ANALISIS APLIKASI METODE KISAH TERHADAP PENDIDIKAN BAGI ANAK DALAM ISLAM

ANALISIS APLIKASI METODE KISAH TERHADAP PENDIDIKAN BAGI ANAK DALAM ISLAM
Metode kisah merupakan salah satu metode pendidikan Islam yang diharapkan dapat mempengaruhi anak terutama dalam penyucian, pengukuhan dan pembersihan jiwa yang merupakan tujuan utama dari pendidikan Islam. Yakni mendidik akhlak dan jiwa mereka, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas dan jujur.[1]
Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan diperlukan alat, diantara : metode, dalam mendidik anak diperlukan suatu metode pendidikan tentunya guru dalam menggunakan metode harus benar-benar mempertimbangkan berbagai hal sehingga tujuan pendidikan Islam dapat terwujud dengan baik, ada beberapa metode pendidikan anak dalam Islam yang dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencapai pendidikan Islam, diantara yaitu pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan adat, pendidikan dengan kebiasaan, pendidikan dengan nasehat, pendidikan dengan memberi perhatian, pendidikan dengan memberi hukuman dan juga ganjaran, metode kisah atau cerita, metode pembiasaan dan memanfaatkan momen yang tepat untuk mendidik.
Selain itu juga metode kisah sebagai salah satu metode pilihan yang digunakan dalam proses pendidikan anak dalam Islam dengan harapan dapat untuk meyampaikan materi sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak. Sehingga dapat dicapai suatu tujuan yang dikehendaki yaitu :
Metode kisah menyentuh aspek kognitif. Dengan mendengarkan kisah anak menjadi faham isi kisah yang disampaikan, anak merasa senang sekaligus dapat menyerap nilai-nilai pendidikan, tanpa merasa dijejali. Cara seperti ini telah dicontohkan oleh Rosulullah Saw sejak dulu. Beliau sering sekali bercerita tentang kisah kaum-kaum terdahulu agar dapat diambil hikmah dan pelajarannya.[2]
Metode kisah menyentuh aspek afektif. Dengan mendengarkan kisah anak akan terbawa dalam kisah tersebut anak akan mengikuti terus kejadian-kejadian itu dari satu situasi kesatu dialog satu konsep kesatu perasaan dengan demikian bangkitlah sentimennya bergeraklah emosinya seolah ia merupakan bagian dari cerita itu, yang sebenarnya bukan sama sekali dan kendati pun cerita irtu telah selesai tetapi pengaruhnya tetap hidup bersama perasaanya.[3]
Metode kisah menyentuh aspek psikomotorik. Dengan mendengarkan kisah anak bisa meniru figur yang baik yang berguna bagi kemaslahatan umat, dan membenci terhadap seseorang yang dholim jadi dengan memberikan stimulasi pada anak didik dengan cerita itu, secara otomatis mendorong anak didik untuk berbuat kebajikan dan dapat membentuk akhlak mulia.[4]
Dengan demikian metode kisah mempuyai keunggulan bila dibandingkan dengan metode lain sebab metode kisah dapat menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, juga mengajak anak untuk berperilaku sesuai apa yang dikisahkan tersebut. Yakni meniru perilaku baik dari pelaku yang dikisahkan dengan cara memahami dan menghayatinya, kenudian mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dengan terealisasinya tujuan tersebut, maka masyarakat akan berperilaku luhur dan menjauhkan segala kemungkaran serta perbuatan keji.
Dalam ilmu pendidikan Islam metode kisah dibagi menjadi dua yaitu: metode kisah qur’ani dan metode kisah nabawi.  
Menurut Ahmad Tafsir, meskipun banyak jenis kisah yang dipaparkan  dalam Al-Qur'an ialah mengklasifikasikan dalam Al-Qur'an dibagi menjadi dua, yaitu : Kisah Qur’ani dan kisah Nabawi.[5]
1. Kisah Qur’ani yaitu kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an ditampilkan seluruh tokoh secara wajar dan objektif, tanpa dicampuri sikap keji dan dosa, seperti yang dilakukan oleh para penulis cerita. Kisah Qur’ani tidaklah menjauhkan diri dari tabiat manusia, tidak pula melayang-layang di alam malakut saja (khayal) karena kisah itu disajikan sebagai terapi bagi manusia.
2.  Kisah Nabawi, kisah ini tidak berbeda dengan kisah Qur’ani, akan tetapi kisah Nabawi lebih banyak berbicara tentang aspek tertentu dari kehidupan susila. [6] Sebagaimana contoh sebagai berikut :
a.    Pentingnya ikhlas beramal saleh karena Allah. Dan bertawasul melalui amal saleh kepada Allah agar melapangkan berbagai kemelut. 
b.    Menganjurkan supaya bersedekah dan mensyukuri nikmat Allah.
c.    Kisah riwayat Nabawi, dalam hal ini terdapat perbedaan antara ketiga bentuk kisah historis Rasul.
1)  Sebagian kisah-kisah riwayat Nabawi merupakan pelengkap, penjelas dan penjabar apa yang terdapat dalam Al-Qur’an.
2) Sebagian kisah itu tidak seluruhnya mengatakan Rasulullah Saw, akan tetapi menyangkut aneka peristiwa yang menonjol dari kehidupan sebagian para sahabat pada masa Rasulullah yang sangat agung dan ada kalanya peristiwa itu dicatat dalam Al-Qur’an sebagai contoh.
3) Peristiwa bersejarah dan peperangan Rasulullah Saw adalah kisah yang berkesinambungan dan berkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. [7]
Dalam pendidikan Islam terutama pendidikan agama Islam (sebagaimana satu bidang studi), kisah sebagai suatu pendidikan amat penting, hal ini dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau pengedarnya untuk mengikuti peristiwanya dan merenungkan maknanya. Selanjutnya makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengar tersebut.
2. Kisah qur’ani dan nabawi  dapa menyentuh hati manusia, karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh. Karena tokoh cerita ditampilkan dalam kontek yang menyeluruh, membaca atau mendengar dapat ikut menghayati atau merasakan isi kish itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya. Kisah itu sekalipun menyeluruh terasa wajar tidak menjijikkan mendengar atau membaca. Seperti kisah yusuf merupakan salah satu keistimeaan kisah qur’ani, tidak sama dengan kisah-kisah yang ditulis oleh orang di zaman sekarang yang isinya banyak mengotori hati pembacanya.
3. Kisah qur’ani mendidik perasaan keimanan dengan cara:
a. Membangkitkan berbagai perasaan seperti khauf, rida dan cinta.
b. Mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah.
c. Melibatkan pembaca atau pendengar ke dalam kisah tersebut, sehingga ia terlibat secara emosional.
Kisah Qur’ani bukanlah hanya semata kisah atau semata-mata karya seni yang indah, ia juga suatu cara Tuhan dalam mndidik umat agar beriman kepada-Nya. Adapun konsep metode kisah dalam Al-Qur'an adalah.
a. Mengungkapkan kemantapan wahyu dan risalah, mewujudkan rasa mantap dalam menerima Qur’an dan Rosul sebagai utusan-Nya. Kisah kisah itu menjadi bukti atas kebenaran wahyu dan kebenaran Rasul Saw.
b. Menjelaskan bahwa secara keseluruhan ad-din (agama) itu datangnya dari Allah.
c. Menjelaskan bahwa Allah menolong dan mencintai Rasul-Nya, menjelaskan bahwa kaum mukmin adalah umat yang satu dan Allah adalah Raab mereka.
d. Kisah-kisah itu bertujuan menguatkan keimanan kaum mukminin, menghibur mereka dari kesedihan atas musibah yang menimpa.
e. Mengingatkan bahwa musuh orang mukmin adalah setan, menunjukkan permusuhan abadoi yang lewat kisah akan tamak lebih hidup dan jelas. 
Berdasarkan penjelasan di atas, sesungguhnya metode kisah dalam Al-Qur’an mempunyai kedudukan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam khususnya bagi anak : supaya anak tidak menyekutukan Allah swt, supaya anak bersyukur kepada Allah, supaya anak menpunyai keteguhan iman yang kuat, supaya anak mempuyai jiwa sosial yang tinggi.
Metode kisah efektif deterapkan didalam pendidikan Islam karena dengan mendengarkan kisah yang mengandung hikmah dapa menarik perhatian anak dan merangsang otaknya agar bekerja dengan baik selain itu anak merasa senang sekaligus dapat menyerap nilai-nilai pendidikan tanpa merasa dijejali. Selain itu kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau pendengarnya untuk mengikuti peristiwanya merenungkan maknanya selanjutnya makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pendengar atau pembaca tersebut. 
       

A.   Penerapan Metode Kisah Terhadap Pendidikan Bagi Anak dalam Islam

Sebagai langkah praktis dalam proses pembelajaran, ada  bebrapa tahapan yang seharusnya dilakukan guru di dalam berkisah atau bercerita yang dilakukan dengan cara bertatap muka dihadapan anak-anak. Adapun urutan yang dapat disampaikan sebelum dan sesudahnya menyampaikan materi atau salam kepada anak adalah sebagai berikut :
Pertama : memberikan pengantar pengajaran. Sebelum guru berkisah, perlu menyusun rencana fokus yang maksudnya untuk menarik perhatian anak-anak agar menyimak bahan kisahan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengenalkan tokoh-tokoh. Namun yang terpenting yaitu melakukan dialog dengan pertanyaan dan lebih baik apabila ada media audio visual, seperti film, gambar-gambar, slide dan sejenisnya. Contoh: Apakah anak-anak pernah mendengar kisah Luqman. Apakah anak-anak pernah mengenal tokoh ini. Apakah anak-anak membaca surat Luqman.
Kedua : menyajikan bahan pengajaran. Kisah yang disajikan oleh guru harus dipilih secara matang berdasarkan pada bahan pelajaran. Kisah tersebut dapat berbentuk episode atau secara kronologis dari mulai awal sampai akhir dari sebuah kisah. Yang penting nantinya dalam penerapan kisah tersebut benar-benar dapat menyentuh kebutuhan kognitif, afektif dan psikomotorik anak. Untuk menciptakan komunikasi, cara-cara pengajaran kisah dapat diurut seperti menyuruh anak membaca teks kisah atau membaca ayat-ayat Al-Qur'an, kemudian guru menjelaskan isi kisah dari ayat dibaca dan guru mendialogkannya dengan anak-anak. Contoh : menyuruh anak si A untuk membaca surat Luqman dan setelah itu guru menjelaskan isi surat Luqman tersebut.
Ketiga : menutup acara berkisah. Dalam menutup acara berkisah, guru senantiasa menyampaikan pujian dan terima kasih kepada anak-anak dan menghendaki untuk berkisah pada waktu lain yang ditentukan. Apabila hubungan berkisah tersebut ada hubungannya dengan pemberian penilaian, maka untuk mengukur tingkat pemahaman anak ajukanlah beberapa pertanyaan terhadap bahan kisah yang telah disajikan tersebut. Contoh : Guru memberi pujian kepada anak-anak yang telah mendengarkan kisah Luqman, dan guru akan melanjutkan cerita pada hari yang akan datang. ketika guru berkisah tentang Luqman, maka guru memberikan pertanyaan kepada anak-anak, siapakah yang mempunyai nama sama dengan Luqman ? Siapakah yang mempunyai saudara, kakak, adik yang namanya seperti Luqman ? Apa wasiat Luqman kepada kita ketika kita mendapat kenikmatan ?  
Dalam penerapan metode kisah terhadap pendidikan bagi anak meliputi sebagai berikut :
Untuk menerapkan metode ini, diharapkan pendidik mengetahui tingkat perkembangan anak, yang dalam hal ini dapat diketahui melalui tingkat usia. Adapun masa perkembangan itu adalah :
a.    Masa 0-3 tahun, sejak usia ini pengetahuan anak tentang Tuhan baru diperoleh dari orang tua dan dalam masa ini merupakan awal pengenalan pendidikan kepada anak, hendaknya orang tua memberikan contoh sepert perilaku Nabi Muhammad Saw. Berdo’a sebelum makan dan menggunakan tangan kanan. 
b.    Masa 3-5 tahun, pada usia ini konsep anak tentang Tuhan mulai diperoleh dari kisah-kisah atau pengalaman, karena dalam masa ini anak ingin mengetahui segala sesuatu yang dilihatnya. Kisah yang sangat berperan tersebut harus dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk memupuk keimanan pada diri anak. Seperti membiasakan menyebut nama Allah (Asmaul husna), sifat-sifat Allah dan atau menteladani kepribadian para Nabi misalnya kisah Nabi Ayub As. yang sabar dalam menghadapi musibah atau cobaan.    
c.    Masa 6-12 tahun, pada masa ini anak mulai berkembang inteligensinya secara pesat; anak ingin mengetahui segala sesuatu dan berfikir secara logis. Pada usia ini kisah yang diterima kepada anak terfokus pada perkembangan inteligensi, sebab pada masa ini inteligensi berkembang secara pesat dan tidak menentu. Oleh karenanya anak diajak untuk menghayati dan memahahi peran Nabi sebagai pemimpin umat. Agar pemahaman kognitifnya berperan. Yakni mampu berfikir untuk membangun masyarakat lewat kisah-kisah Nabi misalnya dengan  mengambil hikmah dari peran Nabi Yusuf As. dalam membangun perekonomian umat.   
d.    Masa 13-19 tahun, pada masa ini merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat sehingga membuat anak bingung dalam mengambil sikap dan dalam masa ini anak memerlukan perhatian lebih. Pada masa pertumbuhan anak sangat membutuhkan cerita yang terarah sebab orang tua diharapkan selalu berada di sisinya pada saat ia mempunyai banyak problematika.[8] Anak diharapkan mampu mengambil hikmah dalam kisah para Nabi misalnya mengambil kisah Nabi Yusuf As, Allah Swt menonjolkan akibat yang baik dari kesabaran dan bahwa kesenangan itu datangnya sesudah penderitaan.
Metode kisah sangat efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan Islam sebab dalam cerita terkandung pelajaran untuk senantiasa berfikir, pembentukan nilai, sikap dan keterampilan berbuat. Tujuan metode kisah pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik, yang pelaksanaannya sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh Rasulullah yang di antaranya berkaitan dengan masalah akidah, contoh: larangan menyekutukan Allah. Ibadah, contoh: shalat, zakat dan puasa. Dan masalah muamalah, contoh: larangan riba.[9]
Sesuai dengan manfaat di atas, berkisah mempunyai tujuan untuk memberikan informasi, menanamkan nilai-nilai sosial, moral, keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial. [10]
Materi atau bahan pelajaran merupakan materi yang harus disampaikan oleh guru kepada anak didik untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang diinginkan. Guru harus pandai-pandai menyampaikan materi dengan baik, hal ini tidak terlepas dari peran serta guru, orang tua, dan masyarakat. Agar materi pelajaran dapat diserap oleh anak, sehingga anak yang didambakan orang tua menjadi anak yang baik, maka orang tua diharapkan tahu tahapan anak. Dan dalam tahapan tersebut, kapan metode kisah harus diterapkan kepada anak.
Dalam berkisah keterampilan guru sangat berpengaruh terhadap kemauan anak dalam mendengarkan isi cerita atau kisah. Guru harus dapat mamanfaatkan segala sesuatu yang ada, misalnya dengan menggunakan anggota badan. Dengan menggerakkan badan, menirukan mimik wajah, menggunakan suara nada tinggi atau rendah, dalam mengekspresikan sebuah kisah ataupun dengan yang lainnya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki seorang guru.
Sesuai dengan tujuan dan tema yang ditetapkan, maka guru dapat menggunakan teknik-teknik bertanya pada akhir kegiatan bercerita yang memberikan petunjuk seberapa besar perhatian dan tanggapan anak terhadap kisah yang diterima. Misalnya kisah Luqman, apa yang dapat diambil hikmahnya dari kisah luqman. Apa yang dilakukan Luqman, jika mendapat kenikmatan. Bagaimanakah pesan Luqman, untuk menghormati orang tua.
Dalam bercerita, maka sarana yang dipakai disesuaikan dengan bentuk cerita yang dituturkan guru, pada dasarnya ada tiga bentuk cerita; bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar, bercerita dengan membaca buku atau majalah dan bercerita dengan menggunakan papan flannel.[11]
Dalam menggunakan sarana tersebut, guru harus menyesuaikan sarana yang dipakai dengan materi yang disajikan, misalnya bercerita tentang Nabi Luqman, maka sarana yang digunakan adalah buku atau majalah yang berkaitan langsung dengan kisah tersebut.
Jadi jelaslah bahwa penerapan metode kisah yang didasarkan pada nilai-nilai agama yang terkandung dalam Al-Qur’an, Hadis dan buku kisah Keislaman sangatlah penting dalam pembentukan pribadi dan memperkuat keimanan anak.
Secara umum bahwa menurut Arifin,  manfaat  metode  dalam pendidikan  Islam  bagi anak adalah sebagai berikut :
a.   Secara umum metode dapat bermanfaat sebagai sarana yang dapat membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa, sehingga dapat dipahami atau diserap oleh manusia didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.[12]
b.   Dapat mendorong anak didik untuk belajar dengan perasaan gembira dalam berbagai tempat dan keadaan.
c.    Dapat mendorong anak didik untuk belajar bahan pelajaran atas dasar minat yang berkesadaran pribadi, terlepas dari paksaan dan tekanan mental.
d.   Dapat menimbulkan konsentrasi perhatian anak didik ke arah bahan pelajaran yang disajikan guru (pendidik).
e.   Dapat menjadikan anak didik menyukai dan bergairah untuk mempelajari bahan pelajaran yang diberikan oleh pendidik.
f.     Dapat melahirkan sikap-sikap saling keterbukaan antara guru dan murid dan lain sebagainya. [13]




[1]Moh. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hlm. 1.
[2]Muh. Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rosulullah, Al- Bayan Dul Qa’dah  1404 H/ 8 Agustus 1984 M, hlm. 301.

[3]Muh. Abdul Qodir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta, 1985, hlm. 68. 

[4]Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan kerangka dasar operasionalnya, Trigenda Karya, Bandung, 1993. hlm. 260.   
[5]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 140.

 [6]Ahmad Tafsir, Op.cit., hlm. 141.

 [7]Ahmad Tafsir, Loc.cit.
[8]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm. 177 - 180
[9]Ali Syawakh Ishaq Asy Eyu’aibi, Metodologi Pendidikan Al Qur’an Dan Sunnah,, Terj. Asmu’i Saliha Zakhsyari, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 1995, hlm. 89.

[10]Ibid., hlm. 171.
[11]Moeslichatoen, Op.cit., hlm. 177

 [12]Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, hlm. 197.
 [13]Ibid., hlm. 210 - 212.

0 Response to "ANALISIS APLIKASI METODE KISAH TERHADAP PENDIDIKAN BAGI ANAK DALAM ISLAM"

Post a Comment