndike menemukan bermacam-macam hukum atau laws. Beberapa di antaranya adalah:
a)       Law of effect
Hubungan S dan R bertambah erat kalau disertai oleh perasaan senang atau puas, akan tetapi menjadi lemah atau lenyap kalau disertai oleh rasa tidak senang. Rasa senang menyebabkan sekresi hormon pada sinapsis, sehingga hubungan menjadi lancar. Karena itu memuji dan  membesarkan hati siswa (rasa senang) lebih baik dalam pengajaran daripada menghukum atau mencelanya (rasa tidak senang).
b)       Law of exercise atau law of use and law of disuse (hukum latihan atau hukum penggunaan dan penidakgunaan)
Hubungan S dan R bertambah erat kalau sering dilatih (exercise) atau digunakan (use) dan akan berkurang erat   kalau




lenyap atau tidak pernah digunakan (disuse). Karena itu perlu diadakan banyak latihan dan pembiasaan.
c)        Law of multiple response (hukum respon berganda)
Dalam situasi yang problematis di mana tidak segera tampak respons yang tepat, individu mengadakan bermacam- macam percobaan yang mula-mula tidak berhasil, akan tetapi akhirnya mungkin memberi jawaban yang tepat. Prosedur ini disebut “trial-and-error”, mencoba-coba sambil berbuat kekeliruan.
d)       Law of assimilation atau law of analogy (hukum asimilasi atau hukum analogi)
Seorang dapat menyesuaikan diri atau memberi respon yang sesuai dengan situasi baru yang sedikit berlainan dengan yang sudah-sudah namun mengandung unsur-unsur yang bersamaan (identical element).
Dari keempat hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara S (stimulus) dan R (respon) sangat berperan penting dan saling berkaitan dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.
2)                Tahap kedua: Berimajinasi atau berfantasi.
Sebenarnya imajinasi atau fantasi dalam proses pendidikan penting untuk dimiliki peserta didik, tapi aspek ini banyak diabaikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Imajinasi penting karena dengan imajinasi siswa akan bisa melahirkan  sebuah konsep, kreativitas, inovasi dan perilaku yang aktual dalam kehidupannya. Dengan kata lain, imajinasi lebih utama daripada pengetahuan.
3)                Tahap ketiga: Menyajikan contoh-contoh soal secara relevan.
Latihan atau training, merupakan suatu cara mengajar  yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Cara ini dapat   juga   digunakan   untuk   memperoleh   suatu  ketangkasan,




ketepatan, kesempatan, dan keterampilan peserta didik dengan tujuan untuk memperkuat penguasaan matematika peserta didik. Dalam latihan ini, peserta didik hanya berlatih dengan menggunakan logika matematika yang sederhana yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
4)                Tahap keempat: Menyajikan materi secara mendalam.
Dengan memberikan makna fisis terhadap setiap besaran- besaran fisika, diharapkan peserta didik mengetahui fenomena- fenomena apa saja yang dialami oleh setiap objek dalam butir soal.
5)                Tahap kelima: Memberikan variasi soal.
Tugas atau resitasi, merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu berupa variasi soal agar peserta didik melakukan kegiatan belajar, kemudian  harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas dapat merangsang peserta didik untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok.
Kelima tahapan yang dilakukan dalam strategi pembelajaran Gasing ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tahap-Tahap
Aktivitas Guru
Tahap 1 Dialog sederhana
Guru memulai pembelajaran dengan berdialog secara sederhana dengan siswa seputar materi yang akan dipelajari. Dari dialog ini diharapkan siswa dapat memberikan pendapatnya, sehingga timbul hubungan yang erat antara S dan R.
Tahap 2 Berimajinasi atau Berfantasi
Guru membantu siswa untuk berimajinasi mengenai kejadian-kejadian yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.







Tahap 3 Menyajikan contoh- contoh soal secara relevan
Guru memberikan latihan berupa soal- soal sederhana yang hanya menggunakan formulasi                     matematika                     berupa penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Hal ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan matematika siswa.
Tahap 4 Menyajikan materi secara mendalam
Guru memberikan makna fisis setelah siswa dirasa mampu mengerjakan semua soal-soal sederhana tadi.
Tahap 5 Memberikan variasi soal
Guru kembali memberikan soal namun yang lebih bervariasi, soal tersebut dapat berupa soal cerita.

Sebagaimana diketahui bahwa tidak ada satupun strategi pembelajaran yang benar-benar sempurna, pasti terdapat kelebihan dan kekurangan. Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran Gasing yaitu:12
Kelebihan
Kekurangan
Membuat fisika menjadi lebih gampang, asyik dan menyenangkan karena dalam mengerjakan soal-soal fisika tidak harus menghafalkan rumus fisika.
Pada saat ulangan berupa soal esai, jika siswa tidak menyertakan penghitungan dengan rumus, meski hasil jawabannya benar  akan tetap dinyatakan salah.
Waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien, karena apabila menggunakan   rumus  konvensional,
Secara umum strategi pembelajaran Gasing belum bisa       diterapkan      untuk

12 http://fisikasma-online.blogspot.com/2011/03/metode-pembelajaran-gasing.html, Diakses pada hari Senin, tanggal 08-08-2011, jam 11.30.




soal-soal fisika  umumnya baru dapat
menyelesaikan    soal-soal
diselesaikan oleh siswa dalam  waktu
fisika  di  perguruan   tinggi,
yang  cukup  lama.  Tapi  dengan
karena                        umumnya
strategi pembelajaran Gasing, peserta
mahasiswa dituntut untuk
didik  dapat  menyelesaikan soal-soal
bisa   menurunkan  berbagai
dalam waktu relatif lebih cepat.
rumus.


          Demikian kajian kita tentang Pengertian Strategi Pembelajaran Gasing Semoga Bermanfaat

0 Response to "Pengertian Strategi Pembelajaran Gasing"

Post a Comment